Sarah terlihat sedih. Manik matanya tak bersemangat. Mai sangat tau jika perempuan yang dianggap sebagai saudarannya sendiri itu sebenarnya sekarang tengah sedang tidak bahagia.
Mai sebenarnya sangat ingin mengetahui penyebab duka mbaknya malam ini. Tapi mana mungkin, Sarah mau menceritakan masalah rumah tangganya pada Mai. Karena setau Mai, Sarah selalu berpura-pura bahagia di depan dirinya maupun orang tua Sarah jika berkaitan dengan Surya.
Ya, paling Sarah hanya terlihat marah jika Surya tidak mau menjaga anak-anaknya ataupun selalu tidur tanpa mau membantu dirinya yang sedang kerepotan menghadapi anak-anaknya. Selebihnya Sarah tidak pernah terdengar menjelek-njelekkan suaminya di telinga siapa pun.
Mereka kini sedang berada di depan taman. Mai dan Sarah sedang antri membeli mie ayam.
"Aku sebenarnya sangat kecewa Mai. Ku kira Mas Surya mencintaiku dengan tulus."
Mai tertegun mendengar pernyataan Sarah. Baru kali ini Sarah mau sedikit membocorkan masalahnya dengan sang suami.
"Ternyata dia tidak mencintaiku, Mai. Aku sebenarnya sudah menyadarinya ketika kami masih pengantin baru." Wajah Sarah tertunduk lesu. Tangan Mai pun bergerak mengelus pundak Sarah.
"Mungkin itu hanya perasaan Mbak saja. Om Surya kalau nggak cinta sama Mbak, kenapa mau menikah dengan Mbak Sarah.... jadi itu pasti hanya perasaan Mbak saja." Mai lantas menghiburnya. Padahal sudah menjadi rahasia umum di keluarga Sarah, jika Surya memang sangat acuh tak acuh dengan istrinya. Seringkali Om nya itu pulang malam, jika diajak keluar untuk bermain dengan anak kembarnya pun Surya sangat jarang sekali mau. Surya lebih suka menghabiskan weekend-nya dengan tidur hingga siang, lalu sorenya dia pergi ke rumah temannya.
"Enggak Mai. Beda. Antara laki-laki yang mencintaimu dengan tidak. Aku bisa merasakanya. Dia benar-benar tidak peduli denganku."
Mai membuang nafas. Ia baru tahu kenyataan yang sebenarnya. Ternyata Sarah juga peka, jika Surya memang tidak benar-benar mencintainya. Pantas saja Surya sangat cuek pada Sarah.
"Bukanya Mbak Sarah dan Om Surya pacaran sebelum menikah? kalian tidak di jodohkan, Kan Mbak?"
Perempuan itu menunduk. Wajahnya terlihat lebih lesu. Seperti tak ada sama sekali cahaya kebahagiaan di sudut hatinya.
"Kami memang pacaran. Tapi entahlah.... kenapa bisa jadi seperti sekarang ini. Mungkin ini hukuman bagi untukku. Sudah membangkang perintah orang tua. Dulu aku menolak banyak laki-laki. Aku malah mempertahankan Mas."
"Tapi aku harus bertanggung jawab atas pilihanku."
Mai melihat ada sebutir air mata membasahi pipi perempuan itu. Namun dengan sigap. Sarah menghapusnya. Sarah pantang menangis di hadapan orang lain.
Bagi Mai, Sarah begitu munafiq, untuk apa dia harus berpura-pura bahagia dengan pernikahannya jika kenyataannya berkebalikan.
Sarah dengan kerudungnya yang kebesaran. Ia segera berdiri setelah ada panggilan dari tukang mie ayam.
Mereka pun kembali pulang. Sarah dengan cepat menampakkan senyumnya. Mai merasa iba. Bagaimana wanita sebaik Sarah bisa tidak di sukai dengan suaminya. Perempuan itu juga sangat cantik jika di bandingkan dengan dirinya. Suaminya malah beruntung mendapatkan Sarah. Pikir Mai.
****"Anakmu nangis terus, Sar. Kamu lama sekali." Nek Darmi berkeluh kesah. Mereka memang sangat lama menunggu antrian mie ayam tadi. Sarah pun menjelaskan jika banyak yang membeli mie ayam di Pak Basir. Langganan mie ayam mereka.
Surya pulang dari luar kota. Laki-laki itu membawa banyak bak pia dan juga baju-baju untuk kedua anak kembarnya. Sarah dengan ramah menyambutnya pulang. Ia selalu tersenyum di depan suaminya. Seolah mereka keluarga bahagia.
****Siti selalu mendengar Surya menyalakan keran kamar mandi yang ada di samping kamar Siti. Itu membuat Siti merasa di temani. Karena ia penakut. Kadang Siti sering melihat Surya merokok di garasi ketika gadis itu tiba-tiba tergerak hatinya untuk mengepel kamarnya di malam hari. Surya pun menegurnya.
"Sit. Pintu kamu jangan lupa di kunci."
Siti hanya mengeryitkan dahinya. Memperlebar matanya. Ia tidak mengerti maksud Surya berkata seperti itu. Tapi gadis itu cuek saja.
Siti setiap hari memakai kemben jika tidur. Ia masih belum terbiasa dengan kamar yang pengap. Lagi pulan kamarnya tertutup dengan rapat. Hanya ada beberapa ventilasi kecil untuk mengurangi kepengapan kamar itu. Siti pun tidak pernah berburuk sangka jika mungkin saja ada yang mengintipnya ketika tidur.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Maimunah (END+ Revisi)
Любовные романы21+ Dilarang keras membaca jika belum usia dewasa. Om Surya. Paman nya yang ia fikir adalah pria yang alim. Ternyata .... Sebuah pelajaran bagi Mai. Kehidupanya mengajarkan untuk tidak menilai susuatu dari luarnya saja. Begins on September 2018.