Berkali-kali Sehun menghembuskan napas frustasi. Tangannya mencengkeram stir mobil. Tidak ragu ia membunyikan klakson tanpa jeda jika ada yang menghalau jalannya.
Irene yang duduk di samping kemudi sesekali menyeringai menyaksikan tingkah lucu saudara tirinya itu.
"Mereka pikir waktu kita hanya buat mereka, hah. Kita juga banyak kerjaan. Seharusnya kasih kabar secepat mungkin kalau berhalangan datang" omel Sehun.
"Sudahlah, mereka kan sudah minta maaf."
"Tapi, mereka tidak menghargai waktu kita. Kita sudah menunggu hampir sejam."
"Itu masih mending. Aku sama Bogum pernah menunggu lebih lama dari ini," kata Irene berusaha menenangkan Sehun.
Lagi-lagi Sehun mendesah kasar.
"Aku tidak mau jadi sekertarismu lagi," gusarnya.
Irene terkikik. "Memangnya siapa yang menyuruhmu melakukan itu?"
Tatapan Sehun memicing, sedangkan tawa Irene semakin nyaring.
"Kalau tahu begini lebih baik kita di rumah sakit saja menjaga Appa-mu," kata Sehun.
Namun, kali ini Irene hanya diam dengan senyum menipis. Sehun sempat melirik sebentar ke arahnya sebelum kembali fokus ke jalanan.
"Irene," panggil Sehun.
"Hm?"
Mungkin ini saat yang tepat untuk membicarakannya.
"Aku minta izin pada Eomma untuk melihat dokumen itu. Hasil pemeriksaannya-"
"Aku sudah tahu." Irene menimpali. "Dokter Cho yang memberitahuku."
Sehun membiarkan hening menyelinap sesaat.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" ucapnya kembali.
"Entahlah." Irene menghela napas. "Menurutmu bagaimana?"
Sebelah tangan Sehun terangkat dan berakhir di pucuk kepala Irene bersama elusan lembut.
"Aku akan mendukung apapun keputusanmu," ucapnya sembari tersenyum.
Irene segera membalas senyum saudaranya itu.
"Kalau kupikir-pikir, kau lebih cocok jadi kakak ketimbang adikku."
"Kalau begitu mulai sekarang panggil aku Oppa."
"Itu mungkin saja kalau aku sudah gila."
"Kau sudah cukup gila bagiku."
Sehun pun mendapat kepalan tangan Irene di lengannya. Cukup sakit hingga membuatnya meringis. Pada detik selanjutnya mereka saling bertukar tawa.
****
Jarum jam tangan Suho terus bergerak. Bokongnya mulai terasa panas. Dia telah menunggu di depan ruangan Irene hampir sejam, tetapi tanda-tanda kedatangan wanita itu juga tidak nampak. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Irene, tetapi masih tidak aktif. Tanpa sadar membuat Suho semakin cemas tidak karuan.
Di lain tempat, mobil yang dikemudikan Sehun memasuki area parkir gedung ERALUV.
"Aku mau bertemu Wendy dulu. Kau duluan saja ke ruangan," tukas Irene saat turun dari mobil.
"Kau yakin aku tidak perlu ikut dengan kalian?"
Irene mengangguk yakin. "Cukup diam di mejamu dan kerjakan laporan yang belum sempat diselesaikan Jisoo. Setelah itu kirim ke emailku. Aku mungkin akan memerlukannya untuk meeting besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
REACH YOU
Fiksi PenggemarMenggapaimu... Mungkin suatu hal yang mustahil. Namun, bisakah aku tetap berharap? Bahwa suatu hari nanti kau bisa mencintaiku, meski tak sebanyak aku mencintaimu. - Irene Percayalah, Irene bukan seorang wanita jahat. Dia hanya melakukan apapun yang...