Part 7

598 48 13
                                    

Sebelum baca bisa sambil dengerin lagunya ya🌈

🌧🌧🌧

Pagi yang mendung,  membuat suasana sekitar menjadi suram.

Seperti suasana hati Hanifa yang benar-benar suram. Setelah berpamitan pada tantenya.  Gadis itu menjalankan motornya perlahan,  rasanya dia tidak mau cepat sampai ke sekolah.  Ingin rasanya Hanifa menghilang dari dunia ini.

Zrashhh....

Rintik-rintik hujan yang awalnya turun perlahan,  kini menjadi deras seolah mengerti apa yang di inginkan Hanifa.

Gadis itu menepikan motornya di sebuah taman, yang masih jauh dari sekolahnya. Bukan mencari tempat berlindung dari derasnya hujan yang menerpa. Tapi,  disaat hujan seperti ini,  pasti tidak ada satu pun orang yang mungkin dengan gilanya hujan-hujanan seperti dirinya. 

Memasukkan tasnya ke dalam bagasi motor,  gadis itu segera berlari ke bangku taman.  Duduk menikmati setiap tetes air hujan yang memeluk dirinya. 

"Terima kasih, hujan." gumamnya.

Menangislah sepuasnya, seakan itulah bisikan dari alam.

Air mata itu mengalir sama derasnya dengan air hujan. Wajah cantik itu,  kini terlihat sendu,  kelopak matanya memerah begitu pun dengan hidung mancungnya.

Hanifa hanya sedang merasa rapuh kembali,  karena saat ini dia di timpa sebuah kenyataan,  kepada siapa lagi ia menumpahkan semua rasa pedihnya. 

Sudah cukup ia membebani wali asuhnya,  sangat tidak tahu dirinya Hanifa jika ia mengeluh akan hidupnya kepada mereka.

"Ayah,  bunda.  Apa salahku,  hiks..."

"Kenapa kalian membuangku, jika kalian tidak menginginkanku, kenapa aku di lahirkan,  hiks..."

"Setidaknya jangan libatkan aku lebih jauh lagi, jika kalian memang benar-benar tak menginginkan aku ada. "

"Biarkan aku menjalankan kehidupanku saat ini dengan tenang,  jika kalian tidak mau mengurusku...hiks.. "

"Fakta tentang kalian yang membuangku pun tidak bisa ku terima secara logika,  terlalu sakit untuk di rasakan...meski aku sudah berusaha terus untuk menerima semua itu,  tetap saja itu susah.."

"Kenapa orang lain berhak mendapatkan kasih sayang kalian,  sementara aku tidak... "

"Seburuk apa aku,  sampai kalian tidak bisa menengok sebentar saja ke arahku.. Anak kandung kalian sendiri... "

"Arrrghhhhh.... " teriaknya dengan isak tangis  yang pilu. 

Memukul dadanya yang sudah terasa sesak,  semua amarah,  kekecewaan, kepedihan itu seolah berkumpul dan berontak menginginkan keluar.

"Aku tidak sekuat itu..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Choice ( SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang