"Mungkin ini memang jalan takdirku.
Mengagumi tanpa dicintai..."
***
Jovan menunduk fokus pada soal Fisika di depannya. Nilai Fisikanya masih jauh dari batas minimal. Dan berakhirlah Jovan mengikuti remidial Fisika yang saat ini benar-benar membuatnya pusing. Jika disuruh memilih antara Matematika atau Fisika, dia akan meneriakkan kata Matematika sebagai jawabannya.
Ah, andaikan Fisika itu semudah mencintai.......
"Jovan!"
Jovan menoleh mendengar panggilan itu. Seorang gadis dengan senyum ceria berlari kecil ke arahnya. Jovan balas tersenyum lalu meletakkan bolpoin yang sejak satu jam yang lalu bertengger di tangan kanannya.
"Kenapa nyariin Park Hyungsik?" jawaban Jovan membuat gadis manis itu menabok keningnya keras, membuatnya langsung mengaduh kesakitan.
"Apasih kok Brandon Salim ditabok?!" protesnya pada gadis itu yang membuat gadis itu mendelik.
"Tadi Park Hyungsik, sekarang Brandon Salim. Abis ini siapa?!" bentak gadis itu kesal. Jovan mendelik.
"Udah ah, diam kamu. Nggak sopan bentak-bentak Lee Jongsuk," katanya sambil mengibas-kibaskan tangan seolah mengusir.
"HIH GUE JAMBAK NIH!!!" ancam gadis itu hampir meraih rambut Jovan, membuatnya langsung termundur.
"Eh iya ampun, Nyai. Ampun...."
Gadis itu mendengus kesal. Namun saat mengingat alasannya mendatangi Jovan, gadis itu jadi tersenyum lagi.
"Eh, Van, temenin gue nonton yuk!" ajak gadis itu riang. Jovan di tempatnya terpaku melihat dimple kumis kucing milik gadis itu. Suaranya yang riang, dan wajah manis imutnya membuat Jovan seakan membeku di tempatnya.
Ya, Jovan selalu suka senyum gadis itu. Tawa riangnya, sikap cerianya, atau kadang omelan dan kerecehannya. Jovan selalu suka itu. Semua tentang gadis itu. Jovan suka..............
"Van ih!"
"Ha apa gimana?" tanya Jovan gagap setelah sadar dari lamunannya. Gadis itu cemberut di depannya.
"Temenenin nonton. Ya? Ya?" ucap gadis itu memohon. Jovan jadi tersenyum.
"Iya, Ra. Mau nonton apa?" tanya Jovan sok classy membuat gadis itu, Ara, bergaya sok akan muntah.
"Nggak usah gitu deh, Van. Serem," kata Ara membuat Jovan mengulurkan tangan hendak meraup wajah Ara.
"Dih ya emang elo muncul aja bikin orang teriak," sewot Jovan lalu menunduk lagi pada soal Fisikanya. Ara yang gemas jadi menendang kursi Jovan, membuat si empunya kursi hampir terjungkal ke samping.
"APASIH RA?!" kesal Jovan setelah daritadi diganggu.
"Mau nemenin nggak?!" balas Ara sama kesalnya.
"Yaudah iya ayo!"
"Yaudah nanti pulang sekolah!"
"Yaudah nanti nonton apa?!"
"Yaudah Finding Dory!"
"Yaudah elo bayar sendiri!"
"Yaudah iya!"
"Yaudah gue mau ngerjain lagi!"
"Yaudah ngerjain apa?!"
"Yaudah Fisika!"
"Yaudah kerjain sana!"
"Yaudah!"
"Yaudah bisa nggak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Teen FictionNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...