Aro melongok ke arah pintu rumah Ara. Masih tertutup rapat. Sesekali matanya melirik ke arah jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Sepuluh detik lagi!
Aro menghitung mundur dalam hati. Dan tepat pada hitungan satu, pintu Ara terbuka dan gadis manis itu muncul dari sana.
"ARAAA!!!!!"
Gadis itu menoleh, melebarkan mata sesaat sebelum berwajah datar kembali.
Ara menoleh ke belakang. Tepat setelah itu Jackson muncul dan melemparkan tatapan tajam pada Aro.
Jackson melengos lalu melangkah menuju garasi, mengambil mobil sportnya.
"Ra, ayo," ajak Jackson begitu selesai mengeluarkan mobil dari garasi.
Ara melirik sinis pada Aro sebelum masuk ke dalam mobil.
Aro mengernyit kecil sebelum akhirnya merasa maklum dengan tatapan Ara yang memang tiap hari judes padanya.
Aro memasuki kelas. Menyapa santai para cowok-cowok yang sedang mengumpul di meja Robin di barisan depan. Semua membalasnya ramah, terkecuali Jovan yang malah melemparkan tatapan sinis padanya.
Aro berusaha cuek saja lalu melangkah menuju bangkunya yang berada di belakang bangku Acha. Namun lagi-lagi, saat melewati bangku Acha, Aro dapat merasakan tatapan sinis dari wakil ketua yang selalu ramah itu.
Aro duduk di bangkunya dengan bingung.
Aro mengernyit.
Kenapa semua orang menatapnya sinis, sih?
***
Entah sudah berapa kali dalam hari ini Aro mendapat tatapan sinis dan dingin dari orang-orang terdekatnya. Bahkan kakaknya sekalipun.
"Kenapa, sih, Mas?" tanya Aro lama-lama nggak betah juga dengan tatapan maut kakaknya.
"Tanyakan pada rumput yang bergoyang."
Dan jawaban ketus Nata sore itu benar-benar membuat Aro yakin bahwa dia telah membuat suatu kesalahan besar.
Saatnya curhat ke Ara.
Aro segera berlari naik ke kamarnya. Dengan cepat menuju ke arah balkon dan memanggili Ara.
"Ara, Ara main yok!!" teriak Aro dari balkonnya. Merasa tak mendapat jawaban karena Ara tak keluar kamar, Aro pun melompat ke balkon Ara dan segera berlagak seperti Anna yang sedang mengetuk pintu kamar Elsa mengajak buat boneka salju.
"Tok, tok, tok...."
"Ara....."
Aro dengan semangat mengetuk-ketuk pintu balkon Ara.
"Ara?"
"Yuk buat boneka saljuuu....."
Ara menatap sinis Aro dari jendela kamarnya. Aro menatapnya dengan senyum lebar sebelum akhirnya Ara menutup gorden putihnya.
Aro tak menyerah. Apalagi setelah mengetahui jendela kamar Ara ditutup dengan gorden.
"Ara, ada yang baru nih."
"Apa?"
"Cintaku untukmu."
Ngajak sendiri, jawab sendiri, gombal sendiri.
Mungkin orang yang melihat Aro saat ini sudah mengira cowok ganteng itu gila.
"RAAAA......." rengek Aro menghentak-hentakkan kakinya sambil menggedor pintu balkon Ara.
"Knock knock knock knock knock on your door. Knock knock knock knock knock. Swibge yeollijineun aneul geoya."
Dan sekarang malah jadi menyanyikan lagu Twice yang berjudul Knock, lagu yang membuat Aro berhasil suka sama kpop, sambil mengikuti koreonya mengetuk-ketuk pintu balkon Ara.
"ARAAAAA!!!!!!!!!" teriak Aro akhirnya tak tahan juga diabaikan terus-terusan oleh gadis itu.
"APASIH BERISIK!!"
Dan kali ini usaha Aro berhasil. Ara membuka pintu balkonnya meskipun dengan kasar dan misuh-misuh.
"Hehe akhirnya lo keluar juga."
Ara mendesis sinis sambil menatap sinis Aro yang kini sudah cengengesan.
Ara melengos kasar lalu berbalik akan kembali masuk ke dalam kamarnya sebelum tangan Aro segera meraih lengannya.
"Ra kenapa sih?" tanya Aro serius. Ara menatapnya tajam lalu menghentakkan tangannya, berusaha melepaskan genggaman Aro.
Tapi tangan Aro terlalu kuat untuk dilepas.
"Lo kenapa, sih?" tanya Aro lagi melihat Ara yang sepertinya sangat membencinya hari ini.
"Bukan urusan lo." Balas Ara dingin lalu kembali berusaha melepaskan cengkraman tangan Aro.
"Kenapa, sih, Ra? Gue salah apa?" tanya Aro menatap Ara lembut.
"Banyak!" jawab Ara ketus.
Ara kembali menarik tangannya. Namun belum sempat terlepas, Aro menarik keras tangan Ara membuat gadis itu tersentak, terhuyung dan jatuh di dada Aro.
Aro mendekap gadis di depannya itu.
Sedangkan Ara yang didekap bingung.
"Lo kenapa?" bisik Aro lembut tepat di telinga Ara. Ara yang mendengarnya jadi merinding.
"Ara, lo kenapa?" tanya Aro lagi saat tak mendengar jawaban dari Ara
"G—gue.... gue mau lo jangan deket-deket gue lagi."
Aro tertegun. Perlahan dekapannya melonggar, lalu terlepas.
"Kenapa?" tanya Aro menatap tepat di mata Ara.
"Jangan deket-deket gue lagi. Ah, enggak. Maksud gue jangan deket-deket sama cewek lain lagi. Mending lo urusin dulu hubungan lo sama Hani. Selesaiin dulu, baru lo boleh deket-deket sama cewek lain. Gue nggak mau ada korban lain selain gue."
Ara berbalik, kali ini benar-benar masuk ke kamar tanpa dicegah Aro.
Aro tertegun sesaat. Sebelum menghela nafas dan akhirnya berbalik.
Aro melompat kembali ke balkonnya. Dengan cepat berlari ke bawah dan menjumpai wanita yang sedang duduk di ruang tamu itu.
"BUNDAAAA.....!!!!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Novela JuvenilNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...