0.30 - Wang

2.9K 480 52
                                    



Ara melangkah pelan memasuki rumahnya. Jovan sudah pergi semenit yang lalu. Tapi gadis itu masih berdiri di luar sampai dia sadar dia kedinginan dan segera masuk ke dalam.

Ara termenung. Memikirkan apakah saran yang dia berikan pada Jovan tadi adalah hal yang baik. Karena bagaimana pun, Jovan masih marah dengan Papa maupun Mamanya. Dia tadi menyuruh Jovan menemui Mamanya, agar mereka bisa segera berdamai. Terutama dengan Brian. Mereka serumah, tapi berantem, jelas membuat suasana di antara mereka berdua canggung luar biasa.



"Ara....."

Ara menoleh dan mendapati Jackson tengah mengintipinya dari celah pintu kamarnya yang terbuka. Ara melengos pelan sambil berjalan ke kamar kakak sepupunya itu.

"Kenapa, Ge?" tanya Ara bosan melihat Jackson kali ini menatapnya tajam.

"Kenapa baru pulang?" tanya Jackson tajam membuat Ara menghela nafas.

"Ge, udah Ara bilang Ara ke apartemen Kak Brian tadi. Salah Gege juga, sih pergi les nggak bilang-bilang. Tau gitu kan tadi minta jemput aja sama Mama. Mama mana mau jemput dadakan," kesal Ara membuat Jackson tertawa pelan.

"Ya kan Gege udah kelas dua belas, Ra. Gege juga bukan manusia cerdas kayak Nata atau titisan Einstein kayak Brian. Jadi Gege harus ekstra keras dong buat belajar," ucap Jackson membuat Ara mencibir.

"Ngakuin juga kan kalo isi otaknya cuma meme."

Dan Jackson tertawa sok malu-malu membuat Ara menatapnya jijik.

"Eh tapi Ge, udah tau belum soal Kak Brian?" tanya Ara membuat Jackson mengangkat alis sok keren. Ara jadi pengen nabok, kan.

"Iya udah tau. Kamu kira Gege temenan sama Brian udah berapa abad?" ucap Jackson bangga membuat Ara mencibir.

"Kirain baru Ara yang tau," sahut Ara membuat Jackson tertawa, lagi. Kali ini dengan ganteng. Dan kali ini Ara mengakui bahwa kakaknya itu punya visual di balik sikap bobroknya yang lebih sering mempermalukan.

"Tapi lain kali kalo diajakin ke rumah cowok jangan mau. Apalagi kalo cuma berduaan," ucap Jackson membuat Ara mengangguk patuh sambil duduk di atas kasur kakaknya itu.


Ara menatap Jackson yang sedang serius mengerjakan soal. Dalam diri kakaknya itu terdapat lebih dari satu juta sel kerecehan, melebihi Jovan. Tapi kakaknya itu juga kadang serius. Apalagi saat menyangkut dirinya dan.....

Yireon.

Ah, Ara merindukan saudara yang sudah dianggapnya kembaran sendiri itu. Mereka punya banyak kesamaan. Mereka sama-sama suka baca novel, sama-sama suka main game, sama-sama suka eskrim matcha. Mereka juga suka mendengarkan musik, atau sekedar bernyanyi absurd.



Tapi semua kesamaan itu hilang saat Yireon ditemukan tewas di kamar mandi sekolahnya.



Waktu itu tiga tahun yang lalu. Saat dia dan Yireon sama-sama masuk SMP. Bedanya, dia di Indonesia, Yireon di Hongkong, bersama Jackson tentunya. Dulu juga, Jackson bukan orang yang over protektif seperti sekarang. Dulu dia membebaskan Yireon untuk berteman dengan siapa saja, asal tidak membahayakan dan Yireon aman.

Yireon anak yang sangat terkenal dulu. Dia yang ceria tapi tetap kalem, beda dengan Ara yang cenderung ke tomboi. Yireon anak yang periang, cantik, dan pintar. Refleksi dari gadis sempurna yang ada di muka bumi ini. Salah satu dari segelintir gadis yang benar-benar cerminan bidadari.

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang