0.38 - Meletus Balon Hijau

2.6K 416 50
                                    



Aro gugup setengah mati. UKK resmi selesai sepuluh menit lalu. Sebenarnya selama dua minggu penuh dia sibuk modus pada Ara. Tentu untuk merebut hati Ara. Untuk apa lagi?

Dan rencananya, dan memang sudah direncanakan dengan matang, hari ini dia ingin meresmikan Ara. Tentu dibantu teman-temannya yang untungnya berbaik hati, juga para kakak-kakak yang sudah gemas dengan hubungan Ara-Aro selama ini.

"Gimana?" tanya Jovan menepuk pundak Aro. Aro menoleh sebentar lalu menggigit bibir bawahnya gemas.

"Gue gugup banget. Nanti kalo gue ditolak gimana?"

Jovan menghela nafas saat Sofi tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Emang lo mau nembaknya gimana, sih?" tanya Sofi membuat Aro menoleh.

"Lo ngapain di sini?!" pekik Jovan kaget.

"Kenapa?" tanya Sofi polos.

"Lo tuh harus ngalihin perhatiannya Ara. Ajak jalan-jalan, kek, kemana, kek. Biar kita bisa siap-siap nanti. Lo ngerti nggak?" kata Jovan sewot membuat Sofi mendelik kesal.

"Iya gue ngerti. Yaudah gue, Acha, sama Ara balik duluan. Atau bablas aja sekalian ga usah ganti baju. Bay."

Sepeninggal Sofi, Robin langsung menghampiri mereka berdua. Aro dengan cepat berpindah di sebelah Robin membuat Robin yang tidak siap jadi oleng karena bahunya tersenggol.

"E jancuk. NGAPAIN SIH LO?!" bentak Robin membuat Aro tertegun.

"Wih, lo udah bisa misuh pake bahasa Jawa? Congratulation man....." ucap Aro sambil bertepuk tangan.

"Ni anak mau nembak kok jadi eror sih otaknya," celetuk Jovan membuat Robin menggeleng tak tahu.

"Kenapa? Mau nanya?"

Aro yang mendengar suara Robin itu tersadar kemudian kembali gugup.

"Gue.... grogi. Gimana kalo nanti gue ditolak?" curhat Aro lalu menggigit kecil bibirnya.

"Lo aja udah pesimis. Gimana mau diterima?" balas Robin sewot membuat Aro mengulum bibir.

"Optimis, Ro. Apapun yang terjadi nanti, berarti emang itu takdirnya. Lo harus terima, entah kata 'Iya' apa 'Maaf'," ucap Jovan menepuk pundak Aro, membuat cowok itu menghela nafas.


***


Ara mengernyit bingung saat melihat Acha dan Sofi masih betah di dalam mall itu padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sudah berapa jam sejak mereka tiba di sana dan Ara merasa ada yang aneh. Sofi bukan tipikal cewek yang doyan banget belanja. Dia akan mudah bosan jika terus menerus di tempat yang sama dalam kurun waktu lebih dari dua jam. Sedangkan Acha, gadis itu sebenarnya mudah lelah. Tapi entah kenapa hari ini berjalan berjam-jam seperti tidak bisa membuatnya lelah.

"Cha, Sof, kalian nggak capek apa? Ini udah malem dan lo berdua udah keliling mall ini lebih dari tiga kali. Kenapa nggak pulang aja?" tanya Ara membuat Sofi agak gelagapan.

"Nantian aja, ah. Kan kita jarang-jarang nih bisa jalan bertiga gini," ucap Sofi lalu tertawa canggung. Acha yang mendengar alasan tak logis Sofi menepuk jidat.

"Tapi kan kita sekelas. Lagian kita sering jalan bareng sekedar mampir ke Mixme atau nongkrong di Indomart," ucap Ara merasa aneh membuat Acha segera menarik tangannya.

"Ah, gue mau beli titipan Mama dulu. Temenin, ya. Ayo, Sof," ucap Acha lalu segera menarik tangan keduanya.

Acha berjalan gugup takut dia ketahuan. Tapi belum juga lima meter mereka melangkah, hp Acha berbunyi, membuatnya mau tak mau menghentikan langkah.

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang