21

8.6K 166 1
                                    

Sudah lebih dari seminggu, gadis itu tinggal lagi di rumah neneknya. Sudah lebih dari seminggu, Mai menghindari Surya. Gadis itu sangat merasa tidak nyaman, menganggap rumah itu menjadi neraka jika ada Surya di sana.

Sarah sedang memandikan anak-anaknya. Sarah sering mengajak anak-anaknya menyanyi. Sampai Mai pun hafal lagu anak-anak yang sering di nyanyikan Sarah.

Setelah memandikan anak-anaknya yang suka sekali menangis, wanita itu lantas mengepel rumahnya, mencuci baju-baju anak-anak dan suaminya. Sarah juga kadang sampai lupa merawat dirinya sendiri. Wanita itu cantik, tapi tidak suka dandan. Wanita itu juga jarang membeli baju.

Melihat dan hafal dengan rutinitas Sarah, membuat gadis itu tak percaya jika Surya berani menggoda gadis lain. Dan itu dirinya. Gadis itu akan sangat merasa bersalah, jika Sarah tahu Surya menggoda gadis itu. Maka dari itu, lebih baik Sarah tidak tahu, meskipun gadis itu ingin sekali memberitahunya. Tanganya gatal sekali ingin menampar wajah laki-laki itu.

Gadis itu segera berlari ke kamar ketika melihat Surya sudah berada di ambang pintu kamar penghubung antara dapur dan ruang tamu. Surya tersenyum padanya. Itu semakin membuat Mai jijik. Ia benar-benar ingin membunuh seorang penghianat sepertinya.

Laki-laki itu menyalakan keran. Ia baru akan berangkat bekerja. Sedangkan Mai hendak berangkat juga ke kampus. Ia menunggu Surya berangkat lebih dulu. Tapi laki-laki itu sepertinya sengaja memperlama, supaya bisa bareng dengan Mai. Neneknya yang tidak peka, malah menyuruh Mai untuk di bonceng Surya.

"Mai. Kamu bareng sama Surya saja ke depan. Biar nggak perlu jalan."

Mai tidak menyahut dari kamar. Ia pura-pura tidak mendengar suara keras neneknya.

Mai mengintip dari pintu kamarnya. Ternyata Surya masih menyapa anak-anaknya. Semakin lama Mai semakin yakin. Jika Surya sengaja menunggunya, padahal laki-laki itu enggan sekali jika harus berinteraksi dengan anak-anaknya.

Mai harus bersabar menunggu Surya berangkat. Ia sebenarnya sudah sangat telat. Ia berdecak kesal di dalam kamar.

Setengah jam pun berlalu. Surya sudah berangkat. Mai segera keluar. Ia memakai masker. Dan ia pun lewat jalur yang tidak biasa ia lewati. Gadis itu takut jika Surya tiba-tiba muncul. Entah sampai kapan ia akan bertahan di sana.
****
Mai semakin meratapi nasibnya. Ketika gadis itu di rendahkan oleh teman-temanya. Ia yang old fashion, dan hanya mempunyai kemampuan dasar dalam menggunakan bahasa Inggris, membuatnya sedikit mempunyai teman.

Sambil berjalan, ia merasa terik matahari semakin panas. Membuatnya dekil kembali. Kadang ada tetangga yang mencibirnya karena sering sekali jalan kaki. Padahal Mai juga tidak merepotkan mereka. Gadis itu sering menggerutu dalam hati jika ada yang menyindirnya jika berjalan kaki. Ia juga ingin mengendarai sepedah, tapi ia tak punya uang untuk membelinya. Sebagai gadis miskin ia harus menahan semua keinginanya sampai lulus nanti. Gadis itu harus berhemat.
****

Siti Maimunah  (END+ Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang