0.5 - Tragedi Bendera Jepang

5.3K 919 108
                                    




Bel pulang sekolah udah bunyi dari lima menit yang lalu. Tapi gue masih mager banget di dalam kelas. Maklum, lah, hari pertama. Jadi gue malesnya kebangetan. Tapi begitu inget ini hari pertama, gue langsung berdiri dan gendong tas gue. Mau pulang. Tapi dengan begonya, si Robin nyegat gue.

"He mau kemana?" tanya Robin yang lagi bawa gulungan kertas.

"Pulang," jawab gue singkat terus menghindar.

"Heh, heh, pulang, pulang. Sini bantuin dekor kelas dulu!" kata Robin sambil ngegeret tas gue dari belakang.

"Ck, cewek lain kan banyak," kata gue beralasan.

"Nggak, mereka semua nggak bisa diandelin. Bantuin gue!" perintah Robin mutlak. Emang, ya, dibandingkan dengan perintah Mark selaku ketua kelas, perintah Robin lebih ditaati. Bukan karena dia berpangkat tinggi. Tapi karena mukanya, sangar bro. Tapi kelakuannya berbanding terbalik.

Gue pun dengan nurut duduk di lantai belakang kelas. Lesehan bersama Robin, Mark, Jovan, dan Acha. Ya, cuma kita berlima.

Gue melengos malas sambil ngelihatin kelas.

Masalahnya, ini kelas luas, bro. Ya kali cuma kita berlima yang dekor? Yang lain ngapain weeeeyyyyy.

"Ini seriusan cuma kita berlima?" tanya gue nggak yakin. Mark ngangguk yang bikin gue langsung pengen banting meja.

"Yang sabar ya, Ra. Gue juga terjebak kok. Heran kenapa yang lain bisa melarikan diri, sih?" kata Acha yang merupakan wakil ketua kelas itu.

"Terjebak apanya, sih? Kalian itu anak X-11. Jadi udah tugas kalian buat dekor kelas," ucap Mark tegas lalu terdiam.


"Eh, gue keren banget, ya? Haha. HAHAHAHAHAHAHA."

Dan berlanjut dengan Mark yang ngakak habis-habisan.

Gue yakin, kegiatan dekor kelas siang ini akan berlangsung dengan tawa ngakak dari Mark dan Jovan.


***


Gue duduk ga nyaman di samping Acha. Gue ngelirik satu persatu dari empat orang yang saat ini lagi duduk lesehan sama gue. Mereka semua sibuk sama tugasnya sendiri-sendiri. Gue mau ganggu tapi ga enak.

"Cha," bisik gue sambil nyenggol lengan Acha.

"Apa?" tanya Acha masih fokus sama gunting dan kertas di tangannya.

"Kayaknya gue—"

"Bentar, Ra. ada telfon," kata Acha motong ucapan gue terus berdiri dan pergi sambil bilang 'Halo'.

Gue hela nafas. Ini kenapa kayaknya gue ribet banget ya?

"Eh, eh sori ya guys. Gue udah dijemput, Mama udah nungguin daritadi. Gue pulang duluan ya," pamit Acha buru-buru dan pergi gitu aja tanpa lihat respon dari kami.

Dan gue yang saat itu bener-bener butuh Acha jadi khawatir.

Masalahnya gue tuh......

"Van, bawa jaket ga?" tanya gue pada Jovan yang sibuk lipatin kertas origami. Jovan ngegeleng sebagai jawaban. Dan pertanyaan yang sama gue ajukan ke dua cowok lainnya di sana, tapi jawaban mereka sama.

Kayaknya emang nasib gue sial banget hari ini.


***

Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang