Jadi kisah ini bermula ketika seorang gadis bernama lengkap Kiara Fredella Dominica memijaki halaman depan rumahnya di pagi hari yang cerah nan indah di awal bulan Juni. Waktu itu harusnya Ara, panggilan gadis manis nan cantik itu, sudah akan berangkat untuk pendafataran SMA. Namun saat kakinya menapaki tanah lapang depan rumahnya, tiba-tiba muncul seonggok manusia putih bermata sipit dan berbibir jeding di depan pagar rumahnya yang hanya sebatas dada. Seonggok manusia yang diketahui bergender laki-laki itu menopang dagu sambil memandangi Ara, membuat Ara mau tak mau menautkan alis bingung.
"Hai tetangga baru," sapa cowok itu masih sambil memandangi Ara, kali ini dengan senyum yang membuat Ara ingin menggeplak kepala cowok itu saja.
"Nama gue Aro," ucapnya lagi masih memandangi Ara tak lupa masih dengan senyum yang sama. Ara melengos malas hendak melangkah. Namun terhenti oleh cowok itu.
"Mau kemana? Kok pake seragam? Ini kan hari libur? Apa lo belum lulus SMP ya? Makanya mau berangkat sekolah? Hm, iya sih bentar lagi mau UKK. Tapi kayaknya dari muka lo, lo seumuran gue ya? Apa muka lo aja yang boros makanya kelihatan tua?"
Sumpah, kalau nenggelemin orang nggak dosa, Ara pingin nenggelemin tuh cowok ke lubang buaya aja.
Tapi Ara mencoba sabar. Diliriknya sinis cowok itu.
"Apasih SKSD," sahutnya pelan lalu melangkah lagi.
Ara membuka gerbang rumahnya lalu menoleh lagi ketika merasa ada yang memperhatikannya. Masih, cowok itu setia memandanginya sambil tersenyum.
"Lo belum jawab sapaan gue," ucap cowok itu lalu berjalan mendekat.
"Nama lo siapa?" tanyanya sambil memandang ke arah name tag milik Ara.
"Ki?" gumam cowok itu karena terhalangi rambut Ara yang agak panjang. Ara menutup dadanya sambil menatap tajam cowok itu.
"Apaan sih lo?!" bentak Ara risih. Cowok itu malah cengengesan di tempatnya.
"Ki? Kirana? Kiranti?"
Ara mendengus kesal. Mati-matian ditahannya tangannya yang ingin sekali maju menjambak kepala si cowok jeding itu. Untungnya dia bisa kontrol emosi.
"Minggir. Gue ada perlu penting," ucap Ara mengusir. Baru maju selangkah, cowok itu menghalangi jalannya.
Ara mendongak menatap cowok itu kesal. Kakinya bergeser ke kiri, cowok itu ikut bergeser. Kakinya bergeser, cowok itu mengikuti lagi.
"Ck, mau lo apa sih?!" kesal Ara kini mendongak penuh pada cowok itu, menatap tajam mata sipit cowok putih di depannya. Cowok itu meringis lebar, memamerkan deretan gigi putihnya.
"Nama lo?"
Ara menghela nafas lelah. Kenapa cowok itu begitu keukeuh?
"Ga jawab ga boleh lewat," goda cowok itu masih cengengesan membuat tangan Ara benar-benar gatal ingin menjambak cowok itu. Melihat Ara hanya diam, cowok itu jadi mengangkat sebelah alis.
"Jadi, nama lo...?"
"Ck, Kiara," jawab Ara singkat lalu melengos pergi.
Cowok itu terkekeh sebentar sebelum kembali menyahut.
"Nama lo bagus!"
Untung hati Ara kokoh.
Tapi sayangnya godaan dan cobaan dari si cowok jeding nggak tau diri itu nggak berhenti sampai di situ. Cobaan itu masih berlanjut di hari-hari berikutnya. Mulai dari sering ngintilin, kadang nelfon nggak penting, ngetuk-ngetuk jendela kamar Ara, sampai ngumpetin barang-barang Ara setiap ada kesempatan.
Kelihatan asik ya?
Tapi aslinya enggak gais, karena yang bahagia cuma cowok itu. Sedangkan Ara sengsara lahir batin.
Ara kira cukup sampai di situ penderitaannya dekat dengan cowok itu. Hanya sebatas tetangga. Tapi ternyata takdir berkata lain. Cowok itu satu sekolah dengannya. Bahkan satu kelas.
Ara rasanya mau sinting.
Sebenarnya bukan hanya masalah jahilnya cowok itu. Cowok itu ganteng, pinter lagi. Tapi sayang, dia playboy kelas hiu.
Kalau playboy itu diibaratkan penyakit, maka si cowok jeding bernama Aro ini udah mencapai stadium akhir di detik-detik penamatan.
Cewek di mana-mana. Permaisuri menyebar luas seluas ketabahan hati Ara. Selir? Jangan ditanya. List kontak sama chat di hpnya aja udah kayak asrama putri. Herannya, itu cewek-cewek kok mau aja sih diseribulimaratusenampuluhlimain? Ya plislah, cowok bukan cuma Aro. Begitu katanya Ara.
Dan karena banyaknya cewek yang sama Aro, Ara jadi ogah dekat-dekat Aro. Bukannya bahagia seperti yang dibayangkan teman-temannya, dia malah disemprot kanan-kiri oleh fans fanatiknya Aro. Kan nggak lucu.
Maka dari itu Ara menjauh dan berusaha jaga jarak dengan Aro di luar rumah. Dan kebiasaan itu jadi kebawa ke rumah. Dan sampai sekarang, setiap lihat wajah Aro, Ara jadi alergi.
Dan kira-kira siapa Kiara alias Ara ini?
Yep, pemilik nama lengkap Kiara Fredella Dominica itu adalah gue. Si cewek super tabah menghadapi sifat randomnya Aro yang bikin orang pengen gulingin dia sampe Antartika aja saking keselnya. Yang bikin orang pengen nampol mulutnya kalau udah ngeluarin jurus gombalan basinya.
Yang bikin orang salah paham ketika dia baik sekali aja.
Ga.
"Gimana, Ra? Ikutan ya?"
Suara Acha buyarin lamunan gue. Gue yang sedaritadi emang nggak fokus pun agak linglung. Mereka bahas apa aja gue nggak tahu.
"Eh, sori-sori. Gimana?" kata gue mencoba fokus dan menghadap ke arah temen-temen gue.
"Ra, lo ngelamunin apa, sih?" tanya Sofi ngelihat gue nggak fokus.
"Iya, ih. Dari tadi ngelihatin ke arah Aro mulu. Naksir ya?" Ini Yeji juga ngapa nambah-nambahin....
"Enggak, dih. Siapa yang ngelihatin Aro coba?" sanggah gue kemudian membuang muka.
Ketiga cewek yang lagi bareng gue itu barengan mencibir. Gue sih B aja. Tapi tiba-tiba gue keinget sesuatu.
"Eh, gais. Menurut kalian... playboy itu yang gimana, sih?"
a/n
akhirnya aku balik<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Teen FictionNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...