0.7 - Iklan Sedot WC

5.3K 870 157
                                    


[A/N]

Mulai sekarang dan seterusnya pakenya sudut pandang orang ketiga oke? Oke.

~~~


Ara melirik hpnya yang tergeletak begitu saja di atas mejanya. Hp putih itu sedari tadi bergetar tanpa henti. Spam chat dari Jovan. Nggak tahu apa faedahnya spam chat padahal tempat duduk depan belakang.

"He, Ra," panggil Jovan mencolek punggung Ara membuat cewek itu menoleh. Terlihat Jovan sedang melepas headphonenya dan menggantungkannya di leher.

"Buka chat, dong..." kata Jovan melas sambil memegangi hpnya. Ara mendelik kecil.

"He kita ini duduk depan belakang kenapa lo pake spam chat, sih?" kesal Ara membuat Jovan terdiam.

"Iya, ya."

Ara menghela nafas.

"Van, gue tau lo temenan sama Lucas. Tapi begonya jangan diserap juga, dong," kata Ara kemudian berbalik kembali menghadap ke depan.

"He, Ra," panggil Jovan lagi. Ara dengan sabar menoleh lagi.

"Apa?" tanya Ara galak.

"Temenin ke kafetaria ayo," ajak Jovan sambil menarik-tarik seragam Ara.

"Sendiri aja kenapa sih, Van? Cowok juga," kata Ara mendelik sebal.

"Apa ajakin tuh Jendra sama Mark," lanjut Ara lalu menghadap ke depan lagi.

"Yah, Ra ga asik makan sendiri. Nanti dikira jomblo," rengek Jovan kali ini sudah berdiri dan menggoyang-goyangkan lengan Ara.

"APASIH VAN?! AJAKIN SOFI SANA!"

"IH GA MAU DIA RECEH!"

"ACHA SANA!"

"LAGI PACARAN SAMA ROBIN!"

"LUCAS!"

"NGGAK MAU DIA MALU-MALUIN!"

"YA LO KIRA LO ENGGAK?!"

"GUE JAJANIN ESKRIM MATCHA!"

"OKE CUS SEKARANG!"

Ara langsung bangkit dan berjalan duluan keluar kelas, membuat Jovan yang ada di belakangnya mencibir kecil. Tapi pada akhirnya sebuah senyum terukir tipis.




Jovan menyesal sudah mengajak Ara ke kafetaria. Pasalnya sekarang Jovan sudah mirip babunya cewek itu. Berjalan di belakang cewek itu sambil sesekali mendengus kesal.

"He, Ra," panggil Jovan lalu menyejajarkan langkah.

"Tungguin apa, kek," ucapnya mendengus kesal.

"Dih?"

"Ga gue jajanin nih," ancam Jovan membuat Ara menghentikan langkah dan menatap Jovan. Sedetik kemudian, ringisan kecil muncul di wajah manisnya.

"Jangan, hehe."

Jovan mencibir lalu kembali berjalan.

Namun lagi-lagi dia berakhir di belakang Ara.

Yaudah.

Jovan melangkah sambil sesekali mencibir kecil. Sampai telinganya menangkap suara.

"He, itu Ara, kan? Yang kemarin dipayungin sama Aro."

"Iya dih pake pelet apa dia habis dipayungin Aro sekarang malah jalannya sama cowok pindahan?"

"Semar mesem kali."

Jovan menghela nafas mencoba sabar. Kakinya ia langkahkan lebar-lebar untuk sampai di belakang Ara. Tepat di belakang cewek itu, Jovan melepas headphone di lehernya lalu memasangkannya di kepala Ara, menutupi telinganya.

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang