Gue diem aja sepanjang jalan dianterin Diki. Masih sebel sama kejadian di rumahnya. Enggak ada menghargainnya sama sekali sama usaha gue ngasih kejutan buat dia. Setidaknya kalau dia gak suka, dia nggak harus bersikap dingin kayak tadi, kan?
Sakit hati, Hayati, sakit. Oke, lebay, tapi bodo amat.
Ketika mobilnya berhenti di pelataran rumah, gue melengos lalu keluar dari mobil, tetapi pergerakan gue terhenti saat sebuah tangan menggengam pergelangan tangan gue.
Menoleh, gue cuma menggedikkan dagu. Dia menarik tangan gue hingga tubuh gue kembali duduk.
"Maaf."
Hahh? Apa gue gak salah denger. Diki minta maaf? Uwouu, kali aja ini cuma mimpi, jadi gue harus membuktikannya.
"Aww!" pekik Diki ketika gue mencubit kecil kulitnya. "Gobl--
Ucapannya terhenti. Dia menarik napas, lalu menatap gue jengkel. "Apa-apa sih?"
Gue menggeleng. "Lo tadi minta maaf?"
"Apa lo budeg?!"
Gue berdecak, lalu memalingkan muka. Baru aja mau takjub, eh udah balik lagi mode menyebalkannya.
"Iya-iya, nggak usah kasar juga dong masnya."
Diki diam, tak lama dia kembali bersuara, "Lit."
"Hm?"
"Lit!"
"Hm?"
"Sayang."
Gue langsung menoleh, lalu mendorong tubuhnya. Sekujur tubuh gue rasanya merinding dipanggil kayak gitu. Rasanya lebih ngeri dibanding dia ngomong kasar. Huh!
"Gue pikir gue tadi salah."
"Lah emang iya."
"Gue nggak seharusnya bersikap kayak gitu."
"Kesambet setan apa lo tiba-tiba ngomong kayak gini, ha?"
Diki hanya menatap gue datar, lalu menarik kuping gue. "Ada saatnya mulut itu dikunci dulu, biar kuping aja yang berfungsi!"
Gue mengibaskan tangannya. "Iya-iya, gak usah jewer juga kali. Kayak emak-emak aja lo."
"Masih mau dengerin gak?"
"Hm, oke."
Diki menarik napas dalam. Gesturnya menggambarkan kalau dia mau bicara serius. Dia menunduk sekali, lalu menatap gue kembali.
"Gue paling benci sama acara ulangtahun. Tapi, nyokap gue seneng banget ngerayain. Kalo bukan karena nyokap, gue tadi mungkin udah marah-marah."
"Hm? Sebenci itu?"
Diki mengangguk.
"Pasti ada alesannya, kan?"
Kembali, dia mengangguk. Gue diam, membiarkan dia sampai siap kembali bercerita.
"Hari ulangtahun cuma ngingetin kalo dulu gue pernah bikin nyokap hampir meninggal."
"Haa?"
"Papa dulu pernah cerita, kalau untuk dapetin gue bukan hal yang mudah. Selain empat tahun pernikahan baru dkasih, nggak seperti ibu hamil pada umumnya, karena kandungan mama itu lemah. Bahkan, tiap malam papa berubah jadi mantri yang harus suntikin obat ke badan mama. Dan semua itu belum cukup,"
Huh, ternyata buat menghasilkan anak menyebalkan kayak Diki, tante Dewi harus berjuang dengan keras. Tangan gue terulur, menggengam tangan Diki yang terasa dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cewek Gaje
Подростковая литератураBahasa dan cerita suka-suka ala Lita. Kalian tau apa yang paling menyakitkan dalam hidup ini, yaitu penolakan! Dan kabar buruknya, gue udah pernah ngerasain itu sebanyak tiga kali. Cewek nembak cowok duluan? Ditolak? Serius, Guys! Mungkin itu...