Nenek Darmi sudah bersiap tidur dikamar Mai, namun suara motor menyala membuat Nenek Darmi mengurungkan niatnya untuk tidur dikamar Mai.
"Mai. Surya nggak pulang kayak nya malam ini. Kamu tidur sendiri saja ya? Nenek nggak bisa tidur kalau pintunya ditutup. Ya Mai?"
"Oh iya, Nek. Mai sendirian saja kalo gitu."
Padahal dibenak Mai. Surya nanti tengah malam juga pulang. Ia memutuskan untuk membiarkan dirinya terjaga hingga seperempat malam tiba. Ia pun menutupi dirinya dengan selimut rapat-rapat. Meskipun pengap dua kali lipat dirasakanya.
Suara tangisan anak kembar Sarah membuatnya terbangun dari tidur. Jam digital dilihatnya sudah hampir tengah malam. Memang sudah menjadi kebiasan anak-anak Sarah nangis merengek minta dibuatkan susu hangat.
Mai mulai waspada ketika suara deru motor yang perlahan berhenti. Suara pintu depan terbuka. Surya memasukkan motornya. Suara tapak-tapak kaki pun terdengar melewati kamarnya. Mai mulai kesulitan untuk bernafas. Ia merasa sangat takut sekaligus ngeri mendengar suara keran dinyalakan. Mai baru sadar. Mungkin Surya yang dulu-dulu biasa menyalakan keran ditengah malam, mungkin itu hanya sebuah taktik supaya ketika ia memotret Mai melalui ventilasi yang sekarang sudah ditutup rapat itu agar suara langkah sekaligus gerakannya tidak terdengar olehnya.
Bodohnya Mai sampai sekarang baru menyadarinya.
Tak sampai semenit ia berkutat dengan pikiranya. Kilatan kamera pun terlihat dari luar pintu kamar Mai.
"Dasar kurang ajar kamu, Om!" Ingin rasanya ia mengamuk bahkan membunuh laki-laki yang terkenal sholeh itu. Namun mulutnya terkunci.
Mai dengan serapat-rapatnya menyelimuti tubuhnya.
Mai yakin, potretan Surya tidak akan bisa mengambil gambar Mai. Gadis itu sudah mencobanya tadi siang. Memang pintu kamarnya ada celah kecil yang mungkin saja bisa dijadikan jalan oleh Surya untuk mengambil potret dirinya saat tidur. Ternyata dugaanya benar. Mai tidak tau, pikiranya tidak bisa berfikir untuk saat ini, terlebih untuk sekedar mengerjakan skripsinya. Yang ia tahu, ia hanya ingin pulang. Ia tak mau mengalami suasana seperti ini lagi. Suasana yang baginya begitu mengerikan!
Keran itu tak lagi menyala. Tapi ponselnya berdering. Itu telpon dari Surya. Bagaimana pun Mai mengganti nomor ponselnya. Tetap saja Surya akan tetap bisa menghubunginya. Tentu ia mendapatkanya dari ponsel Sarah.
Mai lagi-lagi merejectnya. Ia sudah sangat jijik dan mau muntah jika lelaki itu menghubunginya. Kalau saja stok kesabaranya tak tersisa, mungkin ia akan melaporkan perbuatan om nya pada Sarah. Tapi ia urungkan. Itu semua karena Mai tak ingin Sarah mendengar penghianatan yang kedua kalinya yang dialami oleh Sarah, dulu Sarah pernah dikhianati oleh pacarnya. Dan Mai tidak mau jika Sarah sampai mendapati suaminya berkhianat padanya.
Mai pun tak segan untuk memasukkan nomer Surya di daftar hitam kontak ponselnya, agar Surya tak bisa menghubunginya lagi.
Entah sampai kapan penderitaan Mai akan berakhir. Ia hanya ingin mendapatkan ketenangan. Ia hanya ingin kuliahnya selesai. Dan ia tidak mau lagi berurusan dengan Sarah ataupun Surya.
Satu pesan dari nomor baru pun muncul. Sontak Mai kaget, karena foto itu memperlihatkan dirinya yang hanya memakai rok dan bra sedang terlentang disebuah ranjang. Ya. Itu memang dirinya.
Jantung Mai terasa bekerja lebih cepat dari biasanya. Tubuhnya bergetar. Tenggorokanya terasa ada batu yang bersarang disana.
Sebuah pesan pun masuk.
"Kalau kamu nggak mau foto ini tersebar. Besok temui aku di Cito, lantai 2"
From: 081xxxxxxxxx
Tak terasa air mata Mai menggelincir tanpa izin. Hatinya kacau balau. Ia tidak tau apa yang harus dilakukanya. Terasa pening dikepala mulai merayap. Cobaan apa lagi ini? Salah apa ia hingga ia di beri ujian seberat ini?
Bahkan untuk membalas pesan dari Surya pun ia tak mampu. Yang ia mampu hanyalah berdiam diri sejenak. Mengalihkan fokusnya. Menghirup udara sebanyak-banyaknya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/149192148-288-k416738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Maimunah (END+ Revisi)
Roman d'amour21+ Dilarang keras membaca jika belum usia dewasa. Om Surya. Paman nya yang ia fikir adalah pria yang alim. Ternyata .... Sebuah pelajaran bagi Mai. Kehidupanya mengajarkan untuk tidak menilai susuatu dari luarnya saja. Begins on September 2018.