kalau ada typo tinggal comment aja dibagian typonya, biar gampang dibetulinnya juga.
happy reading.
"Hei."
Ara tidak menoleh, karena ia sudah tau siapa pemilik suara ini.
"Kalau ada yang mangil nengok dong."
Lagi-lagi Ara tidak menoleh, ia masih fokus dengan handphone digenggamannya.
"Gue gak suka dikacangin." ketus Wildan lalu merebut paksa handphone Ara membuat Ara membelak tak percaya.
"Apa-apaan sih lo!"
"Lo yang apaan, gak hargain orang banget!"
"Hargain? Buat apa gue hargain orang kayak lo?"
Wildan menggeram lalu menarik paksa Ara secara kasar, Ara meringis saat tarikan Wildan semakin kasar.
"Sakit!" bentak Ara namun Wildan masih tak melepaskan tarikannya.
"Eh ngapain narik-narik temen gue kayak gini?!" Diva yang baru saja masuk kelas langsung mencoba melepaskan cengkeraman Wildan dari tangan Ara.
"Gausah ikut campur!" tegas Wildan dengan nada tinggi.
"Urusan Ara ya urusan gue! Gue sahabatnya!" balas Diva dengan nada yang tak kalah tinggi.
"Gue tunangannya!"
Diva terdiam lalu tertawa geli "HAHAHAHA."
"Tunangan lo bilang? Pake helm sana, takut malu."
"Terserah mau percaya atau enggak!"
Wildan melirik Ara yang masih meringis, Wildan tersenyum miring lalu semakin kuat mencengkeram Ara membuat Ara semakin meringis. Sakit. Itulah yang Ara rasakan.
"Lo ikut gu—"
"Lepasin."
Sontak Wildan, Ara, dan Diva menoleh ke asal suara. Arka, pemilik suara itu Arka.
"Pahlawan lo dateng tuh, gak minta tolong?" Wildan menatap Ara seraya menaikkan alisnya dan tersenyum miring.
Ara hanya diam menunduk "Eh, tanpa lo minta tolong pun gue akan lepasin lo."
Wildan langsung melepaskan cengkeramannya lalu mendorong Ara secara kasar ke arah Arka.
Arka sontak menahan tubuh Ara agar tidak jatuh, Ara dapat merasakan itu. Entah kenapa hatinya terasa sakit, matanya terasa memanas.
"Jangan kasar sama cewek." desis Arka menatap Wildan dengan tatapan datar lalu membantu Ara berdiri.
"Gue kasar sama Ara pun, bakal ada lo yang nolongin. True?"
Arka hanya diam tak menjawab, setelah itu ia pergi menuju bangku Alif lalu mengambil sesuatu dikolong meja Alif.
"Cuma mau ngambil buku rangkuman punya gue." kata Arka saat Diva menatapnya bingung, sedangkan Ara tak kuasa menatap Arka. Ara hanya menatap kosong kedepan.
Setelah itu Arka benar-benar pergi dari kelas XI IPA'1. Ara segera berjalan menuju tempat duduknya dengan mata yang semakin memanas.
Sesampainya ditempat duduk, Ara langsung menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.
Ara menangis dalam diam, menahan segala rasa sakit yang ada dihatinya, menahan segala rasa rindu yang masih tersimpan, menahan segala rasa sayang yang masih utuh dan tersimpan rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA [PROSES REVISI]
Roman pour AdolescentsArala. Gadis yang bisa dibilang cerewet dengan rambut sebahu mampu memikat hati seorang Arka. Siapa yang tidak kenal Arka? Lelaki dengan paras tampan itu merupakan seorang Kapten Basket di SMA Brawijaya. Banyak yang menjuluki mereka 'couplegoals' n...