Part 14

500 36 0
                                    

Akhirnya Hanifa menemukan pekerjaan sebagai pelayan restoran,  karena sang ayah akan segera pensiun dari kantor,  tempat kerjanya,  akhirnya gadis itu dan juga Kenzie mencari pekerjaan untuk bisa membantu kedua orang tuanya. 

Bedanya,  Kenzie hanya bisa kerja part time karena dia kuliah,  berbeda dengan Hanifa yang tidak kuliah karena memang keinginan dia sendiri,  ditambah ia juga tidak bisa keluar rumah selama dua tahun terakhir.

Sebenarnya sang ayah juga memiliki usaha untuk bekal di masa pensiunya,  tapi Kenzie dan Hanifa kekeuh untuk mencari pekerjaan sendiri. 

Setelah mendapatkan kos-kosan yang pantas ia tinggali,  agar ia bisa tepat waktu saat berangkat kerja.  Karena jika ia harus pulang pergi ke rumah ayahnya,  itu akan memakan waktu cukup lama. 

Tapi,  resikonya dia harus bisa menjaga dirinya sendiri,  karena ia kembali ke kota ini,  kota segala kenanganya. 

Jika ia kembali pada om dan tantenya itu sangat beresiko tinggi jika ia harus bertemu Fero ataupun Aleta.

"Gimana kabar mereka ya sekarang?" tanyanya entah pada siapa

Kini Hanifa benar-benar mengubah penampilannya,  gadis itu mewarnai rambutnya dengan warna stawberry blonde,  kemudian memakai softlens berwarna abu,  lalu berpenampilan tomboy agar tidak ada yang mengenalinya. 

Setelah memakai topi dan sneakersnya,  gadis itu pun menutup pintu,  kemudian berangkat.

"Semangat,  Nda!" seru Hanifa menyemangati dirinya sendiri menggunakan nama panggilan kesayangan dari Fero. 

----

Di lain tempat,  Fero nampak risih melihat Aleta yang sudah menunggu di depan kelasnya. 

"Pagi, kesayangan." seru Aleta menyata Fero.

Sedangkan Fero tidak menggubrisnya sama sekali,  lelaki itu muak dengan tingkah Aleta yang bersikap manis di depannya,  padahal sangat jelas dulu juga ia melihat Aleta yang menggila. 

Aletta mendengkus sebal, lalu berjalan mengikuti Fero.  " Ayolah,  Fer.  Jangan cuekin gue mulu,  lo tau kan perjuangan gue selama ini gimana?!"

Fero tetap  berjalan lurus mendekati tempat duduknya,  kemudian ia duduk dan menggunakan earphonenya untuk menghindari kegaduhan yang di buat oleh Aleta.

Kini ia hanya melihat Aleta yang komat kamit entah berbicara apa padanya,  ia sama sekali tidak peduli.

Karena kesal,  Aleta pun pergi.

Fero sudah menyerah menanyakan Hanifa pada Aleta,  karena Aleta selalu menjawab hal sama ' tidak tahu'.

Fero menatap gelang dengan  bandul kunci itu,  " Nda,  kamu dimana? Aku kangen. " tanyanya lirih

Terkadang Fero ingin memberontak,  meninggalkan semua kegiatanya untuk mencari Hanifa,  tapi dia tidak sebucin daddynya yang dulu sering meninggalkan kuliah dan kerjaanya untuk menemui mommynya di London. 

Fero hanya selalu ingat perkataan momynya untuk lebih baik berjuang lewat doa,  jika Fero sudah berusaha sebisanya.  Karena mau bagaimana pun Fero masih muda,  ia harus mengejar cita-citanya dan masa depan yang cerah. 

Menekan semua rasa rindu,  sedih,  rasa kuat yang ingin segera menemukan Hanifa,  dan juga kenangan yang indah saat bersama Hanifa,  agar ia bisa berfikir jernih. 

Karena jika ia terus memikirkan Hanifa,  ia bisa menggila dan tidak peduli pada sekitarnya.  Setidaknya itulah permintaan Hanifa dulu kepadanya,  meminta agar Fero bisa menekan rasa emosinya agar tetap stabil.

Fero melirik Kenzie,  yang menyebalkanya terus menatap dirinya. Terkadang dia risih,  sering mendapati Kenzie memperhatikanya dari jauh.  Kemudian Fero bergidik ngeri. 

"Ya Tuhan,  jauhkan aku dari godaan setan.  Aku masih ingin tetap normal,  masih suka sama cewek kok,  seriusan. " doanya dalam hati.

Mungkin jika doa itu terdengar di telinga Kenzie,   pasti Kenzie akan tertawa dan akan mengatakan " Gue juga masih normal bego.."

Sebenarnya Kenzie memang sering satu kelas dengan Fero,  tapi ia tidak pernah menceritakanya pada Hanifa.  Ia hanya ingin Hanifa menjalankan kehidupanya dengan normal kembali,  meski ia tau Hanifa masih sangat mencintai Fero.  Begitupun sebaliknya,  sangat terlihat Fero terus menanti kehadiran Hanifa. 

Biarlah seperti ini dulu,  sampai keadaan membaik atau menunggu takdir yang mempertemukan mereka kembali.

Mengingat Hanifa,  sepertinya nanti sore ia harus mengunjungi adik kecilnya itu.

----

Hanifa tersenyum saat menerima pesan dari Kenzie,  bahwa dia menunggunya di depan restoran. 

Saat semuanya sudah beres,  dan mulai bergantian shift kerja.  Akhirnya Hanifa pun keluar dan menemui Kenzie. 

"Nunggunya lama ya,  bang." tanyanya

Kenzie tersenyum " buat dede mah abang rela nunggu lama." goda Kenzie.

"Hoekk.. " timbal Hanifa dengan memeragakan dirinya akan muntah. 

"Gimana tadi kerjanya?" tanya Kenzie

"Capek sih,  tapi menyenangkan kok." jawab Hanifa

"Iyalah capek,  lo kan udah dua tahun nggak gerak,  kerjaanya cuma makan tidur. "

Hanifa meringis mendengar jawaban dari Kenzie,  karena memang benar adanya.  Semalas itu dirinya dulu. Bukan malas sih,  dia memang tidak punya kegiatan karena kerjaan rumah sudah di bereskan asisten rumah.  Jadi dia hanya bisa makan dan tidur.

"Iya-iya.  Btw mau langsung pulang?"

"Enggak,  gue mau nginep di kosan lo.  Capek kalo balik ke rumah."

"Siapa suruh gamau ngekos."

"Irit biaya tau." jawab Kenzie

"Tapi, izin dulu sama ibu kos,  nanti di grebek lagi."

Kenzie tertawa " Gaya lo digrebek,  trus nanti beritanya ' kakak adik di grebek di kosanya saat sang kakak menginap di kosan adiknya' gitu." jawab Kenzie, kemudian Hanifa pun tertawa merasa lucu dengan judul berita yang di buat sang kakak.

"Lagian,  ibu kos lo kan udah tau siapa gue. Pake izin segala."

"Iya-iya terserah abang!"

-TBC-

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang