"Sayur... " seru pedagang sayur di pagi hari.
Hanifa terbangun dari tidurnya, pantas saja ia bangun kesiangan. Karena hari ini dia libur kerja.
Setelah merasa nyawanya terkumpul kembali, gadis itu membereskan tempat tidurnya, mengambil handuk dan juga baju ganti.
Ceklek..
Pintu kamar mandi tertutup rapat, setelahnya hanya bunyi air keran yang mengisi kesunyian ruangan itu.
Beberapa menit kemudian, gadis itu sudah selesau mandi, dan merasa badannya terasa segar.
Namun, raut wajahnya kembali menjadi sebal, melihat ruangannya masih berantakan.
"Baiklah, mari bersih-bersih!" monolognya.
---
Melihat jam yang masih pagi, gadis itu pun berinisiatif untuk pergi ke kampus Kenzie, memberikan kejutan kecil dengan membawakan makanan siang.
Bersiap hanya menggunakan hodie berwarna maroon dan celana jins berwarna hitam, gadis itu pun melesat pergi ke kampus tanpa memberitahu Kenzo.
Berjalan sedikit sampai ke jalan raya, gadis itu kemudian menghentikan sebuah angkot.
Untung saja Hanifa terbiasa mandiri, jadi dia sudah biasa kemana-mana sendiri.
"Kiri-kiri pak!" serunya.
Gadis itu pun turun, dan memberikan ongkos pada supir.
"Makasih, pak."ujarnya.
Gadis itu menatap kagum gedung yang berada di sebrang jalan.
Ternyata kampusnya sangat besar, beruntung sekali Kenzie bisa kuliah di tempat sebagus ini.
"Ah, jadi ingin kuliah." gumamnya lirih.
Setelah memasuki area kampus, gadis itu menghubungi Kenzo untuk segera ke kantin. Karena tempat yang cocok memang daerah kantin.
Ting..
"Gue ada di kantin, kesini ya!"
Pesan itu, cukup membuat Kenzie terkejut bukan main, kenapa Hanifa tidak memberitahunya terlebih dahulu.
"Mudah-mudahan Fero atau Aleta nggak ada kelas hari ini." gumam Kenzie khawatir.
"Gue kesana, jangan kemana-mana." jawab Kenzie.
Hanifa yang menerima pesan itu tersenyum.
Duduk manis, mengamati orang-orang berlalu lalang, ada yang sedang makan, ada yang sedang bergosip, dan ada pula yang sedang mengerjakan tugas.
Tiba-tiba saja Aleta dan kedua temannya duduk.
"Heh, lo minggir sana! Ini tempat gue." seru Aleta.
Hanifa terkejut, melihat Aleta yang tiba-tiba saja ada di hadapannya.
Gadis itu menundukan kepalanya, merasa bahaya mulai mengintai dirinya.
Hanifa kemudian menganggukan kepalanya, lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Untung saja Aleta tidak mengenalnya, hampir saja dia ketahuan.
"Hei! Lo yang pake hodie maroon! Balik sini!" seru Aleta.
Hanifa langsung terdiam, "Gimana nih." gumamnya lirih, ia benar-benar takut jika Aleta mengenalinya, padahal ia sudah menggunakan topi agar tidak ada yang mengenalinya.
Karena Hanifa hanya terdiam, Aleta pun menghampiri Hanifa. Aleta menepuk pundak Hanifa.
"Lo kok diem sih, kalem aja kalik. Gue nggak mau bully lo kok. Cuma ini bekal lo ketinggalan." ucap Aleta dengan tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choice ( SELESAI)
Novela JuvenilPeringkat #1 'depresi' Agustus 2020 Peringkat #1 'berat' Oktober 2020 Peringkat #3 'mandiri', Oktober 2020 Peringkat #6 'sederhana' Oktober 2020 Peringkat #7 'choice' Oktober 2020 - Selesai- Liku-liku kehidupan seorang gadis bernama Hanifa Vinanda...