Part 23

398 30 0
                                    

Suara mobil di dini hari,  membuat Hanifa terbangun dari tidurnya.  Tempat ini terlalu sepi dan jauh dari jalan raya,  makanya Hanifa terbangun,  karena siapa yang dengan gilanya menghidupkan mobil di dini hari?

Saat Hanifa hendak membuka pintu,  suara mobil itu seperti semakin menjauh meninggalkan tempat.

"Tunggu.. gue kenal suara mobil itu." gumam Hanifa.

"Kenzie?  Kenzie mau kemana jam segini?" tanyanya entah kepada siapa. 

Hanifa melirik jam dinding yang menunjukkan bahwa sekarang adalah jam satu pagi.

"WHAT!! Jam segini dia mau kemana!? " monolognya lagi.

Dengan tergesa Hanifa keluar dari kamar, dan keluar pergi ke garasi dan ia tidak mendapati mobil Kenzie yang terparkir di garasi. 

Kemudian dia kembali masuk,  dan pergi ke kamar Kenzie.  Gadis itu terduduk lemas,  tidak mendapati barang-barang Kenzie. 

"Lo tinggalin gue?  Ken,  lo mau kemana sih!?"

"Enggak! Jangan tinggalin gue di sini." gumam Hanifa. 

Lalu,  Hanifa bangkit dan menuju kamarnya.  Ya,  dia harus menghubungi Kenzie,  dia harus menanyakan hal ini. 

Saat dia hendak mengambil ponsel di meja  ia semakin terkejut.

"Hp gue dimana!?"

Kemudian ia membuka laci,  semua laci meja dan juga tasnya sudah ia bongkar tapi...

"Sial!  Hp sama dompet gue nggak ada!? "

"What the fuck!"umpatnya. 

Kini,  Hanifa hanya diam meratapi yang terjadi padanya saat ini.

"Ini kenapa jadi gini sih?"

"Kenzie kemana lagi?  Dan ngapain dia giniin gue,  astaga." ucapnya frustasi

"Gimana gue bisa pulang kalo gini caranya,  mau bangunin nenek juga nggak enak."

"Duh,  gimana sih."

"Maksud Kenzie apaan sih?"

"Aarrgghhh, Kenzie syalan!"

---

Matahari mulai muncul dan menerobos masuk melalui jendela kamar.  Terlihat seorang gadis menatap kosong ke depan,  entah apa yang ada di fikirannya,  tapi yang pasti penampilannya kini semakin seperti mayat hidup.

Tok..tok..tok..

"Hani,  bangun nak,  udah pagi."

Karena tidak ada jawaban Nek Tinah pun membuka pintu,  dan mendapati Hanifa yang nampak melamun di pagi hari. 

"Ya ampun! Kamu kenapa, nak?" tanya  Tinah yang langsung menangkup wajah Hanifa. 

"Tuh,  mata kamu merah,  kelopak mata kamu juga makin item. Rambut kamu acak-acakan gini. Kamu nggak tidur?" tanyanya berturut-turut.

"Dan astaga,  kenapa kamarmu berantakan sekali. Kamu kenapa, nak?" tambahnya

Sementara itu mata Hanifa berkaca-kaca, apa seperti ini rasanya memiliki seorang nenek?  Hanifa tidak tahu,  rasanya seperti apa jika neneknya mengkhawatirkannya.

Baiklah,  Hanifa tidak bisa menahan perasaanya lagi.

"Hiks... "

"Kamu kenapa,  sini bicara sama nenek?"ucap Tinah yang langsung membaringkan Hanifa,  menjadikan pahanya yang sudah renta itu menjadi bantal untuk Hanifa. 

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang