DUA PULUH

2.3K 317 97
                                    

Irene berjalan menghampiri meja sekertarisnya yang kini ditempati Sehun. Pemuda itu terlihat fokus dengan komputer di hadapannya hingga tidak menyadari kedatangan Irene.

Irene berdeham sebentar. Berhasil membuat Sehun menoleh padanya.

"Irene?" Sehun terkesiap, berdiri dari duduknya. "Bukannya kau kembali besok?"

"Sebenarnya kerjaan kami sudah rampung kemarin, hanya Wendy dan stafnya saja yang masih ingin jalan-jalan di sana," tutur Irene sambil menyengir.

"Kau tidak ikut mereka?"

"Aku..." Irene mengulum bibirnya, "hari ini ingin jalan-jalan denganmu."

Mulut Sehun menganga. Tidak percaya. Langkahnya segera menghapus jaraknya dengan Irene. Menempelkan tangannya di dahi wanita itu.

"Tidak panas," gumamnya. "Jangan-jangan kau alien yang menyamar jadi Irene, ya?"

Irene mendengus kesal. Keningnya berkerut. Dia menepis tangan Sehun dari wajahnya.

"Ya sudah kalau tidak mau."

Irene hendak berbalik pergi, tetapi Sehun segera mencegatnya.

"Aku cuma bercanda. Begitu saja marah." Sehun terkikik geli, "tapi, pekerjaanku belum selesai."

"Kau kan bisa melanjutkannya setelah makan siang."

"Atasanku bisa marah kalau aku bolos kerja. Dia itu galak."

Irene memicingkan mata. "Kau benar-benar ingin kupukul, hm?"

"Tuh kan, sudah kubilang dia galak."

"Aku tidak jadi ingin jalan-jalan denganmu," ketus Irene beranjak pergi.

Sehun mengulum bibirnya dalam, menahan tawa. Tidak peduli lagi dengan setumpuk pekerjaannya yang ia tinggal di meja, ia pun menyusul Irene.

****

"Kau mau makan apa?" tanya Irene setelah sampai di lobi.

"Kau yang traktir?" Sehun menyergah yang disambut anggukan Irene. Sedetik kemudian ia menarik menarik tangan mungil wanita itu.

"Tidak jauh dari sini ada foodtruck di pinggir jalan. Kata anak-anak kantor jajanannya enak-enak. Aku ingin mencobanya," imbuhnya antusias.

"Kau yakin mau makan di situ?"

Sehun mengangguk yakin.

Keduanya pun segera menempuh lokasi yang Sehun maksud dengan berjalan kaki. Sampai di sana sudah cukup banyak orang yang berkerumun di sekitar foodtruck. Irene sempat mengenali beberapa wajah yang ditangkapnya. Tampaknya, jajanan pinggir jalan itu memang menjadi primadona bagi karyawannya yang tidak sempat menghabiskan makan siang di tempat jauh dikarenakan waktu istirahat yang terbatas.

Sehun menggiring Irene berbaur dengan pembeli lainnya. Dia tampak lihai memili-milih makanannya yang ingin disantapnya, sementara Irene terlihat kaku di tempatnya. Ini sangat baru bagi Irene.

"Kau mau makan apa?" tanya Sehun.

"Makan yang kau pilih saja."

"Oke."

Alhasil, Sehun mengangkut hampir semua jenis jajanan yang disajikan di sana. Ddeokpokki, odeng, kimbap, sundae, cup chicken dan sebotol soju. Irene yang telah menunggu di salah satu bangku yang disediakan berhasil dibuat menganga.

"Kau yakin mau minum soju? Ini masih jam kantor. Makanannya juga terlalu banyak," protes Irene.

"Tidak masalah kalau cuma sebotol. Aku bisa menghabiskan semua makanannya."

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang