EMPAT PULUH SATU

1.3K 132 20
                                    

Satu hal lagi yang belum dilakukan Suho, dan ini merupakan satu-satunya permintaan Irene saat ia pamit pulang ke Korea. Ditariknya napas panjang sebelum mengetuk pintu yang dulunya merupakan ruangan Irene. Dia cukup terkejut menemukan sosok wanita yang dulunya pernah dijodohkan dengannya. Jung Soojung, tatapannya terlalu dingin untuk menyambut pertemuan mereka setelah sekian lama.

"Mau apa kemari?" Sehun yang duduk menyadarkan siku di sudut sofa pun tidak menyambut baik. "Kalau tujuanmu hanya memohon agar kuberitahu di mana Irene, pulang saja! Aku tidak akan mengatakan apa pun."

"Biarkan aku duduk dulu," kata Suho, menduduki sofa di sebelah Soojung tanpa dipersilakan. "Apa kabar?" tanyanya ramah pada wanita dengan poni tipis-tipis yang menjuntai di keningnya.

Soojung mendengus kesal, "Aku benar-benar tidak ingin melihat wajahmu."

"Kalau begitu tutup mata saja, aku cuma sebentar di sini."

Membiarkan Soojung menggerutu, Suho merogoh bagian dalam jasnya dan menyerahkan secarik amplop ke atas meja.

"Irene menitipkan ini untukmu, tapi dia berpesan kau boleh membukanya setelah aku pergi."

Sehun seketika menegapkan badan. "Kau bertemu Irene?"

"Dia hanya pindah ke luar negeri, bukan ke planet lain. Aku tentu bisa menemukannya."

Kedua tangan Sehun sontak mencengkeram kera kemeja Suho sampai urat-urat lengannya mencuat. Sinar matanya penuh amarah, setajam pedang yang siap membelah dada Suho.

"Berhenti mengganggu Irene! Kau benar-benar parasit di hidupnya!" geramnya.

Soojung buru-buru menenangkan Sehun, tapi keberadannya seperti tak dianggap di sana, baik oleh Suho.

"Apa aku juga harus bersujud padamu? Kau tahu kami saling mencintai dan semua yang terjadi ini hanya kesalahpahaman. Kumohon, beri aku kesempatan. Kau boleh membunuhku kalau aku sampai menyakitinya lagi."

Hening yang mencekam berlangsung beberapa saat. Sehun akhirnya mendorong tubuh Suho jatuh ke sofa. Dia melonggarkan dasinya seraya berkacak pinggang dengan napas yang naik turun.

"Di mana Irene?" tanyanya memunggungi Suho.

"Di Shanghai. Aku akan kembali ke sana malam ini."

Terdengar seringaian Sehun sebelum kembali menoleh, "Kau pikir keluargaku akan diam saja? Kau lupa, pertunangan kalian sudah dibatalkan."

Suho akhirnya bangkit sembari memperbaiki kemejanya yang lusuh. Bahkan jika dunia pun ikut menantang, Suho tidak akan berpisah dari bayinya juga Ibu dari bayinya.

"Kalau begitu, kami hanya perlu hidup tanpa kalian," pungkasnya, memantapkan langkah meninggalkan ruangan.

Sementara Sehun masih bergeming, Soojung meraih amplop yang ditinggalkan Suho di atas meja. Sehun baru tersadar saat mendengar pekikan wanita itu.

"Hah?!"

"Ada apa?" Sehun menoleh dan mendapati Soojung menganga menatap selembar foto hitam putih di tangannya.

"Ini punya Irene?"

Sehun kembali mengamati meski sama sekali tidak mengerti. "Sepertinya begitu. Ada namanya di sini," sahutnya menunjuk nama Irene di pojok kiri atas. "Apa ini?"

Tiba-tiba Soojung membungkam mulutnya dengan sebelah tangan, lalu tangan lainnya memukul lengan Sehun.

"Kau akan jadi Paman," ujarnya, dengan bola mata melebar.

Hening sebentar. Sehun mencoba mencerna ucapan Soojung. "Maksudmu, aku akan jadi Pamannya Leah?"

Tabokan kembali mengenai lengannya.

REACH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang