Koridor masih sepi pagi itu. Entah terkena hidayah dari mana Aro bisa berangkat lebih pagi dari Nata yang notabene sudah kelas dua belas. Aro sebenarnya tidak ingin berangkat pagi-pagi. Jika bukan karena harus menghindari Ara, Aro pasti berangkat dua puluh menit sebelum bel berbunyi, bersamaan dengan jam berangkat Ara. Tapi kali ini dia benar-benar ingin menghindari Ara. Dia tidak ingin terbayang-bayang kenangannya dengan Ara dahulu.
Namun sialnya, di depan sana, Ara dengan santai berdiri di depan pintu kelas sambil menyedot Ultramilk cokelat.
Dan bodohnya Aro baru sadar saat dia ingin masuk ke dalam kelas.
Aro berdiri canggung menghadap Ara yang terlihat gugup. Matanya melirik ke mana saja asal bukan ke arah cowok jeding di depannya. Aro menghela nafas.
"Ra," panggilnya pelan. Ara serta merta mendongak, menegakkan tubuh kaget Aro memangil namanya.
"I—Iya?" jawabnya gelagapan menatap Aro kaget. Aro mengulum bibir sejenak.
"Apa kabar?" tanya Aro datar dengan nada dingin, membuat Ara yang mendengarnya seakan tertusuk hatinya.
Ara terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana Aro barusan. Karena Ara sendiri sadar, kabarnya bagaimana? Dia tidak tahu. Jika dikatakan baik, hatinya lebih sering bimbang tanpa alasan. Jika dikatakan tidak, memangnya karena apa?
Ara tidak tahu. Jadi dia memilih diam.
"Ehm.... Anu. Gue mau masuk."
Ara dan Aro tersentak dengan kehadiran Sharon yang tiba-tiba di sana. Keduanya segera menyingkir memberi jalan. Sharon dengan wajah tak enak langsung lewat sambil mengucapkan permisi pada keduanya.
Aro yang semula terdiam langsung melangkah masuk, bersamaan dengan Ara yang juga ingin masuk, membuat keduanya berdempetan di pintu masuk kelas.
Aro melirik Ara sedikit.
"L—Lo duluan aja," ucap Aro datar membuat Ara menoleh.
"Lo duluan aja," balasnya namun tetap diam di tempat.
"Lo duluan. Lo cewek."
Ara melirik cowok itu.
"Trus kenapa kalo gue cewek? Lo duluan sana."
"Gue lebih ngalah buat cewek. Sana duluan."
"Oh, lebih ngalah karena emang udah biasa sama cewek ya," sindir Ara membuat Aro menoleh dengan tatapan tajam.
"Ya terus kenapa kalo gue udah biasa sama cewek? Ada hak gitu buat lo larang gue? Lo itu flatshoes ya. Ga ada hak!"
"Oh gitu? Trus kenapa? Gue ga ada larang lo mau deket sama siapa. Toh emang gue ga ada hak buat larang-larang lo. Lagian lo siapanya gue?!"
"Kalo berantem jangan di pintu dong woi banyak yang mau masuk, nih," tegur Radit membuat keduanya sontak bersamaan ingin melangkah maju. Namun lagi-lagi, pintunya terlalu sempit untuk dilewati berdua. Dan mereka terjepit sekarang.
"Lo agak munduran dong! Katanya gue duluan yang masuk!" seru Aro merasa terjepit.
"Lo nyuruhnya gue yang duluan masuk!" balas Ara menatap Aro sengit.
"Ga jadi! Gue mau masuk duluan!" balas Aro berusaha mendorong tubuhnya sendiri.
"Ga bisa! Gue juga mau masuk duluan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Next Door | ✔ #YOURKIDUCE
Teen FictionNamanya Aro. Dia ganteng. Dia pinter. Dia tinggi. Dia jadi favorit cewek-cewek. Tapi Kiara nggak suka sama dia. Karena dia playboy. Dia songong. Dia sok. Dia temen sekelas Kiara. Dan yang paling bikin Kiara enek sama dia, karena dia tetangga Kiara. ...