Part 18

408 25 2
                                    

Hari ini,  Hanifa pulang dengan keadaan kacau.  Kenzie yang melihatnya langsung berdiri dan menghampiri. 

"Lo kemana aja sih?  Gue khawatir sama lo,  semalem lo nggak pulang!  Gue jemput lo di restoran,  tapi lo nggak ada?  Lo kemana Han!?  Lo kenapa?"

Hanifa menghiraukan ocehan Kenzie,  kepalanya sangat pusing,  semuanya terjadi begitu cepat tanpa bisa ia duga. 

"Hei!" tegur Kenzie yang merasa sebal karena diabaikan. 

Brakk..

Pintu kamar tertutup keras,  cukup membuat Kenzie terkejut. 

Laki-laki itu menghela nafas,  memutar bola matanya malas,  merasa kesal karena Hanifa tidak mengerti betapa khawatirnya dia semalam,  mencari Hanifa dengan ketakutan jika Hanifa ditemukan oleh Aleta.

Akhirnya,  Kenzie hanya diam duduk di depan pintu kamar Hanifa. 

Begitupun dengan Hanifa,  gadis itu terdiam di balik pintu,  tubuhnya secara perlahan duduk di lantai.

Memasangkan bandul berbentuk kunci yang ada di gelang Fero yang sudah ia temukan tadi pagi,  lalu di pasangkan bersanding dengan kalung dengan liontin berbentuk hati yang selalu ia pakai selama ini. 

Dengan air mata yang tak dapat ia bendung lagi,  Hanifa menangis sejadi-jadinya,  bukan ini yang ia inginkan. 

"Enggak,  aku nggak mau kehilangan Fero. Hiks.. "

"Huaaa.... "

Sedangkan di balik pintu,  Kenzie mendengar semua rintihan tangis Hanifa yang benar-benar membuatnya terluka. Ia mengerti,  mengapa Hanifa kacau saat ini.

---

Menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh,  tak memperdulikan umpatan kekesalan para pengguna jalan lainya.  Laki-laki itu lalu menghentikan mobilnya di parkiran kampus. 

Dia benar-benar marah saat ini,  Hanifa adalah adik kesayangannya,  meskipun hanya seorang adik tiri,  tapi Kenzie tak akan membiarkan siapapun menyakiti gadis itu. 

Hanifa,  adiknya itu terlalu rapuh untuk menerima semua rasa sakit itu,  masalalunya terlalu buruk. Bukan, lebih tepatnya hidup Hanifa memang selalu buruk.

Kenzie juga selalu teringat wajah sang mamah dan juga papah tirinya yang selalu mewanti-wanti untuk melindungi Hanifa.  Dia tidak mau mereka kecewa,  karena telah mempercayakan Hanifa kepadanya. 

Fero tersenyum tipis saat melihat  Kenzie yang menghampirinya dengan penuh amarah.  Lihat,  sebenarnya siapa yang harusnya marah di sini.

Bugh..

Satu pukulan tepat pada kepala  Fero.  Badannya langsung tersungkur ke lantai. 

"Sialan!" geram Fero.

"Harusnya di sini gue yang marah,  bangsat! " tambahnya.

Saat Fero hendak berdiri,  Kenzie kembali memukul perut Fero.  Fero meringis, menahan rasa sakit.

"Ternyata lo bisa berantem?" tanya Fero meremehkan. 

"Lo apain Hani,  hah!" teriak Kenzie

"Gue?  Emang kenapa tuh, jalang?"

Bugh..

Kembali Kenzie memukul Fero,  sungguh biadap sekali perkataan Fero. 

"Jalang! Jalang lo bilang!" geram Kenzie dengan menarik kerah baju Fero. 

"Terus apalagi sebutan yang baik buat cewek yang selingkuhin pacarnya,  padahal pacarnya udah nunggu bertahun-tahun! Cuih.." ucap Fero lalu meludahi wajah Kenzie. 

Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang