Tidak terasa waktu begitu cepat, sudah tiga bulan Hanifa bersama Cakra dan ibunya.
Kini Hanifa bekerja sebagai kasir toko, karena Hanifa juga berpengalaman. Selain itu, memang Cakra yang merekomendasikan Hanifa ke pemilik toko, jadi sekarang dia sudah bekerja. Sedangkan Cakra dan ibunya meminta Hanifa tinggal bersama mereka saja. Karena untuk mencari kontrakan, Hanifa harus mempunyai pekerjaan yang memberikan dirinya gaji yang besar. Sedangkan di toko itu Hanifa hanya mendapat gaji sekitar tujuh ratus ribu rupih, jika ia ngontrak atau ngkos, uangnya bisa habis itu kontrakan saja. Berbeda jika ia tinggal bersama Cakra dan ibunya, ia bisa menggunakan uang itu untuk keperluan hidupnya.
"Nih, minum." ujar Hanifa dengan memberikan sebotol air minum yang ia bawa dari rumah.
"Makasih." ucap Cakra, dan menerima minuman itu.
"Hari ini capek banget ya, karena si Deni nggak masuk kerja."
"Iya nih, mana berasnya banyak lagi."
Yaps, Hanifa dan Cakra bekerja ditempat yang sama, Hanifa bagian Kasir dan Cakra bagian gudang. Mereka bekerja di toko sembako yang besar di pasar ini.
Penampilan Hanifa kini berganti, gadis itu memakai kacamata, rambutnya kembali menjadi warna hitam, saat ini ia hanya mengepang rambutnya dan menggelungnya. Mirip emak-emak sih, apalagi selama ini ia memakai baju dari ibunya Cakra, tapi tak apa lah, itu cukup untuk penyamaran.
Ia juga hanya mampu membeli tiga baju selama ia bekerja di sini, itu juga hanya kaos sederhana dan dan rok panjang.
Tapi, Hanifa sendiri bersyukur karena selama tiga bulan terakhir hidupnya agak lebih tenang. Tidak ada televisi di rumah Cakra, jadi ia merasa tenang tidak melihat pernikahan Fero dan Aleta.
Selama bekerja pun, dia fokus ke pekerjaannya, jadi sedikit demi sedikit hidupnya kembali normal, bahkan menjadi lebih baik.
Terkadang dia berfikir, apa dia akan pulang ke tempat itu suatu saat nanti? Atau dia lebih baik tinggal di sini selamanya.
"Kok bengong sih, kamu kenapa? " tanya Cakra
"Eh, nggak kok, cuma kepikiran besok gajian mau beli apa ya, hehe."
"Tabung aja, Fa. Biar kamu bisa pulang ke kota asal kamu."
"Nggak ah, lagian juga aku nggak punya siapa-siapa." jawab Hanifa berbohong.
"Eum, Fa. Sebenarnya kemarin ada yang nanya ke aku, dia cari seseorang Namanya Hani kalo nggak salah, tapi mirip banget sama kamu."
"Hah!?" pekik Hanifa terkejut.
"Kok kaget?"
"Ah--eh, enggak, mungkin cuma mirip aja. "
"Udah ah, jangan di bahas, aku mau lanjutin kerjaan aku."
"Oh, oke."
"Tapi, Fa. Kalau kamu mau cerita boleh kok."
Hanifa menghentikan langkahnya.
"Enggak deh, Cak. Cerita apaan juga aku nggak ngerti."
"Aku tau kamu bohong."
"Apa sih, Cak."
" Kemarin orang itu bilang, kalau yang namanya Hani itu sudah hilang selama tiga bulan yang lalu, pada tanggal, hari yang sama saat aku nemuin kamu. Katanya keluarganya khawatir, dia pingin adiknya pulang ke rumah."
Hanifa terdiam, "Katanya juga, dia rela ngelakuin apapun buat bisa nemuin adiknya, dia sampe cuti kuliah buat cari adiknya. Katanya dia ngerasa bersalah ninggalin adiknya sendirian. "
"Tap, Cak--"
"Kamu itu, dia kan Fa?"
"Lebih baik kamu pulang." tambahnya.
"Enggak, aku nggak mau pulang. Aku mau di sini Cak."
" Tapi, keluarga kamu nungguin kamu di rumah, Fa."
