Ara berlari kencang berusaha sampai di sekolah yang masih harus menyeberang jalan, padahal dia sudah terlambat setengah jam. Jika bukan karena semalam begadang untuk mengerjakan tugas, Ara tidak akan bangun kesiangan dan terlambat. Parahnya, dia tinggal Jackson.
Kurang ajar memang Gegenya itu. Udah numpang, ga sopan lagi.
Ara berhenti berlari untuk mengambil nafas. Badannya membungkuk dan tangannya bertumpu pada lututnya.
Rasanya pegal. Dia berlari dari halte bus yang jaraknya tak main-main dari sekolah. Dan setelah sepuluh menit berlari dia tak kunjung sampai di sekolahnya. Jalanannya mendadak jadi panjang apa gimana, sih?
Ara masih berusaha mengatur nafasnya saat seseorang ikut berhenti di sebelahnya. Ara menoleh dan mendapati Aro dengan pemandangan sama sepertinya.
"Lo ngapain lari-lari?" tanya Ara heran melihat Aro berhenti setelah berlari.
"Ban motor gue pecah anjir di daerah Taman Sari gue bawa ke tukang tambal ban trus lari gitu aja. Mana gue berangkatnya jam tujuh lebih lagi," jawab Aro masih mengatur nafas.
"Lo lari dari Taman Sari?!!" pekik Ara tak percaya. Aro menoleh kaget lalu mengangguk refleks.
"Gila lo! Ga putus itu kaki?!" tanya Ara masih memekik.
Aro mengatur nafas lagi. "Alhamdulillah enggak," jawabnya kemudian.
Ara menghela nafas diikuti Aro. Hening sesaat. Sebelum Aro kembali bersuara.
"Lo masih mau masuk?" tanya Aro membuat Ara menatapnya.
"Ya iyalah! Hari ini presentasi Biologi!" jawab Ara keras membuat Aro tersentak kecil.
"Ya ga usah ngegas kali. Gue aja yang ngegas," kata Aro pelan yang tak digubris Ara.
"Lo masuk sama aja menyerahkan nama lo ke buku hitamnya Miss Jessie. Lo mau?" kata Aro kemudian. Ara melirik sedikit.
Benar juga.
Dia masuk berarti sama saja dengan masuk kandang buaya.
Tapi masa bolos, sih?
"Udah sini ikut gue aja," ucap Aro lalu menarik tangan Ara untuk berbalik. Namun dengan cepat Ara menyetakkan tangannya hingga genggaman tangan itu terlepas.
"Gue ga mau bolos," kata Ara pelan yang membuat Aro terhenti. Lalu detik berikutnya meringis.
"Kita ga bolos ya ampun. Kita cuma menyelamatkan diri dari terkaman singa," jelas Aro lalu tertawa pelan.
"Udah, ayok," ajak Aro lalu menggenggam tangan Ara dan menarik pelan gadis itu.
Ara menunduk dalam-dalam menyembunyikan wajahnya yang memerah. Bibirnya dikulum agar tidak kentara bahwa dia sedang berusaha menahan senyum. Diliriknya tangannya yang digenggam Aro. Ara menggigit bibirnya gemas.
Kenapa dia jadi deg-degan sih? Ayolah, ini Aro. Cowok yang biasanya dia umpati pagi-pagi buta saking resenya.
"Lo tumben pake jaket, Ra?"
Ara mendongak. Aro menatapnya tepat di mata yang sontak saja membuat pipinya merah kembali.
Ara hanya mengangguk lalu kembali menunduk.
Sampai di halte, untunglah bus yang harusnya mereka tumpangi langsung datang. Ara dengan cepat melepaskan genggaman tangan Aro dan segera naik ke dalam bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Roman pour AdolescentsNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...