ENAM BELAS

2.1K 299 63
                                    

Seusai bel pulang sekolah berbunyi, Suho menolak untuk dijemput sopir pribadinya. Dia memilih berjalan kaki menuju rumah sakit swasta tempat Ibunya dirawat beberapa minggu belakangan. Jaraknya memang tidak begitu jauh dari sekolah.

Langit kelabu menghias langit kala itu. Suho pun mempercepat langkahnya. Saat melintasi gang yang berada tepat di belakang Hannyoung High School, ia tidak sengaja mendapati beberapa gadis beramai-ramai memukuli seorang gadis lainnya. Mata Suho membelalak seakan ingin keluar dari tempatnya. Tidak tinggal diam, ia bergegas menghampiri.

"Hey, berhenti!" teriaknya.

Gadis-gadis itu sontak menoleh pada Suho dengan wajah sinis.

"Kalian itu perempuan, tidak baik kalau main kasar sampai keroyokan, kayak laki-laki saja," kata Suho.

"Kamu siapa? Tidak usah ikut campur!" bentak salah seorang gadis.

Suho menggaruk kepalanya. Dia memang tidak ada alasan ikut campur, tetapi tidak mungkin juga ia biarkan mereka mengeroyok gadis itu.

"Bagaimana, ya? Bukannya mau ikut campur urusan kalian, tapi aku tidak mungkin diam saja melihat pacarku dipukuli," kata Suho nekat.

"Cih, ternyata dia punya pacar. Guys, ayo pergi!"

Berhasil. Gerombolan gadis menyeramkan itu akhirnya menjauh dari sana. Suho segera menghampiri gadis yang tampak tidak berdaya di atas tanah.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Suho sambil membantunya bangkit.

Gadis itu hanya mengangguk. Rambutnya yang jatuh terurai menutupi wajahnya yang merunduk.

"Astaga, kau terluka!"

Suho seketika panik saat mendapati darah mengucur dari tempurung lutut gadis itu. Dengan cekatan ia membuka ransel, mengeluarkan kaos olahraganya, lalu meringkuk di hadapan gadis itu.

Selepas membalut luka di lutut gadis itu, Suho segera bangkit. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah gadis di hadapannya yang kala itu juga menatapnya.

"I...irene?"

Tanpa menunjukkan secuil pun raut kesakitan di wajahnya, gadis itu tersenyum lembut ke arah Suho.

"Terima kasih," ucapnya.

Ponsel Suho berdering cukup keras. Alarm yang ia setel berhasil membangunkannya dari mimpi aneh.

Suho mengucek matanya yang masih sayu diikuti helaan napas. Kehadiran Irene dalam mimpinya, entah mengapa terasa seperti deja vu. Dia merasa pernah mengalaminya. Hanya saja ia tidak begitu yakin apakah yang ia temui dulu adalah Irene atau bukan.

Frustasi, Suho menjambak rambutnya sendiri. Ini tidak benar. Dia harus melakukan sesuatu. Ya, dia sendirilah yang harus turun tangan menyelidiki sosok cinta pertama Irene.

****

Pening. Penglihatan Irene seperti berputar-putar. Perutnya juga terasa mual. Dia menyesal terlalu banyak minum semalam, dan sekarang ia hanya bisa terduduk lemas di ruang kerjanya.

Suara ketukan pintu terdengar dan sedetik kemudian pemuda bertubuh tinggi mengintip dari baliknya. Irene segera memasang raut kurang bersahabat dengannya.

"Mau apa kemari?" ketusnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sehun menghampiri.

"Bibi bilang, semalam kau yang membawaku pulang, ya?"

Sehun mengangguk. "Kau diapakan lagi sama Suho sampai mabuk begitu?"

"Bukan urusanmu," jawabnya sambil memijat-mijat pelipisnya.

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang