Pagi ini, Mai mengintip dari pintu kamarnya, menyapu pandangannya seisi dapur dan juga kamar mandi. Dengan handuk di pundak, kakinya melangkah dengan mantap untuk membersihkan tubuhnya yang sudah berpeluh, tadi sore ia tidak mandi, karena Surya minggu kemarin selalu pergi ke dapur, Mai hapal betul langkah kaki seluruh penghuni runah itu, membuat Mai tak berani untuk keluar kamar.Baru saja kakinya melangkah ke kamar mandi, ada tangan besar dan kekar buru-buru masuk mendahuluinya. Mai yang tahu pemilik tangan itu adalah Surya, ia tak berani menatapnya. Kakinya spontan memutar arah. Ia kembali ke kamar dengan kesal. Surya suka sekali tebar pesona padannya, itu membuat Mai merasa mual.
Suara keran yang menyala membisikkan telingar terdengar. Aroma sabun Lux pun tercium. Tanda jika laki-laki itu sedang mandi.
Tangan Mai tak berhenti bergetar. Peluh di keningnya menetes. Wajahnya pun memerah, ia hanya bisa bersyukur, tak sampai menatap wajah bengis milik Surya. Wajah yang begitu ia benci hingga sampai ia bawa dalam mimpi. Laki-laki yang memenjarakannya dalam ketakutan setiap waktu.
Udara yang pengap membuat tubuhnya semakin berkeringat. Mai membuka bajunnya hingga tersisa bra dan rok panjang yang ia pakai. Gadis itu menelantangkan tubuhnya, dadannya berselimut handuk yang gagal ia pakai untuk mandi.
Matannya sudah mulai meredup, menantikan laki-laki itu berangkat kerja. Ia tidak tenang jika laki-laki itu belum keluar rumah, tak bisa leluasa untuk pergi mandi ataupun sekedar mengambil minum di dapur.
Matannya berangsur memejam. Keringatnya yang menetes tak menghalanginya untuk membawanya larut dalam mimpi, ia sudah memastikan jika pintu kamarnya sudah terkunci. Tak lupa ia mematikan lampu, sehingga kamar yang tanpa jendela itu begitu gelap.
Mai merasakan tangan seseorang menjegalnya. Ia tak bisa berteriak minta tolong. Mulutnya membisu. Yang hanya ia bisa lakukan hanyalah melengguh. Entahlah, terasa nyata tubuhnya ditindih oleh laki-laki. Tubuhnya tak bisa bergerak, sesuatu menghujam diantara selangkanganya berkali-kali, bertubi. Merasakan cairan hangat menumpahi rahimnya. Dua benda yang seperti gunung itu pun terasa di sentuh.
Ia berusaha meronta menyalakan lampu. Lama-lama gadis itu menyerah dan terlelap dalam mimpi.
Tepat pukul sepuluh, gadis itu terbangun. Tubuhnya banjir keringat. Ia menyalakan lampu. Setelah mengumpulkan kesadarannya, sekilas ia mengingat mimpi yang dialaminya tadi. Dengan segera gadis itu memeriksa bagian tubuhnya yang biasa mengeluarkan darah haid. Benar. Ada cairan putih keluar dari tubuhnya. Seperti pagi-pagi sebelumnya dimana ia mendapat mimpi yang hampir sama ketika ia melarutkan diri dalam mimpi pukul delapan hingga sepuluh pagi.
Mai tertegun dengan apa yang ia alami minggu-minggu ini. Ia sering bermimpi di setubuhi.
Mai pun mandi junub meskipun itu hanyalah mimpi. Adiknya pernah bercerita tentang gurunya yang pernah menerangkan. Jika wanita atau pria bermimpi melakukan persetubuhan, maka wajib mandi.
Di kamar mandi pun Mai masih penasaran dengan mimpi-mimpi yang sering mendatanginya minggu-minggu ini. Itu tampak begitu nyata. Ia jadi teringat dengan temannya yang bernama Ririn. Gadis berkerudung panjang itu pernah mengingatkan untuk tidur dengan busana yang tertutup, karena jin suka sekali menggauli wanita yang tidur telanjang. Mai jadi bergidik ngeri.
Mai yang sudah mengeringkan rambutnya, tak lupa menengok ke bawah ranjangnya. Gadis itu hanya terbawa sinetron yang pernah ditontonnya, bisa saja laki-laki itu bersembunyi disana dan diam-diam ingin berniat jahat padanya.
***
Apa disini nggak ada yang punya cita-cita buat ngasih aku bintang?

KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Maimunah (END+ Revisi)
Romansa21+ Dilarang keras membaca jika belum usia dewasa. Om Surya. Paman nya yang ia fikir adalah pria yang alim. Ternyata .... Sebuah pelajaran bagi Mai. Kehidupanya mengajarkan untuk tidak menilai susuatu dari luarnya saja. Begins on September 2018.