0.26 - Letting Go

2.8K 444 30
                                    




Ara menggendong ranselnya sambil berjalan malas menuju ke kelasnya yang berada di pojok gedung. Nasib dapat kelas akhir ya begini. Saat pintu kelasnya sudah dibuka, Ara melongokkan kepalanya dahulu. Saat yakin Jovan tidak ada di kelas, Ara segera masuk dan duduk di bangkunya. Namun baru dua detik Ara duduk, pintu kelasnya terbuka kasar dengan gebrakan.



"EIYY NYAI!!"


Ara melengos saja. Kenapa sih dia dulu harus berteman dengan Jovan? Begini kan jadinya sekarang.

"Ara...." panggil Jovan sambil melompat kecil mendekatinya dengan meringis lebar. Lalu dengan manja, digoyangkannya lengan Ara.

"Ra... PKN udah?" tanya Jovan membuat Ara mendelik.

"He bocah, lo itu eskul PKN kenapa pr PKN masih nanya gue?!" sentaknya galak membuat Jovan termundur lalu meringis kecil menampakkan gigi kelincinya.

"Gue lupa ga ngerjain," kata Jovan pelan membuat Ara mendelik lagi.

"Gue semalem ketiduran. Ga ngerjain," ucap Ara datar membuat Jovan melengkungkan bibir ke bawah.

"Yah, Ra...."

Ara melirik kecil. Kenapa sih Jovan jadi manja begitu?

"Ra gue badmood," curhat Jovan tiba-tiba sambil duduk di bangku Sofi yang ada di depan Ara. Ara melirik Jovan sebentar sebelum memilih membuka hp.

"Tumbenan lo. Kenapa?" tanya Ara fokus pada game di hpnya.

"Gue berantem sama Bang Brian," curhat Jovan membuat Ara segera mendongak, melupakan gamenya sampai game over.

"Kok bisa?"

Jovan menghela nafas pelan lalu menunduk sedih dan diam. Ara yang ikut merasa sedih jadi ikut terdiam.




"Pisang gue dimakan Bang Bri."


Ara mendongak kesal lalu segera menabok kepala Jovan keras-keras.

"Lo yang serius dong! Gue udah sedih juga!" seru Ara membuat Jovan semakin cemberut. Apalagi ketika menyadari bahwa sang kakak sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan datar.

"Ra, kasih tau Jovan, jangan suka main kabur-kaburan," ucap Brian singkat lalu melirik sinis pada Jovan sebelum pergi.

Jovan menghela nafas lelah dengan tubuh yang merosot.

"Kayaknya bukan cuma masalah pisang?" tebak Ara. Namun Jovan diam saja. Cowok itu malah menunduk lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas, tak menghiraukan panggilan Ara.

Ara menghela nafas lelah. Ini masih pagi tapi sepertinya manusia pada sedih. Ara melirik pada pintu masuk begitu menyadari bahwa ada seseorang yang baru memasuki kelas.

Aro berjalan masuk begitu saja tak menghiraukan Ara. Namun Aro berhasil menarik atensi Ara sepenuhnya ketika cowok memble itu berjalan menuju ke bangku paling pojok belakang, bangku milik Renand, yang jelas sudah dihuni oleh yang punya bangku.

"Tukeran tempat duduk, dong," kata Aro membuat Renand yang sedang bermain game itu mendongak.

"Lah? Ngapain? Tumbenan lo mau duduk di belakang?" ujar Renand sambil menyimpan hpnya.

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang