Hani : Ra, bisa ketemu?
Hani : gue mau jelasin sesuatu
Ara menghela nafas membaca chat dari Hani. Sebenarnya semenjak Ara dan Aro saling menjauh Hani sudah tak lagi mengganggunya. Hanya tersisa beberapa Arovers saja yang kerap mengirimi teror dengan surat ancaman yang tidak pernah dia tanggapi serius. Tapi entah karena apa Hani minta bertemu Ara.
Ara : bisa. Mixme aja ya, setengah jam lagi
Ara sih berdoa, semoga niat Hani bertemu dengannya bukan niat buruk. Dan benar saja, setengah jam kemudian, Ara sudah duduk manis di dalam Mixme, menunggu Hani yang belum datang.
Hp Ara bergetar. Jovan telepon. Entah punya insting apa gimana, tiap Ara pergi pasti Jovan telepon dia. Minimal chat lah, nanya lagi di mana. Ajaib sih Jovan itu.
"Halo," sapa Ara ogah-ogahan.
"Di mana?" Kan bener kata Ara.
"Mixme," jawab Ara singkat.
"Ngapain? Makan ga ajak-ajak lo! Dosa lo ninggalin temen! Makanan lo ga berkah!" teriak Jovan heboh membuat Ara langsung mengumpat begitu saja.
"Diem bisa nggak sih? Congor kalo ngomong udah kayak dunia milik sendiri," sewot Ara membuat Jovan tertawa di seberang sana.
"Beneran nih gue. Ngapain jombs macem lo di Mixme? Nyari om om ya?"
"Van gue matiin nih," ancam Ara membuat Jovan buru-buru minta maaf.
"Hani ngajak ketemu. Katanya ada yang mau dijelasin," jawab Ara membuat Ara langsung mendengar suara gaduh dari seberang telepon.
"Bentar Ra. Tunggu gue. Gue ke sana," ucap Jovan lalu memutuskan sambungan.
Ara mendengus kesal. Manusia pada kenapa, sih? Dari kemarin aneh semua.
Lima belas menit waktu berlalu, dan Ara masih sendiri.
"Nunggu lama?"
Ara mendongak dan melihat Hani di sana. Gadis berambut panjang itu cantik seperti biasa. Apalagi kali ini gadis itu tersenyum, tulus. Satu hal yang baru kali ini Ara lihat dari seorang Hani.
"Nggak, kok," jawab Ara membuat Hani tersenyum lagi.
"Langsung aja. Gue mau bilang, alasan kenapa gue berbuat jahat ke elo."
***
Aro telentang di tengah ranjangnya. Menghadap langit-langit kamarnya sambil melongo. Persis jomblo kalau malam minggu dan nggak ada temen yang ngajak main. Tapi kegiatan gabutnya itu terusik saat pintu kamarnya dibuka secara kasar. Aro segera melihat ke arah pintu dan melihat ada Jovan di sana.
"Heh Ro gawat!" seru Jovan begitu melihat Aro sudah seperti pengganti sprei di atas kasurnya. Ya habisnya Aro tinggi, badan sama kakinya kan panjang. Jadi perfect kalau gantiin sprei buat nutupin kasur.
"Gawat apa? Nayeon dating? Apa gimana?" balas Aro ikut heboh.
"Nggak! Bukan itu! Jauh lebih gawat! Ara ketemuan sama Hani!"
Aro langsung menegak.
"SERIUS LO?!" teriak Aro tak percaya lalu segera bangkit untuk mengambil jaket dan kunci motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Ficção AdolescenteNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...