Sepanjang pelajaran Ara terus melamun mengingat kejadian tadi di UKS. Ara sangat tidak menyangka sifat Arka bisa berubah secepat itu hanya karna Fara, si anak baru.
Tatapan Arka yang lembut berubah menjadi tatapan datar, wajah yang selalu menampilan senyumnya di depan Ara berubah menampilkan aura dingin.
Semua ini berubah begitu cepat, Ara sendiri tidak mengerti mengapa Arka sebegitu berubahnya hanya karna Fara yang jelas bukan siapa-siapa Arka.
Betapa pentingkah Fara untuk Arka? Batin Ara bertanya-tanya.
"Hei!" Diva mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Ara yang sepertinya sedang melamun. Diva tau apa yang sedang Ara pikirkan saat ini.
Sesaat kemudian Ara terperangah. Ia mengedarkan pandangannya, ia melihat kelas sudah sepi, apakah bel pulang sudah berbunyi?
"Lo kenapa diem terus?" tanya Diva sambil menguncir rambutnya yang sejak pagi ia urai. Memang sudah menjadi kebiasaan Diva menguncir rambut saat akan pulang.
Ara menggeleng pelan "Enggak kok, gue gapapa!" Ara merapikan alat tulisnya lalu memasukkannya kedalam tasnya "Kok kelas udah sepi?" tanya Ara seraya memasukkan kotak pinsilnya ke dalam tas.
"Ya udah pada pulang lah, udah bel daritadi juga"
"Lo kenapa ga bilang kalau udah bel daritadi?" kesal Ara lalu menyampirkan tasnya di kedua bahunya.
Diva memutar bola matasnya malas "Dih ya lo diem mulu, udah kayak mayat idup! Lagian kenapa sih, kok kayak buru-buru banget?"
Ara mengambil benda pipih dari saku roknya lalu melihat beberapa pesan yang masuk sejak beberapa menit yang lalu.
"Abang gue udah nungguin di gerbang daritadi soalnya!" jawab Ara lalu berjalan meninggalkan kelas yang diikuti oleh Diva.
"Lah tumben banget. Lo ga pulang bareng Arka emangnya?" Sesaat kemudian Diva merutuki dirinya sendiri yang sangat bodoh. Diva sama sekali tidak ingin menyinggung perasaan Ara, namun demi apapun Diva keceplosan.
Ara tersenyum simpul seolah sama sekali tidak masalah akan pertanyaan Diva "Mumpung abang gue udah pulang jadi mending pulang sama abang gue aja"
Diva menggigit bibir bawabnya, masih merasa bersalah "Maaf banget Ra, gue sama sekali ga bermaksud bikin lo sakit hati sumpah!"
Ara menepuk bahu Diva pelan lalu tersenyum "Gue ngerti kok!"
Diva tersenyum lalu ikut menepuk bahu Ara "Lo yang sabar ya!" Ara mengangguk menanggapi ucapan Diva.
Diva merasa senang memiliki sahabat seperti Ara yang jarang menunjukkan kesedihannya di depan orang, Ara lebih sering menyembunyikan kesedihannya.
Senyum Diva memudar melihat sepasang muda mudi keluar bersamaan dari kelas yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Diva tidak ingin Ara kejadian itu, Diva sangat yakin jika Ara melihatnya maka hati Ara akan tambah hancur.
Arka dan Fara keluar berdampingan dari kelas, bukan hanya keluar berdampingan namun tangan Arka sesekali menyampirkan anak rambut Fara ke belakang.
"Lo liatin apaan sih?" Ara yang hendak mengikuti arah pandang Diva langsung ditahan oleh Diva.
Ara menatap Diva binggung "Kenapa sih?" Diva menggeleng cepat.
Ara mengerinyit heran melihat tingkah Diva yang cukup aneh, Ara merasa ada yang disembunyikan dari Diva.
Jangan sampai Ara liat apa yang gue liat! Batin Diva memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA [PROSES REVISI]
Teen FictionArala. Gadis yang bisa dibilang cerewet dengan rambut sebahu mampu memikat hati seorang Arka. Siapa yang tidak kenal Arka? Lelaki dengan paras tampan itu merupakan seorang Kapten Basket di SMA Brawijaya. Banyak yang menjuluki mereka 'couplegoals' n...