Jovan melangkah memasuki kelas. Kelas lumayan ramai pagi itu. Ada Lucas yang lagi ngelenong sama Jendra, Mark yang ngakakin mereka berdua, Hanan yang menatap miris mereka berdua. Ada juga Robin yang sudah siap ngajakin Renand ribut gara-gara rebutan remote LCD, juga Radit yang lagi ngebucinin Jeni. Atau Sofi yang ngakak sambil Acha cerita heboh. Lalu Sita, Livia, dan Siana yang lagi ngegosip hangat di pojokan kelas. Atau Kori yang sibuk lemparin kertas ke arah Lucas yang ditertawai Danika dan Sharon.
Kadang Jovan mikir.
Kelasnya itu kelas pojok, hampir paling pojok kalau nggak ada X-12. Dan jujur aja, penghuninya ga lebih dari manusia kelebihan micin. Atau mungkin titisan lenong, kayak yang dibilang Hanan. Keadaan itu bikin mereka yang di dalam kelas jadi susah kalau mau dapet pacar. Ya gimana kalo sama temen sekelas udah pada jijik sendiri, sama orang luar gantian mereka yang jijik sama spesies manusia di kelas X-11.
Ya kecuali Sharon sama Danika sih. Mereka dua di antara sembilan belas manusia yang tak jelas apakah otaknya benar otak manusia apa ketuker sama otak sapi.
Tapi dari semua keramaian, ada satu yang menarik perhatian Jovan.
Diamnya Ara di tengah ributnya kelas.
Biasanya kalau kelas ribut, cewek itu bakal ikutan heboh. Minimal nyumbang suaranya yang bisa dibilang bagus, tapi sayangnya kalo nyanyi ga niat, sambil joget bareng Sofi. Atau nggak yang gampang aja sih, fangirlingan bareng Acha.
Tapi kali itu Ara benar-benar diam, dengan tatapan kosong dan wajah pundung.
Udah seminggu Ara seperti itu. Hidup kayak nggak hidup. Diajak ngomong nyautnya kalo udah ditepok bahunya. Lebih sering diam daripada teriak-teriak nontonin MV baru dari JYP entertaiment yang idolnya rajin banget comeback.
Ara jadi beda.
Dan semua itu karena Aro.
Sedangkan Aro sendiri....
Bisa Jovan lihat Aro duduk di pojok, bangku Renand yang dia pinjam, pegang hp, tapi tatapannya ke arah Ara. Lagi-lagi, tatapan sedih.
Jovan diam. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya.
Dia nggak betah.
Sekalipun Aro yang nyuruh, Jovan nggak betah.
Bodo amat kalau Jovan mau musuhin Aro, kayak yang dibilang waktu itu. Gimana pun, Ara dan Aro itu dua orang di antara sekian orang yang benar-benar berharga baginya.
Dan Jovan nggak mau lihat dua orang berharga itu sakit hati.
***
Ara kaget waktu hp yang lagi dia pegang berisik banget. Lagu GOT7 yang Let Me terdengar, membuat Ara gelagapan dan segera melihat siapa yang menelepon. Oh, Jovan. Ara menggeser simbol telepon hijau yang kemudian langsung tersmabung telepon dengan Jovan.
"Ara!! Buruan ke sini!!!"
Ara kaget. Jelas. Ya ini hpnya nempel di telinga volume paling keras trus Jovan teriak.
Untung kuping Ara kokoh.
"Apasih?! Gausah teriak ya gue ga budek!" balas Ara kesal.
"Buru ke sini!!!! Tolongin gue!!!" heboh Jovan lagi membuat Ara ikut panik.
"Bentar. Gue ke sana sekarang!"
"Buruan! Tolongin gue!!"
Ara segera bangkit masih dengan telepon yang menyambung. Namun saat kakinya sampai di luar kelas, Ara baru sadar sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Ficção AdolescenteNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...