Prolog

2.7K 105 4
                                    

Gadis kecil yang berusia 5 tahun itu menutup telinganya . Tanganya menekan keras , agar ia tak mendengarkan adu mulut antara sang bunda dan ayahnya . Gadis itu terisak , merasakan sakit direlung hatinya . Dimana seharusnya gadis seumuran dia itu mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya , bukan melihat dan mendengarkan pertengkaran orang tuanya .  Gadis kecil yang sama sekali tak tau apa apa itu hanya bisa menangis dikamarnya . Tadi , sang bunda mengunci pintu kamarnya .

"Harusnya ayah tau dong , aku juga kerja dan nggak punya waktu buat ngurusin Hani "

"Kamu ini ! Kamu itu bundannya . Tugas kamu itu hanya di rumah , ngurus anak dan rumah . Bukannya malah kerja ! Cari uang itu udah tugasku ! "

"Kalau aku cuma ngandelin kamu , mana cukup uang yang kamu kasih itu buat keseharian kita . Gimana dengan sekolah Hani , sebentar lagi dia masuk sekolah . Kita butuh biaya untuk masa depanya . Buat makan aja susah , masih untung dibantuin istri "

"Kamu ini ! "

"Apa ! "

"Aarrgghhh ! "

"Kenapa ! Tampar aja aku ! "

Lelaki paruh baya itu menggeram , lalu meninggalkan istrinya .

Blamm..

Pintu itu tertutup keras , menyisakan Dewina yang menahan amarahnya . Wanita itu pun memasuki kamar mandi lalu merendam tubuhnya untuk mendapatkan ketenangan .

---

Haris berjalan cepat meninggalkan kamarnya , ia tak habis fikir terhadap istrinya . Yang selalu meremehkanya , meskipun ia sudah berusaha keras untuk mencari nafkah . Laki laki itu melewati kamar putrinya , terdengar isak tangis pilu dari dalam kamar . Ia berhenti didepan pintu .

"Hiks , Hani takut "

"Bunda .. Ayah..hiks "

Ceklekk

Haris memasuki kamar putri kecilnya , laki laki itu mengitari pandanganya ke seluruh ruangan . Hingga ia menghentikan pandanganya tepat di pojok kamar , putri kecilnya itu sedang menangis dengan menutup telinganya . Hatinya teriris melihat putri kecilnya menangis , menderita karena ulahnya .

Haris pun ikut duduk dihadapan putrinya , laki laki itu langsung menarik Hani kedalam pelukanya .

"Sstt...Hani princesnya ayah kok nangis sih " ujar Haris

Hani menyembunyikan wajahnya ke dada Haris " hiks.. Aku takut ayah ..Kenapa ayah dan bunda selalu berantem "

Haris menghela nafas , laki laki itu tersenyum lalu menangkup pipi chubby putri kecilnya itu " Siapa bilang ayah dan bunda berantem ? Ayah sama bunda hanya sedang berlatih untuk main film sayang "

"Jadi Hani jangan takut lagi ya , ayah sama bunda sayang banget sama Hani . Jadi , jangan nangis lagi " Gadis itu mengangguk seolah mengerti apa yang dikatakan sang ayah

"Hani mau es klim "

Haria tersenyum lebar " Ayo kita beli es krim " ucapnya lalu menggendong Hani .

"Kita terbang ... Wusssshhhh"

Gadis kecil itu pum tertawa kembali , membuat Haris tersenyum .

---

Kejadian itu telah terjadi 10 tahun yang lalu , kenyataan pahit yang harus ditelan gadis kecil itu adalah kenyataan bahwa sang ayah dan bundanya yang masih sering bertengkar entah siapa yang memulai . Terjadi pertengkaran hebat antara orang tuanya itu disaat umurnya 7 tahun . Dimana ia melihat sang ayah yang menampar sang bunda tepat dihadapanya . Setelah itu terjadi , sang ayah meninggalkan rumah , begitu juga dengan sang bunda yang meninggalkanya sendirian di rumah . Entah bagaimana isi fikiran kedua orang tuanya ,yang tega meninggalkan putri kecilnya sendirian di rumah . Tak memikirkan ketakutan gadis kecilnya ,tak memikirkan penderitaan Hani . Setelah 2 hari Hani sendiri di dalam rumah itu didalam kegelapan , karena orang tuanya yang meninggalkanya begitu saja dengan keadaan rumah yang gelap tak membiarkan lampu rumah hidup . Jelas saja , gadis kecil itu ketakutan .

"Astaga Hani ! " pekik Vania

Wanita itu berlari menghampiri keponakanya . Ia fikir rumah kakaknya itu kosong karena gelap . Awalnya ia berniat meninggalkan rumah itu ketika melihat rumah itu gelap seperti tak berpenghuni . Namun , wanita itu jelas jelas mendengar suara isak tangis yang pilu , suara seorang anak kecil yang terus menangis menyebutkan ayah dan bundanya .

Sungguh ironis , hatinya tersayat melihat keponakannya yang sangat mengenaskan itu . Terlihat tubuh Hani yang gemetar ketakutan , terus menangis , rambutnya yang sudah acak acakan .

Vania memeluk erat keponakannya itu . " kamu kenapa sayang ? Kemana ayah sama bunda ? " tanya Vania

Hani hanya terus menangis , gadis kecil itu menggeleng . "Hani takut bibi "

Vania berusaha menenangkan Hani , namun Hani terus meracau tak jelas . Ada perasaan marah dan kecewa didalam hatinya , bagaimana bisa kakaknya tega meninggalkan Hani sendirian .

"Mas ! " teriak Vania

"Mas Fadil ! Cepat masuk ! " Vania semakin kelimpungan , ketika Hani yang terus meracau tak jelas sedangkan suhu tubuhnya panas . Ia takut terjadi sesuatu yang parah terhadap keponakannya itu .

"Ada ap-astaga ! Hani kenapa ? " Fadil yang baru masuk pun terkejut

"Mas , ayo bawa Hani ke rumah sakit sekarang "

----TBC------

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang