Kukuruyukk....
Mata indah gadis itu terbuka, dan membulat sempurna. Kemudian gadis itu langsung terbangun dari tidurnya, dan mendapati dirinya ada di sebuah kamar.
"Wait.. " gumam Hanifa
"Ini dimana?"
"Masa udah nyampe? Kok Kenzie nggak bangunin gue?"
Karena mendengar suara orang yang nampak asik mengobrol, Hanifa pun berdiri dan keluar kamar.
" Yowes le, urusan kui ben mbah putri sek ngurus karo Reina.*" ucap seorang wanita tua, yang mungkin adalah nenek Kenzie.
"Yowes nek ngono mbah, tak percayake neng mbah yo. Aku mangkate sesok.**"
"Eh, Hani udah bangun to, nduk."ucap nek Tinah.
"Iya, nek." jawab Hanifa dengan tersenyum
Hanifa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu menatap Kenzie seolah menanyakan sesuatu.
Paham dengan kode yang di berikan Hanifa, Kenzie pun mengenalkan Hanifa pada neneknya.
"Nek ini, Hani. Dan Hani, ini nenek gue, namanya Tinah. Kalem aja dia seneng banget lo ada di sini."
"Hani, nek." ucap Hanifa.
Sementara Tinah, langsung memeluk Hanifa. " Senangnya nenek akhirnya punya cucu cewek." ujar Tinah,
Hanifa tersenyum hangat, "Makasih, nenek udah mau terima Hani."
"Uuh sayang, nenek seneng kok Kenzie ngajak kamu kesini. Soalnya Mila sering cerita tentang kamu, nenek kan jadi penasaran kamu seperti apa, ternyata cantik banget ya." pujinya.
Hanifa tersipu malu, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Eum, kamar mandi dimana ya nek?" ucapnya malu-malu.
"Itu sebelah sana lurus aja."
"Ya udah nek, aku ke kamar mandi dulu." pamitnya.
Setelah Hanifa pergi, tak lama kemudian seorang gadis cantik datang dan terkejut melihat Kenzie.
"Loh Ken, kamu kok nggak kasih tau kalau kamu pulang?" tanyanya sambil meletakan barang belanjaannya.
Kenzie tersenyum hangat. " Aku cuma sebentar di sini, mau nganter Hani, adik tiri aku buat refreshing di sini. Jadi, tolong bantuannya ya."
"Trus kamu mau balik lagi kapan?"
"Besok, soalnya ada urusan penting."
Gadis itu tertunduk lesu, " Beneran sebentar ya, ya udah nggak papa." ucapnya.
"Oh iya, mbah. Ina mau masak dulu ya." ucapnya lalu pergi menyiapkan bumbu dan memotong sayuran.
Sementara Kenzie hanya menghela nafas kasar, lalu pergi ke luar.
----
Kenzie tersenyum senang, melihat Hanifa yang langsung bisa akrab bersama Nenek dan Reina. Melihatnya seperti itu, membuat Kenzie menjadi tenang, jika ia meninggalkan Hanifa di sini, sepertinya dia membawa Hanifa ke tempat yang tepat.
Saat ini, Hanifa nampak menyiapkan piring, sedangka Reina menyiapkan makanan ke meja makan.
Sang nenek sedang terduduk manis, melihat Hanifa dan Reina yang ternyata bisa bekerja sama dengan baik.
"Nah udah siap semuanya, ayo makan." ucap Reina.
"Hani, tolong panggilkan Ken." ucap nenek
"Siap, nek!"
Saat Hanifa berdiri dari tempat duduknya, Kenzie sudah terlihat diambang pintu dapur.
"Nggak sadar ya, dari tadi aku di sini loh." ucapnya
"Hilih, buruan sini, laper nih." seru Reina
Kenzie tersenyum, kemudian duduk di dekat Hanifa.
"Wah, aku paling ganteng." ucap Kenzie
Sedangkan ketiga perempuan itu hanya berekspresi mau muntah.
Bagaimana Kenzie terlalu percaya diri seperti itu, karena di rumah ini hanya ada neneknya, Reina, dan juga Hanifa. Sang kakek sudah meninggal, sedangkan Mila ibunya adalah anak tunggal, dan sekarang tinggal bersama Haris. Berhubung Reina gadis yang baik, jadi Reina lah yang sering menemani nek Tinah.
Sebenarnya Mila sudah mengajak ibunya itu untuk tinggal bersamanya, tapi Tinah menolah karena dia tidak mau meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu.
Maka dari itu, Tinah begitu senang ketika Hanifa datang, itu berarti rumahnya akan semakin ramai, apalagi melihat Hanifa yang ternyata gadis yang baik dan asik.
Setelah sarapan selesai, Hanifa segera membantu Reina mencuci piring.
"Aku bantuin ya, kak." ucap Hanifa yang langsung membereskan piring.
"Nggak usah, Han. Kamu duduk aja istirahat dulu, jalan-jalan gih sama Kenzie biar tau lingkungan sekitar sini."
"Enggak ah, aku nggak mau pergi sama orang menyebalkan kaya kak Kenzie."
Reina menggelengkan kepalanya, " Gitu-gitu kakak kamu juga kan."
"Yayaya, aku nggak bisa nangkis soal itu sih."
"Kamu ini, ya sudah kamu bantu lap piringnya ya biar cepet kering."
"Asyap kapten." seru Hanifa
"Anak pintar." timbal Reina lalu memercikan air ke wajah Hanifa.
"Ih, kakak." rengek Hanifa
Sementara Reina hanya tertawa dan melanjutkan kegiatannya.
Di sisi lain, seseorang sedang menerima telpon.
"Gue udah turutin kemauan lo? Sekarang lo mau apa?"
"... "
"Tapi, apa dia bisa nerima ini? Lo udah jamin, kalau rencana lo akan berhasil?"
"..."
"Baiklah, rencana segera di mulai."
-TBC-
NB:
* : Ya udah, kalau itu urusan nenek aja sama Reina.
**: Ya udah kalau gitu, nek. Aku percayakan sama nenek ya. Aku besok berangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice ( SELESAI)
Fiksi RemajaPeringkat #1 'depresi' Agustus 2020 Peringkat #1 'berat' Oktober 2020 Peringkat #3 'mandiri', Oktober 2020 Peringkat #6 'sederhana' Oktober 2020 Peringkat #7 'choice' Oktober 2020 - Selesai- Liku-liku kehidupan seorang gadis bernama Hanifa Vinanda...