Part 19

473 35 0
                                        

Saat ini,  Fero sudah di rumah.  Laki-laki itu meringis saat lukanya di obati ibunya. 

"Aduh,  mom pelan-pelan." ujar Fero. 

"Iya,  ini juga pelan-pelan.  Kamu juga ngapain berantam,  udah gede kamu tuh,  bukan anak kecil lagi yang apa-apa harus di selesaikan dengan otot." omel Friska.

Fero menghiraukan omelan Friska.  Lalu menghidupkan televisi dan menonton berita. 

"Telah terjadi kecelakaan,  yang membuat seorang gadis terluka parah,  dan sepertinya dia adalah korban tabrak lari.  Saat ini polisi sedang mengolah tempat kejadian."

"Kasian sekali gadis itu, " timbal Friska. 

"Selamat siang pak,  apa sudah di ketahui identitas korban?"

"Iya,  telah di temukan sebuah KTP di dalam dompet yang berada di saku jaket korban. Mohon untuk keluarga,  dari  Hanifa Vinanda untuk datang ke rumah sakit Cahaya Kencana. Saat ini korban sudah di bawa---"

Fero mematikan televisi itu,  "Mom,  aku pergi dulu." ucapnya lalu berlari.

"Momy akan menyusul!" seru Friska. 

Friska membereskan kotam P3K,  lalu menghubungi Willy dan Fera,  bahwa ia dan Fero pergi ke rumah sakit untuk menemui Hanifa. 

Sementara itu,  Kenzie sedang terlihat panik  menunggu di UGD,  dia takut Hanifa kenapa-kenapa. 

"Ah,  sial!" umpat Kenzie.

Laki-laki itu hanya terus berjalan kesana kemari,  seolah caranya bisa membuat Hanifa sembuh. 

"Gimana keadaan Hani,  Ken?" tanya Haris dan Milla. 

"Aku nggak tau,  pah,  mah."

"Kenapa bisa begini sih, Ken?" tanya Milla

"Aku juga,  nggak tau mah.  Yang aku tau,  aku cuma dapet telpon dari rumah sakit. "

"Maaf,  nggak bisa menjaga Hani dengan baik." tambahnya

"Nggak papa,  kita tunggu dokternya keluar dulu. "

Tak lama kemudian,  Fero muncul. 

Tapi dengan cepat Kenzie mendorongnya kuat, hingga Fero jatuh tersungkur.

"Puas lo!  Puas udah buat Hani menderita!"

"Udah Ken,  ini rumah sakit. Tenangkan diri kamu dulu." seru Milla.

Sedangkan Haris hanya diam,  begitu pun dengan Fero.  Dia benar-benar menyesal,  dan saat ini dia merasa sangat takut. 

"Tapi, mah.  Hani seperti ini karena dia!"

"Salah dia yang udah buat Hani frustasi."

"Kamu tenang dulu,  semua orang di sini juga sedih  dan takut dengan keadaan Hani. Kamu diam saja dan tunggu dokternya keluar. "

"Dan kamu Fero,  cepat duduk. Dan diam saja."

Fero hanya mengangguk,  dia sendiri juga sangat bingung kenapa bu Milla ada di rumah sakit.  Dan siapa laki-laki paruh baya yang sedang diam dengan raut wajah yang sedih itu. 

Ceklek..

Haris terbangun,  " Gimana keadaan anak saya, dok?"

"Pasien telah kehilangan banyak darah,  sedangkan stok darah yang cocok dengan pasien sudah menipis,  kita membutuhkan lebih banyak darah lagi."

"Apa golongan darahnya,  dok?"

"Golongan darah pasien adalah O negatif."

"Kami akan segera mencarinya dok." ujar Haris. 

Dirinya bertambah sedih karena golongan darahnya adalah AB.

"Apa di sini ada yang memiliki golongan darah yang sama seperti Hani?"

Semuanya menggeleng.  Haris terdiam,  lalu ia memikirkan sesuatu.

"Hanya ibunya Hani,  yang memiliki golongan darah yang sama dengan Hani."

"Tapi,  aku nggak tau Dewina berada dimana." tambahnya.

"Kita bisa coba share di sosmed." ujar Fero.

Semuanya nampak terdiam,  lalu mereka pun kompak menyetujui itu. 

"Apa boleh aku, masuk?" tanya Fero.

Haris mengangguk,  membiarkan Fero dan Kenzie yang menjaga Hanifa.  Karena ia juga harus berusaha mencari Dewina,  sedangkan Milla mengurus administrasi.

Fero duduk di samping ranjang,  sedangkan Kenzie duduk di sofa.

Mengusap kening Hanifa dengan hati-hati karena kepala Hanifa terluka dan sedang diperban. Lelaki itu menatap Hanifa dengan penuh penyesalan,  seharusnya ia tidak dikendalikan dengan emosinya sendiri,  ia tahu Hanifa tidak pernah sejahat itu pada siapapun. 

"Maaf," bisik Fero tepat di telinga Hanifa. 

Setelah itu ia menatap Kenzie meminta kejelasan dari semua yang terjadi selama ini.  Karena ia butuh itu untuk bisa membantu jalan keluarnya. 

Akhirnya Kenzie pun menceritakanya,  bahwa ibunya Hanifa adalah ibu tirinya Aleta.  Kemudian Belyna adalah adiknya Aleta,  sebenarnya umur Aleta lebih tua dari mereka semua meski hanya berselisih satu tahun.  Tidak,  Aleta dan Belyna berselisih dua tahun,  hanya saja Belyna memilih sekolah di umurnya yang masih sangat muda.

"Kenapa lo nggak bilang kalau ibunya Hani itu ibu tirinya Aleta? Gue tau rumah Aleta dimana." seru Fero. 

Akhirnya Kenzie pun menghubungi Haris dan memberitahu alamat Dewina dimana.

Tak lama kemudian Dewina datang,  tapi raut wajahnya sangat tidak bersahabat. 

Dewina datang bersama Aleta,

"Ibu gue,  nggak bisa donor darah buat Hani,  karena dia punya darah tinggi.  Kebetulan golongan darah gue sama kaya Hani.  Gue bisa donorin darah gue buat Hani,  tapi..."

"Tapi apa?" tanya Haris

"Fero harus tunangan sama gue." semua mendadak terdiam.  Termasuk Fero dan Friska.

"Baiklah,  gue tunangan sama lo,  tapi lo harus nepatin janji buat donorin darah lo dan nggak pernah gangguin Hani lagi." ucap Fero.

Aleta dan Dewina tersenyum penuh kemenangan.

"Oke."

--TBC--

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang