Prolog

3.3K 138 7
                                    

Kalian tau apa yang paling menyakitkan dalam hidup ini,

yaitu penolakan!

Dan kabar buruknya, gue udah pernah ngerasain itu sebanyak tiga kali.

Sejauh yang gue tau, cewek adalah manusia paling jaim sedunia, mereka mati-matian jaga harga dirinya supaya nggak keliatan murah di depan cowok. Tapi gue beda, gue udah tiga kali nembak cowok dan hasilnya ditolak semua. Cewek nembak cowok duluan? Serius guys! Mungkin itu memalukan bagi sebagian orang normal, tapi nggak bagi gue. Gue masih normal kok, tenang!

Nah, disini gue bakal cerita gimana penolakan yang gue alami itu, amat sangat sadis.

Cowok pertama yang gue taksir namanya Diki. Temen sekelas gue. Ala-ala cowok populer di sekolah, istilah kerennya the most wanted boy. Ganteng, gaul, macho. Gak heren kaum hawa pada klepek-klepek. Termasuk gue. Beneran, auranya itu loh, duhh, bikin dada gue bergemuruh serasa kena badai di gurun sahara.

Ceritanya gini, siang itu hujan deras, gue sama Diki kejebak bareng di depan leb komputer pas mau balik kelas. Gue pikir ini momen yang pas dong, berdua, hujan-hujan, romantis. Lalu, dengan kepercayaan diri super extra, extra jumbo lah pokoknya, gue datengin si Diki langsung to the point,

"Lo mau ngga jadi pacar gue?" tanya gue sambil nunduk dan sok malu-malu kucing.

Hening, seketika waktu berhenti.

Tanpa ucap apapun, ekspresi pertama yang gue tangkep cuma alis yang diangkat sebelah. Abis itu dia bentangin jaket dan lari nerobos hujan, ninggalin gue yang melongo lebar di tempat. Jadi ceritanya gue ditolak? Oke, nggak apa-apa, gue legowo kok.

Itu bukan satu-satunya penolakan yang gue alami, karena masih ada dua penolakan lagi. Iya, DUA!

Lalu, ini yang kedua. Namanya Cillo. Kakak kelas gue. Anaknya cool abis. Tipe cowok nerd yang kerjaanya ke perpus. Berjam-jam abisin waktunya buat baca buku. Satu tipe sama Babang Rangga, kenal kan? Alah, itu loh yang bikin Neng Cinta kesemsem!

Hari itu gue yang kebetulan ke perpus, liat dia lagi duduk sendirian di kursi pojok sambil nenteng buku yang super tebal. Bener- bener calon pacar idaman. Tanpa aba-aba, gue datengi dia langsung bilang,

"Kak, lo mau nggak jadi pelengkap dalam hidup gue?" sambil nunjukkin puply eye andalan gue.

Lagi guys, tanpa kata, tanpa perasaan, dia nutup bukunya langsung nyelonong pergi gitu aja. Gue sempet kaget sebentar, abis itu pasang muka biasa aja. Di tolak itu udah biasa dalam kamus hidup gue. Nggak lagi mengherankan.

Siapin satu kardus tissue buat lap ingus, oke lanjut!

Ini yang ketiga. Yang ini agak unik bin absurd. Gue ketemu dia pas lagi naik bis. Waktu itu gue tersipu sama sikap gentle-nya yang relain tempat duduk buat gue yang lagi berdiri. Otomatis jiwa rapuh ini langsung baper dong. Kapan lagi gue diginiin sama cowok. Entah bisikan gaib darimana, gue pun berdiri dan berbisik ke telinganya,

"Hai, lo mau nggak jadi calon imam gue?"

Cowok itu terjingkat, lalu mundurin badannya pelan-pelan. Natap gue horror. Lagi-lagi guys, gue di tolak sama cowok yang bahkan gue belum tau namanya.

Kalau kalian berpikir gue cewek murahan, maka kita satu pemikiran. Ralat, bukan murahan sih, lebih tepatnya blak-blakkan. Tapi jangan salah, gue nggak akan nembak cowok sama untuk kedua kalinya, maksudnya, kalau gue ditolak yaudah, gue pergi, ngejauh, lupain, simple. Nggak akan ngejar-ngejar atau ngemis cinta. NO WAY, bukan gue banget.

Sekedar informasi, gue itu gampang banget jatuh cinta. Sangking gampangnya, gue nggak bisa ngebedain yang mana suka, sekedar kagum, atau beneran cinta. Begitu tertarik, gue bakal nyimpulin kalau gue beneran jatuh cinta.

Bukan cuma mereka yang nganggep gue aneh. Diri gue sendiri pun ngerasa demikian. Oh iya, omong-omong soal aneh, gue punya dua sahabat yang gak kalah aneh dari gue. Nggak kok, mereka gak suka nembak cowok sembarangan, tapi punya sifat lain yang bisa dikategorikan aneh.

Vindi dan Dara.

Mereka sahabat karib gue. Vindi anaknya pendiem, cenderung introvet. Dia nggak suka ngomong lebih dari lima kata. Bahasa andalannya cuma, iya, hm, oh, oke, kenapa? Siapa? dan berbagai bahasa singkat lain yang kadang bikin gue gemes buat nimpuk kepalanya. Meskipun begitu, gue tetep sayang.

Kalau Dara banyak ngomong. Meski gak cerewet juga. Satu-satunya hal yang paling gue sebelin dari Dara adalah kebaikannya.

Lah kok bisa?

Dara orangnya penurut banget. Di suruh ini mau, di suruh itu mau, bikin anak kelas jadi nyuruh-nyuruh dia seenak jidat. Misal, ngerjain pr, bolak-balik ke kantin beli makan, sampai suruh mijetin pun dia mau. Disitu gue ngerasa gak terima dong, gue nggak suka liat dia perintah seakan dia tuh pembantu. Mungkin dia sendiri terima, tapi sebagai sahabat, gue nggak!

Tarik napas.

Dan ada satu lagi yang belum kalian tau,
Nama gue Jelita Rosmala. Panggil aja, LITA. Salam hangat, salam kenal, ikutin terus kisah gue, ya!

Tertanda, cewek gak jaim dan gak sempurna.

****

Hehehe, gimana awalan cerita?

Cewek GajeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang