Jam 10 pagi Ara baru bangun. Setelah tadi malam menangis habis-habisan dan langsung tertidur begitu sampai di rumah. Bahkan dressnya dan bekas make up nya semalam masih ada.
Ara menghela nafas saat teringat kejadian semalam. Diam-diam hatinya sakit lagi. Merana lagi. Kenapa harus ditinggal saat udah berharap lebih? Kan sakit.
Pintu balkon Ara diketuk dari luar. Ara menoleh dan mendapati Aro di sana sedang menatapnya masih dengan piyama dan rambut berantakan. Cengiran khasnya menghasilkan gummy smile. Pipi tembamnya tertarik ke atas membuat matanya yang sipit semakin menyipit hingga tersisa segaris.
Tanpa sadar Ara ikut tersenyum dan bangkit untuk menghampiri cowok itu.
"Kenapa?" tanya Ara masih tersenyum.
"Main ayok," ajak Aro lalu tersenyum lebar. Ara yang gemas melihat Aro terkekeh pelan yang berlanjut pada tawa gemas.
"Rambut itu benerin dulu baru ngajakin main. Belum mandi kan lo?" Aro tertawa meringis lalu sedikit merapikan rambutnya.
"Gue mandi lo mandi, ya? Jam sebelas harus udah siap. Oke?"
Ara melirik kecil pada Aro lalu mengangguk.
Ara dengan cekatan meraih handuk dan mandi.
Selesai mandi Ara segera membuka lemari besarnya yang berisi berbagai macam bajunya. Kebanyakan adalah celana training dan celana jeans. Ara memutar otak keras sebelum sadar akan sesuatu.
Dia kan cuma mau jalan sama Aro. Kenapa mikirin baju banget, sih? Biasa juga cuma pake kaos oblong sama celana training.
Ara menggeleng pelan lalu segera meraih celana jeans hitam, kaos putih polos seperempat lengan, dan jaket bomber hitam. Ara mengangguk melihat pilihannya tidak buruk. Juga tidak menampakkan bahwa dia sedikit ribet memilih baju.
Ara meraih ransel hitamnya begitu selesai. Sepatu kets putihnya pun menghiasi kakinya. Ara tersenyum puas lalu segera turun menghampiri Aro yang sudah berdiri di luar pagarnya, bersender pada mobil Civic hitamnya sedang menunduk pada hpnya.
"Aro mau kemana ki...."
Ara terdiam melihat penampilan Aro.
".....ta."
Aro mendongak melihat Ara dan sama terkejutnya.
Pasalnya Aro saat ini sedang memakai celana jeans hitam dengan jaket bomber hitam juga. Dan Ara yakin Aro memakai t-shirt putih di dalamnya. Ara melirik ke bawah, sepatu Aro juga sepatu kets warna putih.
Tapi beneran. Mereka ga janjian.
Ara mengerjap kaku. Sementara Aro mengelus tengkuknya canggung.
Ara melirik Aro yang masih menunduk. Tangannya bergerak untuk membuka pintu mobil ketika tangan Aro dengan cepat menahan tangannya.
Ara mendongak dengan satu alis terangkat.
Tanpa bicara, Aro membuka pintu itu dan menatap Ara.
"Masuk?"
Ara tersenyum kecil lalu segera masuk ke dalam mobil Aro.
***
Ara berdecak kagum ketika turun dari mobil Aro. Ara tidak menyangka Aro akan mengajaknya ke tempat seperti ini.
Museum Fatahillah.
Ya kan biasanya cowok macam Aro ngajaknya ke mall buat nonton atau makan.
Ngomong-ngomong soal makan, Ara lupa belum makan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Teen FictionNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...