Ara melongok ke dalam kamar mandi wanita. Ara sebenarnya agak trauma dengan kamar mandi wanita. Gara-gara kejadian sekian hari lalu yang Ara sudah lupa kapan tepatnya, dia jadi was was tiap ke dalam kamar mandi wanita di cafe atau tempat umum lainnya.
Ara masuk ketika sudah merasa aman. Di dalam kamar mandi itu tidak ada siapa-siapa sepertinya. Dengan helaan nafas lega, Ara masuk ke dalam kamar mandi itu. Namun baru saja menutup pintu, seorang gadis cantik sudah keluar dari sebuah bilik di kamar mandi itu.
Ara tesentak kaget sampai termundur. Ara menelan ludahnya kasar lalu mundur perlahan, tangannya meraba kenop pintu, namun percuma. Terkunci.
Siapa sih yang dengan seenaknya mengunci kamar mandi tempat umum seperti itu?!
"Kaget lo?" tanya gadis itu membuat Ara berjengit kaget lagi.
"Ini cafe gue. Jadi tolong jangan kaget kenapa gue minta ketemuan sama lo di sini," ucap gadis itu lagi membuat Ara semakin termundur, terpojok di pintu.
"Lo tuh mau apa sih?" tanya Ara agak gugup melihat gadis tinggi itu menghampirinya.
"Lo jauh-jauh dari Aro?"
Ara memicingkan matanya.
"Yang lebih gampang?" tanya Ara lagi.
"Emangnya jauh dari Aro sesusah itu buat lo?"
"Gue sama Aro tetangga. Nggak bisa jauh-jauh. Rumah kita sebelahan," ucap Ara pelan membuat rambutnya dijambak kasar oleh gadis itu.
"Gue nggak lagi main-main," kata gadis itu dingin.
"Ya lo kira gue juga main-main?"
"Lo kenapa nggak takut sama gue, sih?!" bentak gadis itu menyentakkan kepala Ara.
"Aduh, bego! Ntar kalo gue botak gimana Supri?!" teriak Ara sambil mengelus kepalanya bekas dijambak oleh gadis itu.
Ara menatap tajam pada gadis cantik di depannya itu.
"Lagian gue cuma takut sama Tuhan! Nggak guna gue takut sama cewek macem lo! Dasar ular!" lanjut Ara membuat gadis itu menjambaknya lagi.
"Elo yang ular dasar cabe! Ngapain lo ngerebut Aro dari gue?! Hah?! Kenapa lo rebut cowok orang kayak gitu?!" bentak gadis itu tepat di depan wajah Ara.
"Hani yang cantik dengerin gue! Gue nggak tau maksud lo gue ngerebut Aro itu yang kayak gimana yang jelas gue nggak ada maksud ngerebut Aro!" balas Ara berusaha melepaskan tangan Hani dari rambutnya.
"Biar gue perjelas, gue putus dari Aro gara-gara lo!" bentak Hani lagi membuat Ara terdiam.
Ara akui dia memang korban di sini. Tapi kenapa dia malah iba pada Hani hanya karena bentakan gadis itu barusan?
"Lo... putus sama Aro gara-gara gue?" tanya Ara pelan membuat Hani melepaskan jambakannya.
Hani diam. Pandangannya ia alihkan ke arah lain.
"S—sori, Han. Gue.... Gue nggak tau," lirih Ara lalu menunduk.
Hani mendengus kesal lalu membuka kunci kamar mandi itu dengan kunci cadangannya. Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Ara bersuara lagi.
"Tapi tetep aja lo kelewatan! Lo jahat tau nggak main kekerasan!" kata Ara membuat Hani menoleh padanya, meliriknya dibalik bahunya.
"Seseorang nggak akan jadi jahat kalo dia nggak dijahatin, Ra," ucap Hani pelan sebelum keluar kamar mandi.
Ara terdiam di tempatnya sebelum memilih pulang saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Fiksi RemajaNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...