Gadis itu mengemas pakaianya. Ia hendak balik ke kota. Hatinya begitu ragu untuk kembali. Surya masih saja menghibinginya, menelponya tiap malam. Namun, ia tak meresponya sama sekali. Orang tuannya menyemangatinya, kalau semua pasti akan baik-baik saja.
"Mai. Hati-hati, Ndok. Pokoknya kamu jangan meladeni Surya. Kamu diamin saja dia. Nanti lak kesal sendiri." Mai mengiyakan sambil mencium tangan ibunya. Kemudian beralih ke ayahnya.
"Iya, Ndok. Yang penting. Kamu kunci pintu terus kalau kamu lagi di kamar. Tidur juga jangan sembarangan. Pakai selimut. Jangan pakai baju ketat."
Mai pergi ke terminal di antar oleh ayahnya. Karena hari ini kakak tertuanya sedang di sawah.
Bulan-bulan ini memang sedang musim hujan. Mendung menyelimuti langit. Bagi Mai itu menyenangkan. Karena ia tak perlu terkena panas matahari. Tapi ia juga resah, karena ia tak membawa payung ketika berangkat tadi. Ia memang tak punya payung.
Pukul lima sore. Gadis itu sampai juga di terminal kota. Ia hanya tinggal naik becak. Hujan mnggutur kota itu. Mai mengamit tubuhnya di balik naungan payung becak. Becak itu di beri plastik atasnya. Guna melindungi penumpang dari hujan.
Mai pun tiba di depan rumah neneknya. Para tetangga pun menyapanya. Rumah neneknya bukan di komplek perumahan, tapi di daerah perkampungan. Jadi warga di sana ramah-ramah.
Dengan hati-hati ia masuk ke rumah neneknya. Menelusup ke kamarnya tanpa salam. Gadis itu tidak melihat motor Surya. Ia bernafas lega untuk sementara. Ia pun cepat-cepat untuk mandi. Neneknya memarahinya karena masuk tanpa salam. Begitupun dengan kakeknya.
"Ya ampun Mai. Kok nggak salam nggak apa. Kulo nuwun gitu."
"Maaf Nek." Mai mencium kedua tangan mereka bergantian. Mereka habis pulang dari anak tertuanya.
"Kabar bapak sama ibumu gimana, Ndok?" tanya kakeknya.
"Baik, Kek. Mereka sehat. Ini ada gula dan beras. Titipan dari ayah dan ibu." Mai menyerahkan sebuah plastik besar pada kakeknya.
"Waduh, kok repot-repot. Makasih Mai. Kakek sama nenek terima kasih banyak."
Mai pun mengangguk. Ia beranjak ke kamar mandi.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/149192148-288-k416738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Maimunah (END+ Revisi)
Romance21+ Dilarang keras membaca jika belum usia dewasa. Om Surya. Paman nya yang ia fikir adalah pria yang alim. Ternyata .... Sebuah pelajaran bagi Mai. Kehidupanya mengajarkan untuk tidak menilai susuatu dari luarnya saja. Begins on September 2018.