"Aku nggak bisa pulang entah sampai kapan, aku mau lupain semuanya Cak."
Setelah itu, Hanifa pun bercerita tentang kehidupannya, itulah kenapa Hanifa menangis saat di rumah sakit waktu itu, karena ia melihat Aleta yang mengumumkan pernikahan Aleta dengan orang yang sangat Hanifa cintai.
"Aku, aku cuma mau menjalani hidupku sekarang. Jadi tolong ngertiin aku, dan jangan kasih tau sama siapapun kalau aku di sini."
Mendengar cerita Hanifa, Cakra pun mengerti, kemudian dia mengangguk.
"Baiklah, aku akan menjaga kamu dari orang-orang itu. Kalau kamu cerita gini kan enak Fa. "
"Makasih ya Cak, kamu udah nolongin aku lagi."
"Iya sama-sama."
"Nanti pulangnya ke taman kota dulu yuk, anggep aja kita berlibur." ucap Cakra.
"Wuihh, tumben-tumbenan nih."
Cakra menyentil kening Hanifa " Mumpung baik nih orang, nggak usah protes."
"Cih, maksa."
"Iya maksa, makanya nurut."
"Hahaha, iya-iya."
---
Hanifa tertegun saat melihat keramaian ini, tempat yang sangat indah, dan terlihat damai.
Benar kata orang-orang, Jogja memang istimewa. Karena terlihat dari selama ia berada di sini, orang-orangnya sangat ramah, dan masih menjaga nilai norma dan sopan santun. Mereka juga displin dan tepat waktu. Pantas saja, tempat ini di bilang istimewa.
"Jadi nama kamu itu sebenarnya siapa sih Fa.?"
"Beneran Ifa kok, namaku kan Hanifa Vinanda." jawab Hanifa dengan menyengir
"Berarti selama ini kamu anak orang kaya ya. "
Senyuman Hanifa menjadi luntur seketika.
"Nggak juga sih, cuma berkecukupan aja. "
"Itu namanya kaya, pea. Orang kakak kamu aja pake mobil mewah, mahasiswa lagi."
"Hehe.. Ya itu kan cuma kakak tiri."
"Tapi, dia keliatan khawatir banget loh pas cariin kamu."
"Ya, dia emang sayang sama aku. Orangnya baik kok, lagia ini dunia nyata bukan dongeng cinderella, yang mengatakan kakak tiri itu selalu jahat."
" Tapi, kakak tiri kamu yang cewek jahat kan, haha.. "
"Eh, iya juga ya."
"Lucu banget sih kamu." ucap Cakra gemas yang langsung mencubit pipi Hanifa gemas.
"Ih ih ih! Sakit tau, emang ni pipi apaan coba."
"Salah sendiri gemesin."
"Yee, emang gemesin dari dulu."
"Hahaha..."
Mereka pun tertawa bersama. Hanifa tersenyum senang, ia lupa kapan terakhir kali ia bisa tertawa seperti ini.
"Ya udah, pulang yuk. Udah mau maghrib nih." ucap Cakra yang menggandeng tangan Hanifa. Sejenak, Hanifa ingin melepaskan tangan itu, tapi ia buta arah, ia takut tertinggal oleh Cakra dan ia sendirian lagi tersesat seperti dulu.
"Hani!" teriak seseorang.
Hanifa menoleh dan mendapati Kenzie dari sebrang jalan. Seketika ia pun mengajak Cakra berlari, menghindari Kenzie.
"Kita kabur, Cak! Cepetan pulang, itu kakak aku!"
Cakra pun mengerti dan berlari ke arah kerumunan banyak orang agar terhidar dari Kenzie, setelah merasa tak melihat Kenzie lagi, Hanifa dan Cakra pun berhasil menghindar.
"Syukurlah, hah..hah..capek banget."
"Kita pulang sekarang."
-TBC-

KAMU SEDANG MEMBACA
Choice ( SELESAI)
Teen FictionPeringkat #1 'depresi' Agustus 2020 Peringkat #1 'berat' Oktober 2020 Peringkat #3 'mandiri', Oktober 2020 Peringkat #6 'sederhana' Oktober 2020 Peringkat #7 'choice' Oktober 2020 - Selesai- Liku-liku kehidupan seorang gadis bernama Hanifa Vinanda...