Part 27

415 30 0
                                    

Matahari mulai terik,  dan pembeli semakin banyak. Mungkin, saat ini rezeki sedang mengalir deras,  sampai begitu banyak pembeli yang terus berdatangan.

Hanifa mengusap keringat di keningnya,  hari ini ia merasa sedikit lelah.

"Mbak, belanjaan atas nama ibu Nita udah selesai?" ucap seseorang menanyakan pesanan. 

"Udah kok, mas.  Tunggu sebentar ya."jawabnya dengan masih sibuk mempersiapkan nota.

"Cakra! Pesanan atas nama bu Nita tolong antar ke depan!"

"Oke siap!"

"Jadi,  totalnya satu juta lima ratus ya mas." ucap Hanifa lalu memberikan nota tersebut.  Tapi,  seketika Hanifa menghentikan aktivitasnya.

"Aku menemukanmu sayang!"

Hanifa berjalan mundur.

"Jangan mendekat!" perintahnya. 

Gadis itu menoleh ke arah Cakra,  " Cakra!  Bantu aku!"

Cakra yang sedang mengangkat barang pun langsung menurunkanya kembali.  Melihat Hanifa yang seperti menahan amarah besar. 

Sedangkan Fero terus melangkah mendekati Hanifa. 

"Ayo pulang,  tempatmu bukan di sini." ucapnya.

"Enggak!  Aku nggak mau pulang!"

Bugh..

Pukulan telak itu berasal dari Cakra yang marah karena melihat Hanifa yang mulai terasa terpojok. 

"Siapa kamu!" bentak Cakra

"Jangan ganggu Ifa!"

Fero tersenyum sinis,  " Nggak usah ikut campur urusan orang lain. "

"Minggir! " sentak Fero lalu mendorong Cakra.

"Cakra!" Hanifa langsung turun tangan,  membantu Cakra berdiri.

"Lo ngapain ke sini hah! Kita udah nggak ada urusan lagi. Jadi,  jangan pernah ganggu kehidupan gue!" ucap Hanifa pada Fero

Fero menggeleng,  " Sayang, ayo pulang. "

"Jangan pernah lo ganggu kehidupan gue lagi!  Stop manggil gue dengan sebutan yang menjijikan itu, lo nggak berhak manggil gue dengan kata itu."

"Lo tau?  Semenjak kita semua berakhir,  nggak pernah sedikit pun gue sudi buat mikirin lo,  ah dan yah makasih buat kejutanya.  Benar-benar sesuai ekspetasi,  hahahaha.." ucap Hanifa dengan tawa yang menjengkelkan

"Satu lagi,  mulai saat ini jangan pernah urusin kehidupan gue.  Urus hidup lo dan keluarga baru lo,  sekarang gue udah nemuin kehidupan gue yang baru. Ngerti!"

Fero tetap menggeleng,  " Aku bilang,  ayo pulang! " sentak Fero yang mulai kehilangan kendali. 

Hanifa tersentak,  baru kali ini Fero membentaknya seperti itu.  Lalu menatap sengit lelaki di hadapanya itu. 

"Lo!?  Lo berani bentak gue? Lo berani sentak gue? "

"Berhenti banyak bicara,  Nda!  Ayo pulang dan temukan kebenaran!"

"Cih,  omong kosong!"

"Cakra,  ayo pulang. Jangan pedulikan orang gila ini." ajak Hanifa,  jujur saja gadis itu sudah menahan tangis karena menghadapi Fero secara langsung dan mendadak seperti ini. 

Tapi,  dengan cekatan Fero menarik Hanifa dalam pelukannya.

"Nda,  ayo pulang.  Aku nggak bisa lama-lama jauh dari kamu. Berhenti main-mainnya.  Saatnya kamu pulang."

"Lepas!" pekik Hanifa kesal

Gadis itu  memberontak lalu mendorong Fero dengan kuat. 

"JANGAN PERNAH SENTUH GUE SEDIKIT PUN,  SIALAN!" bentak Hanifa,  cukup membuat Fero tertegun. Karena ia tidak pernah melihat Hanifa semarah itu. 

Kenapa  kamu mirip dia?. Batin Fero

-----

Cakra menghela nafas,  melihat Hanifa yang masih terdiam.  Saat ini,  mereka berada di taman.  Lelaki itu juga tidak bisa membantu apapun,  karena hatinya juga terkejut,  mendengar perkataan Fero kepada Hanifa.  Sayang?  Jadi,  lelaki yang di maksud Hanifa adalah Fero?.  Tapi,  kenapa Fero menjemput Hanifa, bukannya lelaki itu akan menikah dengan Aleta.   Entah kenapa,  hatinya merasa tidak rela jika mereka kembali. 

Saat Fero dan Hanifa berdebat tadi,  Cakra ingin memukul Fero terus menerus,  tapi ia  hanya bisa menahannya karena Hanifa terus memegang tangannya agar bisa meredam amarahnya. 

"Fa,  tadi itu--"

"Iya.. Jadi,  jangan dibahas lagi. "Potong Hanifa dengan cepat. 

Nafas gadis itu terlihat memburu,  dia berusaha menahan semua amarahnya dari tadi.  Tapi,  mengingat ia membentak Fero seperti itu entah kenapa membuatnya merasa bersalah. 

Karena mau bagaimana pun,  gadis itu masih mencintai Fero,  semua perkataanya tadi adalah kebohongan terbesar dalam hidup Hanifa.

Cakra mengusap punggung Hanifa,  berusaha menenangkan gadis itu.  " Lo pulang aja,  biar gue izinin nanti sama bos." ucap Cakra,  masalahnya dia juga masih punya tanggung jawab soal pekerjaanya,  jika ia dan Hanifa tidak hadir secara bersamaan,  maka keadaan toko jadi berantakan,  apalagi tadi sedang ramai-ramainya pembeli. 

Hanifa pun mengangguk,  " Sorry ya,  Cak.  Gara-gara gue,  keadaan toko tadi berantakan."

"Iya nggak papa." jawab Cakra

"Lo pulang aja,  bahaya kalo lo di luar sendirian."

"Iya,  gue pulang dulu ya." ucapnya

"Hati-hati."

Setelah melihat Hanifa pergi dengan tukang ojek,  Cakra pun langsung kembali ke tempat kerjannya. 

"Ini ongkosnya, ya pak." ucap Hanifa dengan memberikan selembar uang sepuluh ribu.

"Iya,  makasih mbak." ucap tukang ojek.

Hanifa berjalan kaki untuk bisa sampai rumah.  Karena rumahnya agak susah untuk di masuki kendaraan. 

Gadis itu berjalan dengan lunglai,  ia masih belum bisa menerima bahwa tadi ia bertemu Fero kembali.  Hingga tidak menyadari seseorang mengikutinya dari belakang. 

Kemudian,  tiba-tiba saja seseorang membekap mulutnya menggunakan kain yang sudah di beri obat bius. Hanifa yang awalnya memberontak,  menjadi terdiam dan tak sadarkan diri. 

"Ayo pulang,  sayang."

-TBC-

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang