DUA BELAS

2.5K 322 57
                                    

Pertemuan dengan para pemegang saham mayoritas akhirnya usai. Suho berjalan meninggalkan ruang meeting diikuti Chanyeol di belakangnya. Dia kemudian memperlambat langkahnya agar sejajar dengan sekertarisnya itu.

"Aku punya tugas lagi untukmu," bisiknya.

"Apa itu, Hyung?" Chanyeol ikut berbisik.

Suho memastikan keadaan sekitar sebelum kembali melanjutkan pembicaraan.

"Tolong kau cari informasi tentang cinta pertamanya Irene. Kudengar mereka bertemu saat SMA."

"Ada apa? Dia mengganggu hubungan kalian?" Sepasang bola mata Chanyeol membelalak panik.

"Pokoknya lakukan saja yang kusuruh."

"Tidak mau, sebelum kau katakan alasannya."

Suho mendengus kesal. "Akan kuberitahu kalau kau sudah dapat informasinya, oke?"

Ujung bibir Chanyeol tertarik, mengembangkan senyum yang cukup sumringah sembari mengacungkan jempol dan mengedipkan sebelah matanya.

Suho hanya memasang raut wajah tidak bersahabat dan kembali melangkah cepat. Saat melintasi lobi gedung, ia melihat Tiffany berjalan dari arah yang berlawanan.

"Noona!" panggil Suho, buru-buru menghampiri. "Mau ketemu Hyung?"

Tiffany mengangguk bersama senyum. Suaminya memang berkantor di gedung Red Group, sementara Suho berkantor di Red Planet Hotel.

"Dia janji mengajakku jalan-jalan sekalian mencari perlengkapan bayi hari ini. Aku sengaja ke sini supaya dia tidak mengingkari janjinya lagi," tutur Tiffany sambil mengerucutkan bibir.

Tiba-tiba saja Suho teringat akan sesuatu, dan sepertinya Tiffany bisa memberinya petunjuk.

"Noona, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.

"Tentu saja."

Suho kemudian menoleh pada Chanyeol. "Tunggu aku di parkiran. Ada yang mau kubicarakan dulu dengan kakak iparku."

Chanyeol mengangguk dan segera meninggalkan mereka. Suho pun membawa Tiffany di salah satu sofa di sudut ruangan.

"Biasanya kalau Hyung membuatmu marah, apa yang dia lakukan supaya Noona berhenti marah?"

Suho bertanya serius, tetapi Tiffany malah menyeringai santai.

"Apa lagi yang sudah kau lakukan pada Irene, hm?"

"Bukan aku! Itu...eng...Chanyeol. Pacarnya marah dan aku ingin membantunya. Ya."

"Mm, begitu ya."

Tiffany tersenyum penuh makna. Entahlah, tetapi Suho bisa merasakan kakak iparnya itu tengah mengejeknya.

"Biasanya Siwon memberiku bunga dan membawaku jalan-jalan. Dia juga menuruti apapun yang kuminta," jelasnya, sementara Suho hanya manggut-manggut.

"Memangnya Irene suka bunga apa? Dia suka dibawa jalan-jalan ke mana?"

Suho menggeleng, sedikit memanyunkan bibir. Tentu saja dia tidak tahu. Dia bahkan tidak pernah melakukan hal seperti itu. Bahkan sewaktu merayakan Valentine pun, ia tidak menghadiahi apa-apa untuk Irene.

"Kekasih macam apa kau ini! Kalau aku jadi Irene sudah kutinggalkan dari dulu," omel Tiffany.

Suho hanya bisa diam mengusap tengkuk. Merasa cukup bersalah pada Irene. Dia terlalu buruk untuk ukuran seorang tunangan. Dan, Irene masih saja sudi mencintainya.

****

Irene mengetuk pintu ruangan bertuliskan "Presiden Direktur". Dia bisa melihat Ibunya yang bergelut dengan dokumen-dokumen di mejanya saat ia melangkah masuk ke dalam.

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang