Kalau ada kritik dan saran, typo yang bertebaran, penulisan yang kurang baik, alus yang gajelas, ask aja ya💜
🐝🐝🐝
"Arka gausah dipikirin, sekarang lo harus pikirin dulu kesembuhan lo." kata Diva mengusap rambut sahabatnya itu. Satu jam yang lalu Ara siuman dan itu membuat Diva dan David yang berada diruangan itu terkejut bukan main.
"Apa gue bisa sembuh? Leukimia gue udah stadium tiga." ujar Ara dengan suara lirih, air matanya sudah menggenang dipelupuk matanya, jika ia berkedip maka luruh sudah air mata membasahi pipinya.
"Gue yakin lo bisa sembuh. Gue bakal selalu nyemangatin lo kok." kata Diva menepuk bahu Ara lalu tersenyum menyemangati sahabatnya itu.
Ara ikut tersenyum walaupun air matanya mulai turun "Makasih banyak, Div."
"Itu lah gunanya sahabat."
Setelah itu semuanya menjadi diam tanpa mengeluarkan suara apapun, Ara terdiam sambil menatap jendela kamar rawat inapnya, seperti biasa.
Pikirannya tertuju pada Arka. Arka yang sama sekali belum menjenguknya hari ini, padahal saat ia membuka matanya, ia berharap ada Arka disampingnya tapi nyatanya harapannya harus pupus karena Arka sama sekali tidak datang kesini.
Jangan kan datang, mengiriminya pesan saja tidak. Tadi ia mengirimi pesan kepada Arka lewat handphone Diva karena handphonenya lowbat tapi Arka hanya membacanya. Entahlah Arka sedang menuju kesini atau bagaimana.
"Diva?"
"Hm? Kenapa?"
"Benar ya kata Dilan."
"Hah?"
"Rindu itu berat." ucap Ara tersenyum sendu membuat Diva terdiam, mencoba mencerna kata-katanya.
Ah. Diva sekarang mengerti, pasti Ara merindukan Arka. Iya Arka. Pacarnya. "Kalau berat gausah rindu, dong."
Ara hanya tersenyum sekilas menanggapi ucapan Diva "Arka gak nitip salam atau ngomong apa gitu pas disekolah?"
"Ya pasti dia ngomong lah, yakali dia diem mulu." sahut Diva membuat Ara berdecak kesal.
"Maksud gue ngomong sama lo." kata Ara membuat Diva terdiam sambil menatap sahabatnya itu.
Boro-boro. Gue mau ngomong tentang lo aja dia malah pergi.
"Ngomong sama gue ya?" Diva menunjuk dirinya sendiri sambil berlagak berfikir.
"Iya Diva."
Diva menatap Ara lalu mengangkat bahunya acuh "Gak tau deh, gue lupa."
"Ck, apa sih yang lo inget?" ketus Ara membuat Diva terdiam lalu menyengir lebar.
"Saka. Hehe."
"Mentang-mentang punya doi."
"Bercanda atuh, gue inget sama lo. Apalagi pas disekolah gue rasanya pengen cepet-cepet pulang buat jenguk lo."
"Lebay." cibirnya yang sontak membuat Diva mengerucutkan bibirnya sebal.
"Btw lo nanti ikut Camping gak?" tanya Diva saat teringat pengumuman di aula tadi. Saat di aula tadi, Pak Jojon mengumumkan kegiatan Camping yang diadakan lebih cepat. Biasanya Camping akan dilakukan setelah ujian tapi entah mengapa tahun ini jadwal Camping dimajukan lebih cepat.
"Camping?" Diva mengangguk cepat.
"Iya. Katanya dipercepat, lo ikut gak?" tanya Diva menaikkan alisnya sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA [PROSES REVISI]
Teen FictionArala. Gadis yang bisa dibilang cerewet dengan rambut sebahu mampu memikat hati seorang Arka. Siapa yang tidak kenal Arka? Lelaki dengan paras tampan itu merupakan seorang Kapten Basket di SMA Brawijaya. Banyak yang menjuluki mereka 'couplegoals' n...