Kring kring...
Bunyi bel sepeda sederhana berwarna pink yang warnanya sudah pudar itu memasuki area sekolah.
" Selamat pagi pak" ucap seorang gadis yang sedang menggandeng sepedanya memasuki gerbang sekolah.
"Eh, neng Hani, selalu rajin kaya biasanya"
" Iya dong pak, kan Hani harus melakukan bisnis" ucap Hani tersenyum bangga, dengan menunjukan sebuah tas belanja yang sering dibawa sang bibi ke pasar.
"Ya udah pak, Hani masuk dulu ya, Assalamualaikum" ucap Hani lalu memasuki area parkir sekolah.
"Waalaikumsalam" jawab pak Joni sang satpam yang menyapa dirinya tadi.
....
Hanifa Vinanda, seorang gadis berambut pendek dan berponi itu adalah seorang siswa yang beruntung bisa memasuki sekolah favorit di Bandung.
Dia gadis yang ramah, cantik, baik hati dan lemah lembut. Tapi, tak semua orang menyukainya.
Karena satu kekurangan Hani, dia adalah seorang gadis cantik tanpa orang tua, ekhm.. maksudnya dia hanya tinggal bersama bibinya, kedua orang tuanya menghilang entah kemana.
Banyak rumor yang mengatakan, bahwa Hani adalah anak pungut, atau anak haram karena orang tua Hani pun tak mau mengurusnya. Namun Hani, selalu mengatakan orang tuanya sedang sibuk di luar kota. Ya, sibuk dengan keluarga baru mereka masing-masing, dan fakta itu hanya Hani yang tau. Miris, tapi itulah fakta pahit yang harus di terima dirinya.
Karena Hani percaya, keindahkan akan tiba pada waktunya, dan ia akan menunggu itu.
Ceklek..
Hani menyetandarkan sepedanya, gadis itu menatap sebuah bangunan indah yang ada di depannya. 'SMA N 1 BANDUNG' terpampang jelas kata itu yang tertera dan terukir indah di gedung itu.
Kemudia Hani menghirup udara sebanyak mungkin, menikmati sejuknya suasana di pagi hari.
"Selamat pagi dunia" ucapnya entah kepada siapa.
Gadis itu berjalan menuju kantin sekolah, dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
"Assalamualaikum, bibi."
"Waalaikumsalam"
"Seperti biasa ya bi," ucap Hani, sambil memberikan sebuah kantong belanja kepada bi Ani, pedagang di Kantin sekolahnya.
"Iya siap neng, ini uang yang kemarin" ucap bi Nia.
"Ya udah, makasih ya bi. Hani pamit dulu, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
----
"Dorr..."
"Ya ampun! Kamu ya ngagetin aja" pekik Hani kesal.
"Hehe, ya abis kamu sibuk banget baca bukunya" ucap laki-laki berkacamata itu.
"Aku lagi belajar, Fer"
" Emang ada ulangan ya?" tanya laki-laki itu.
"Bukan Fero, astaga! Kamu nggak lihat, ini novel Fer?" ucap Hani pada Fero sambil menunjukan buku yang sedang ia baca.
Fero terkekeh geli, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hehe, nggak lihat tadi" jawab Fero.
"Kamu ngapain ke sini?" tanya Hani.
"Emang nemuin pacarnya sendiri nggak boleh ya" goda Fero
Jawaban Fero membuat pipi Hani merona. Gadis iti tersenyum hangat
" B-boleh sih.." jawab Hani gugup.Fero terkekeh, kemudian ia mencubit pipi Hani gemas, sungguh Hani sangat menggemaskan bagi Fero.
" Ih sakit, Fero!" keluh Hani.
"Yee... salah sendiri gemesin" kemudian mereka pun tertawa, meskipun entah apa yang membuat mereka tertawa.
Arfero P. Alviano adalah seorang laki-laki berparas tampan, namun tertutupi dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, yang menutupi mata indahnya. Dia adalah teman kecil Hani, yang baru sekarang berada di sekolah yang sama. Dan Fero sama dengan Hani, memasuki sekolah ini dengan jalur beasiswa. Dan, hal terpenting adalah Fero adalah kekasih Hani semenjak masuk SMA ini.
Jangan tanyakan kehidupan Hani selama ini, gadis itu tak pernah memiliki masalah, dan yahh.. hidupnya terlalu monoton tentunya.
Memiliki hidup normal, hanya seorang gadis dari keluarga sederhana, tinggal bersama bibi dan pamannya, yang merawatnya penuh kasih sayang, karena paman dan bibinya tak memilik anak.
"Kantin yukk" ajak Fero.
"Nggak ah" jawab Hani
"Kenapa?"
"Aku nggak lapar kok" jawab Hani sambil menunjukan senyuman manisnya. Namun tak membuat Fero percaya, karena ia tahu Hani tak pernah bisa berbohong dihadapannya.
"Bohong, kamu nggak makan apa-apa dari tadi"
"Ih siapa bilang aku bohong, aku nggak bo---"
Kruukkkk...
"--hong" lanjut Hani dengan memejamkan matanya menahan rasa malu.
Perutnya tiba - tiba berbunyi dan tak bisa berkompromi.
Fero terkekeh, kemudian menggelengkan kepalanya. " Ck, aku bilang juga apa"
"Tadi belum lapar kok, seriusan" ujar Hani dengan menunjukan dua jarinya.
Fero menurunkan tangan Hani yang berada di depan wajahhnya, laki-laki itu tersenyum " Jangan kebiasaan bohong, kamu pikir seberapa lama aku kenal kamu?"
Kemudian Fero memberikan sebuah misting, yang di dalamnya ada nasi dan fried chicken kesukaan Hani. Karena Fero sangat hafal, Hani jarang menggunakan uang jajannya, hanya sekedar untuk menabung dan juga untuk kebutuhan yang mendesak.
Satu hal yang membuat Fero sangat mencintai Hani, yaitu karena Hani adalah gadis yang mandiri, Hani tak pernah mau merepotkan bibi dan pamannya.
-----TBC------
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice ( SELESAI)
Подростковая литератураPeringkat #1 'depresi' Agustus 2020 Peringkat #1 'berat' Oktober 2020 Peringkat #3 'mandiri', Oktober 2020 Peringkat #6 'sederhana' Oktober 2020 Peringkat #7 'choice' Oktober 2020 - Selesai- Liku-liku kehidupan seorang gadis bernama Hanifa Vinanda...