Part 28

414 29 0
                                    

Hanifa membuka matanya,  mengedipkan matanya perlahan,  mengitari ruangan yang agak gelap dan berantakan. 

Gadis itu terkejut,  ketika tangannya sudah di ikat,  begitu juga dengan kakinya. 

"ALETA, PENGECUT!" teriaknya keras,  ia benar-benar kesal saat ini.  Pada akhirnya ia memang harus benar-benar melawan Aleta. 

"Gue tau,  lo yang ngelakuin ini ke gue!"

Krieeettt...

Pintu terbuka,  terlihat seseorang pelangkah pelan. 

"Udah sadar?"

Hanifa bisa melihatnya,  senyum semirik yang licik itu hanya di miliki oleh Aleta. 

"Mau lo apa hah!? " pekik Hanifa

"Lo tau apa yang gue mau." jawab Aleta

"Lo udah nikah kan sama Fero,  ngapain lo  gini sama gue?"

Aleta menghela nafas " Nggak usah pura-pura nggak tau!  Gara-gara lo ngilang,  Fero gagalin pernikahan kita. Gue tau,  lo sengaja ngilang biar Fero khawatir sama lo,  sampe dia lupain gue kan!"

Hanifa sempat terkejut,  tapi ia pun tersenyum. 

"Duh,  kasian banget sih hidup lo."

"Lo!"

"Apa!?" jawab Hanifa menantang. 

"Ikut gue sekarang!" ucap Aleta yang langsung menarik dan menyeret Hanifa. 

"Sakit! Gila!  Lo emang gila Al!"

Sesampainya di ruangan lain,  Aleta lalu mendorong Hanifa keras. 

"Hani!" seru seseorang yang cukup membuat Hanifa terkejut. 

"Tante!"

Hanifa menatap tajam pada Aleta. 

"Lo!  Lo boleh sakitin gue sepuas lo,  lo bisa bunuh gue sekarang juga, tapi jangan pernah lo sakitin tante!"

Vania menggeleng,  " Enggak,  Aleta kamu bisa sakitin tante,  tolong bebasin Hani!"

"Well,  ternyata gue nggak salah bawa tante lo ke sini."

"Jadi,  mau yang mana dulu,  ma?"tanya Aleta pada seseorang. 

Dan dapat di yakini oleh Hanifa,  bahwa Aleta bekerja sama dengan sang bunda. 

"Terserah kamu,  sayang." bisik Dewina yang tiba-tiba hadir di antara mereka.

Vania terkejut melihat Dewina yang berada di balik semua ini. 

"Kak,   aku mohon bebasin Hani.  Jangan sakitin dia kak,  dia anakmu,  inget itu. "

Dewina hanya tersenyum,  tak mengindahkan permohonan adiknya itu. 

"Kalau aku menyakiti adikmu duluan,  nggak papa kan, ma?" tanya Aleta. 

"Asal kamu bahagia,  sayang.  Lagi pula,  dia bukan adik kandungku,  jadi terserah."

Hanifa menatap sang tante,  " Tante,  apa maksudnya ini!?"

"Jadi,  tante kesayanganmu ini belum memberitahukan faktanya ya?" tanya Dewina dengan menangkup dagu Hanifa. 

"Mau ku ceritakan sebuah kenyataan?"

Hanifa mengangguk setuju,  sedangkan Vania hanya pasrah,  sudah waktunya Hanifa mengetahui itu.

Dewina melirik Aleta lalu Aleta pun mengangguk. 

"Baiklah,  dengarkan baik-baik."

"Pada suatu masa,  ada sepasang suami istri yang belum memiliki anak setelah pernikahanya selama empat tahun.  Waktu itu,  mereka menemukan seorang anak kecil di jalanan yang sedang menangis.  Anak kecil itu terlihat kusam dan tak terurus.  Anak kecil itu seorang perempuan,  karena merasa kasihan dan mereka merasa harus merawat anak itu.  Akhirnya,  mereka mengambil anak itu dan merawatnya.   Waktu itu,  umur gadis itu adalah dua tahun,  masih sangat kecil.  Tapi,  ia harus terlantar di jalanan. "

" Selama empat tahun,  gadis itu di rawat dengan baik,  di manja dan selalu di beri perhatian lebih.  Apapun yang dia inginkan selalu di turuti,  kehidupan gadis itu benar-benar sangat bahagia.  Namun,  saat umurnya menginjak pada enam tahun. Semua perhatian dari kedua orang tua angkatnya terbagi pada seorang bayi kecil yang telah lahir dari ibu angkatnya.  Yang berarti adalah anak kandung dari sang ibu.  "

"Singkatnya,  semakin mereka tumbuh,  gadis  itu semakin kesal pada sang adik.  Karena,  sang adik telah mengalihkan dunia kedua orang tuanya.  Setelah lulus SMA,  gadis itu memutuskan bekerja dan tinggal sendiri karena telah menerima kenyataan bahwa dia bukanlah anak kandung mereka."

"Sampai pada dirinya berumur dua puluh empat tahun,  dia menikah dan memiliki keluarga yang lengkap.  Gadis itu,  bernama Dewina. Selesai."

Prok...prok....prok

Tepukan tangan itu berasal dari Aleta,  "  Cerita yang indah,  ma." serunya. 

"Tentu saja,  sayang."

"Jadi,  mamah dan tante nggak bersaudara?" tanya Hanifa. 

"Kamu itu bodoh ya,  tentu saja bukan!"

"Tapi,  bagaimana pun kakek sama nenek udah ngebesarin bunda." ucap Hanifa.

"Diam,  kamu! Bocah tengil yang nggak tau apa-apa."

"Kak,   udah. Kakak harusnya sadar,  Hani anak akak,  lagi pula Papa sama Mama selalu nunggu kakak pulang.  Mereka sayang sama kakak."

"Aleta!" seru Dewina. 

Seakan tahu apa yang di maksud yang mama,  Aleta pun menuruti perintah Dewina. 

DOR...

"TANTE!!!!" teriak Hanifa. Gadis itu menangis histeris. 

Sementara Vania mememekik menahan sakit.  Lalu tak sadarkan diri. 

"ALETA!!"

DORRR..

"LO!" geram Aleta lalu gadis itu tak sadarkan diri. 



-TBC-




Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang