Ara memperhatikan Acha yang sedang bercerita menggebu-gebu. Sesekali terbelalak dan ikut ngakak bersama Sofi mendengar cerita Acha. Cerita tentang bagaimana begonya Robin yang malah membentaki polisi yang mengiranya anak SD.
"Trus trus, Robin bilang gini, 'Pak saya tuh udah punya SIM ya! Nggak percaya? Umur saya udah 17 tahun! Saya udah punya KTP! Nih saya kasih lihat kalo nggak percaya!' Trus Robin kasih tu ya KTP sama SIMnya dia, trus polisinya lihatin sambil angguk-angguk trus bilang, 'Ya habis badan kamu mungil banget bapak kira anak SD bawa motor boncengin kakaknya.' Ya gue ngakak dong astaga di pinggir jalan gitu habis itu si Robin misuh-misuh habis-habisan bikin gue tambah ngakak."
Ara dan Sofi sudah hampir berguling-guling di Mixme siang itu.
Robin dikira anak SD.
Mukanya aja sangar gitu.
Eh tapi iya, sih, badannya mungil. Tinggi Acha sama Robin aja sama. Tinggi Ara cuma dua senti di bawah Robin. Kadang juga tanpa sadar mukanya agak imut, kebawa badannya.
Jadi wajar sih kalau dikira anak SD.
"Trus, trus? Gimana?" tanya Ara menunggu kelanjutan cerita dari Acha.
"Ya terus Robin udah ngepelin tangan gitu siap nonjok muka polisinya. Tapi karena inget masih tempat umum dia jadi ngomel-ngomel. Pak polisinya bukannya minta maaf malah nyuruh Robin minum Boneto biar tinggian. Ya Robin makin ngamuk lah anjir. Gue aja ngakak sambil gaplokin punggungnya Robin biar agak tenang bocahnya."
Ara semakin ngakak, kali ini sampai menangis. Benar-benar menangis karena air mata sudah menuruni pipinya saking ngakaknya. Sedangkan Sofi sudah jatuh dari kursinya dan kelesotan di lantai Mixme, membuat banyak orang memandangi mereka.
Untung mereka ga lagi pakai seragam sekolah.
Ara mengusap air mata di pipinya tanpa berhenti tertawa. Perutnya sampai sakit luar biasa karena ngakak overdosis.
Ara melirik hpnya di meja ketika hp itu menyala dan menampilkan sebuah telepon masuk.
"Ha? Iya Ro, kenapa? Gue di Mixme sama Acha Sofi."
Ara berhenti sebentar lalu ngakak lagi, kali ini lebih keras membuat orang-orang mendelik kesal ke arah mereka.
Tapi mereka tetap saja nggak peka.
Ara meletakkan kembali hpnya di meja begitu telepon itu ditutup oleh Aro, orang yang meneleponnya. Lalu ngakak lagi.
"Woi Cha, Robin bilang jangan kasih tau siapa-siapa anjir lo udah bilang ke kita," kata Ara sambil ngakak.
"Anaknya mau ke sini anjir gue ga bisa ngebayangin gimana malunya dia nanti," lanjutnya yang kemudian ngakak lagi, juga Sofi dan Acha yang ikut ngakak.
Tak berselang lama, Robin dan Aro menampakkan batang hidungnya di depan tiga cewek itu, yang malah membuat ketiganya makin ngakak dan Aro yang jadi nahan tawa.
Robin menatap Acha sengit membuat Acha memelankan tawa.
"Lo ceritain, Cha?" tanya Robin datar.
"Iya anjir Acha ceritain lo nggak tau gimana ngakaknya kita astaga," jawab Sofi sambil ngakak yang membuat garis wajah Robin yang sangar berubah perlahan.
Robin berjalan menghampiri Acha lalu menggenggam lengan Acha yang di atas meja.
"Cha..... jahat lo ceritain ke mereka....." rengek Robin sambil menggoyang-goyangkan lengan Acha membuat ketiga orang lainnya semakin ngakak.
"Udah, heh. Nanti diusir satpamnya mampus lo semua ngakak mulu dari tadi," tegur Acha lalu menoleh ke arah Robin yang kini jadi mencebik lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Teen FictionNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...