"Beraninya..." geram Fero dengan mencekik Belyna.
Sementara Hanifa berlari berusaha menyelematkan Belyna. Dia tau, Fero ketika marah bisa melupakan segalanya. Dia tidak mau Fero celaka.
"E-kh... Le..pa..sin.. "
"Stop Ar," ucap Hanifa dengan memegang tangan Fero, berusaha melepaskan tangan itu di leher sahabatnya.
Wajah Belyna memerah, gadis itu berusaha menghirup udara agar bisa bernafas.
"Lepasin Ar, ini bukan salah Belyna, ini aku Ar, sadar! "
Prok..prok..prok..
Suara tepukan tangan itu, membuat semuanya beralih, termasuk Fero yang melepaskan tangannya. Belyna yang langsung jatuh, tapi berusaha meraup udara sebanyak mungkin.
"Hah..hah.. "
Hanifa menghampiri Belyna." Bel, lo nggak papa kan? Maafin gue, hiks.."
Belyna tersenyum, " Seharusnya gue yang minta maaf ke lo, Han."
"Well well well.. Ada drama apaan nih, kok gue nggak di kasih tau?"
"Ngapain lo kesini?" tanya Fero
"Gue?" ucap orang itu dengan menunjukan ke dirinya sendiri
"Gue, gue ngapain sih di sini ya? Duh lupa, Hehe."
"Gue cuma mau manggil adek gue, sini Belynaku sayang." ujarnya
Fero semakin bingung dengan keadaan ini.
"Maksud lo apa sih? ""Sshhh.. Berisik lo Fer."
"Enggak, jangan Bel, jangan samperin dia." pinta Hanifa.
"Heh, gausah pengaruhin adek gue, brengsek!"
Belyna hanya bisa menurut, jika sang kakak sudah seperti itu, karena nyawa yang menjadi taruhan.
"Guys, permainan di mulai!" serunya.
Semua terkejut, ketika ada beberapa orang berbaju hitam masuk.
Hanifa menjerit ketika dirinya kembali di pegang, kali ini lebih keras dari yang tadi.
Begitu pun Zeina dan Fero, semuanya telah di amankan.
"Lepasin Hani!" geram Fero
"Tidak semudah itu."
"Ikat mereka berdua."ucapnya dengan menunjuk pada Fero dan Zeina.
"Buat Fero, kalo lo berontak, nyawa Hani yang jadi taruhannya." ucapanya sukses membuat Fero terdiam geram.
Gadis itu menatap Belyna tajam " Gue merintahin lo buat jauhin Fero sama Hani, tapi lo malah jagain dia? Lo mau mati?"
Belyna menggeleng ketakutan" E-nggak kak, maafin Belyna."
"TRUS KENAPA LO MALAH KHIANATIN GUE HAH!" bentaknya keras
"JAWAB!"
"Kak, pliss sadar, kakak nggak bisa memaksaan apa yang kakak mau harus bisa kakak miliki."
Plakk...
"GUE NANYA KENAPA, DAN LO MALAH JAWAB APA!"
Kini Hanifa yang bersuara " Aletta! Berhenti nyakitin Bel!" teriaknya keras.
Tatapan tajam Aletta beralih pada Hanifa, "Lo ngomong sama gue? Lo berani merintah gue?"
"Gue mohon, jangan sakitin Belyna," pinta Hanifa
Aletta tersenyum sinis, lalu tertawa kencang " Hahahaha... "
"Aduh, perut gue sakit... Kalian lucu banget sih."
"Maksud lo jangan sakitin kaya gini?" tanya Aletta lalu mencekik Belyna.
"Arghh... Kak maafin Belyna." kini ia kembali susah bernafas, air matanya sudah mengalir deras.
"Jangan, gue mohon. Jangan sakitin Belyna, Kak!" seru Hanifa
Fero dan Zeina kembali tertohok dengan kejadian hari ini. Kenapa mendadak menjadi sangat rumit.
"Lepasin Belyna, gue mohon, gue janji akan menuruti semua perintah lo, gue janji kak."
Aletta merenggangkan cengkaraman tanganya pada Belyna.
"Janji?"
Hanifa melirik pada Fero. Berusaha menyakinkan pilihannya.
Maafin aku Ar. Batinnya
Kemudian Hanifa memejamkan matanya lalu menganggukkan kepalanya " Iya, gue janji."
Mungkin saat ini adalah pilihan yang tepat, karena kelulusan tinggal sebentar lagi. Acara perpisahan di hari kelulusan nanti, dia benar-benar harus berpisah dengan semua yang ia miliki saat ini.
Tapi, sepertinya tak harus menunggu nanti, karena setelah ini. Ia akan pergi meninggalkan semuanya.Aletta tersenyum puas, lalu menghampiri Hanifa dan mencium keningnya. " Adikku yang cantik dan baik. Makasih ya."
"Bawa Hani pergi." perintahnya
"Baik, nona."
"Mau di bawa kemana Hani?"
Tapi tidak ada jawaban.
"ALETTA! "teriak Fero frustasi.
----
Dering detik terus berjalan, sementak kejadian di hari itu, kehidupan Fero menjadi benar-benar hancur.
Jika ia melaporkan Aletta, dia tidak cukup punya bukti. Karena tidak ada cctv di ruangan itu, begitupun dengan Belyna yang juga menghilang seperti Hanifa.
Kehidupan Fero benar-benar di buat berantakan oleh manusia ular itu.
"Aletta sialan!" geramnya.
Masih begitu banyak teka-teki tentang permasalahan Hanifa, tapi ia sendiri tidak bisa menemukannya. Vania dan Fadil juga tidak bisa membantu, karena mereka juga sama sepertinya kehilangan arah untuk mencari Hanifa.
Bak di telan bumi, gadis itu benar-benar menghilang tanpa jejak. Yang ia pikirkan akan sangat bersyukur jika Hanifa masih hidup, itu saja yang selalu ia harapkan.
Friska menjadi khawatir dengan sikap Fero yang semakin dingin, putra kesayangannya itu, sekarang semakin pendiam, Willy juga tidak bisa menyentuh putranya itu, karena ia mengerti di posisi Fero.
Untung saja, masih ada sisa kewarasan dalam diri Fero, lelaki itu masih bisa meneruskan kuliahnya dengan serius.
"Kembali lah sayang, kembali dalam pelukanku." ucapnya pada angin lalu.
-----TBC------

KAMU SEDANG MEMBACA
Choice ( SELESAI)
Genç KurguPeringkat #1 'depresi' Agustus 2020 Peringkat #1 'berat' Oktober 2020 Peringkat #3 'mandiri', Oktober 2020 Peringkat #6 'sederhana' Oktober 2020 Peringkat #7 'choice' Oktober 2020 - Selesai- Liku-liku kehidupan seorang gadis bernama Hanifa Vinanda...