0.8 - Arovers dan Kamar Mandi Wanita

5K 835 127
                                    




Gadis itu menghela napas, berusaha terlihat tegar agar bisa meyakinkan kedua sahabat di depannya. Keputusan yang akan diambilnya berisiko. Dan ia bukannya tidak tahu mengenai risiko itu. Tapi keputusannya sudah bulat.

"Lo yakin?"

Gadis di depannya bertanya, membuatnya mendongak lalu tersenyum.

"Kalo nggak gini mau gimana lagi? Gue nggak mau ada korban lain selain gue."

"Tapi kan dia yang bikin lo kayak gini. Harusnya lo biarin aja dia bernasib lebih buruk dari lo!"

"Tapi gue nggak sejahat itu."

Satu gadis lainnya berdecak lalu melipat tangan di depan dada.

"Cara lo aja udah jahat," sahutnya pelan. Gadis itu menoleh lalu tersenyum.

"Emang."

Gadis itu menghela nafas, untuk kesekian kalinya, lalu kembali tersenyum.

"Dan semoga dia nggak benci gue gara-gara hal ini."


***


Jovan melangkah pelan dengan lunglai. Tawa yang biasanya selalu terdengar itu hilang hari ini. Wajahnya yang penuh senyuman lenyap seketika setelah dia kembali dari belakang sekolah.

"Mama di sini."

Jovan masih ingat betul bagaimana suara Brian, kakaknya, tadi menginterupsinya yang sedang menstalk ig receh.id. Suara yang renyah itu tiba-tiba menjadi suram saat mengatakan hal itu.

"Kamu sebisa mungkin jangan di sekolah. Mama kemungkinan besar bakal ke sekolah buat nyariin kamu."

Jovan menghela nafas. Di saat dirinya sudah benar-benar merasa bebas kenapa Mamanya datang? Ingin merusak kebahagiaannya?


Lagi?



Jovan duduk di bangkunya dengan gusar. Wajahnya ia usap kasar. Kelasnya sepi hari ini. Entah kemana semua penghuninya Jovan juga tidak tahu, lebih tepatnya tidak mau tahu.

Jovan melirik ketika ada yang memasuki kelas. Ara, gadis ceria itu memasuki kelas dengan berjalan riang dan bersiul kecil.

"Eh, Alvin. Tumben?" sapa Ara melihat Jovan hanya sendirian. Biasanya Jovan akan berkelana bersama Robin, entah kemana Ara tidak tahu.

"Hm," responnya singkat membuat Ara mengernyit.

"Lo kenapa deh, Van?" tanya Ara berjalan mendekat. Jovan hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Sakit?" tanya Ara lagi yang lagi-lagi hanya dibalas gelengan kepala oleh Jovan.

Ara menghela nafas pelan lalu duduk di bangkunya.

"Ra," panggil Jovan tiba-tiba membuat Ara langsung menoleh.

"Nanti traktir gue chiken pop ya?"

"Ha?"


***


"Ra, kemarin kan udah gue traktir eskrim matcha, sekarang gantian traktir gue chiken pop ya..."

Ara melengos. Untuk kesekian kalinya di hari itu. Apalagi kalau bukan karena Jovan. Cowok itu mendadak manja hari ini. Setelah tadi diam, sekarang Jovan malah memohon-mohon padanya agar ditraktir chiken pop.

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang