Part 37

745 30 5
                                    

Hari ini,  semua orang duduk menunggu hasil tes DNA.  Hanifa hanya duduk disamping Fero dan Haris.  Dua orang lelaki yang sangat berharga dalam hidup Hanifa.

Aditya duduk bersama Belyna.  Gadis itu akhirnya keluar kamar setelah Aditya mengancam tidak akan membiarkan Hanifa masuk ke rumah jika Belyna tetap mengurung diri. 

Ceklek..

Suara pintu yang terbuka berhasil membuat semua orang berdiri.

"Dengan bapak Aditya?"

"Iya,  saya pak."

"Ini hasil lab-nya pak.  Bapak bisa membaca sendiri hasilnya."

"Kalau begitu saya permisi." ucap petugas rumah sakit.

Setelah petugas rumah sakit itu pergi Aditya membaca semua hasil tes DNA itu,  ternyata benar,  Hanifa adalah putrinya yang telah hilang saat masih bayi dulu.  Dia tidak menyangka,  Dewina adalah orang yang dulu pernah ia tabrak.  Karena tidak mengenalnya,  Aditya tertipu dengan sikap manis wanita itu.  Sampai ia membiarkan wanita itu menghancurkan keluarganya.  Aditya merasa gagal menjadi seorang ayah dan juga kepala keluarga. 

Aditya langsung menghampiri dan memeluk Hanifa erat. 

"Akhirnya kamu pulang nak.  Maafkan papa yang tidak becus menjagamu,  maafkan papa yang tidak mengenalimu." ucapnya sendu. 

Hanifa menangis begitu pula dengan Belyna.  Mereka bertiga berpelukan bersama menangis haru karena telah menemukan sesuatu yang telah lama hilang dalam keluarga itu. 

Semua orang pun tersenyum bahagia,  akhirnya Hanifa menemukan kebahagiaanya. 

---

Dua bulan kemudian..

Semuanya nampak kembali normal,  Aditya dan Belyna sudah mengikhlaskan Aleta.  Mereka sudah berbahagia dengan kehadiran Hanifa, mereka saling mengisi satu sama lain,  melengkapi semua kekurangan. 

Aditya sudah di hadapi dengan kesibukan pekerjaanya di kantor.  Sedangkan Belyna saat ini sibuk dengan Fera untuk memilihkan gaun untuk Hanifa. 

Malam ini,  adalah malam pertunangan Fero dan Hanifa.  Jadi,  jelas saja kedua gadis itu nampak sibuk. 

"Coba deh pake yang ini, cepet sana masuk." ucap Belyna memberikan gaun berwarna merah cerah. 

Sementara Hanifa menggeleng keras " Lo gila!  Ini warna merah cabe?  Lo pikir gue mau jadi cabe-cabean?  Mana pendek lagi gaunnya." protes Hanifa. 

Belyna mendengus sebal,  "Ini tuh bagus buat lo,  biar lo tampil berani.  Jangan maen aman mulu, biar Fero klepek-klepek sama lo."

"Selera kak Fero bukan kek gitu, Bel." tambah Fera.

"Selera dia tuh yang anggun bukan kek cabe-cabean gini."

"Yang bagus tuh yang ini nih," ucap Fera menunjukan gaun berwarna hitam dengan belahan di bagian kaki samping.

"Lo juga Ra!  Gaun model apaan yang nonjolin paha gue,  ogah ah."protes Hanifa.

"Noh kan,  Hani nggak suka!  Lagian lo milihin gaun buat pertunangan atau buat ngelayat sih,  Ra!" balas Belyna. 

Setelah itu hanya ada berdebatan antara Fera dan Belyna,  cukup membuat Hanifa pusing tujuh kelilih. 

"Woy,  yang mau tunangan itu gue,  kenapa kalian yang repot. Pilih aja gaun buat kalian sendiri sana!" ucap Hanifa kesal.

---

Saat ini Hanifa di dampingi Vania dan Mila.  Hanifa nampak gugup, menunggu waktu yang sebentar lagi akan menjadi hari penting untuknya.  Meski hanya baru bertunangan,  tapi Hanifa benar-benar bahagia karena akhirnya hubungannya dengan Fero melangkah tidak diam ditempat seperti dulu.

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang