chapter 26

5.8K 249 42
                                    

fast update nih!

 fast update nih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Petra POV

Pagi yang masih pekat dengan kehangatan membuatku enggan membuka mata. Namun, sebuah sentuhan lembut di pipiku menarikku kembali ke realitas.

"Petra..."

Suara itu rendah dan dalam, menggema tepat di telingaku. Aku merasakan bibir Dimas menyentuh pipiku, napasnya yang hangat menyapu kulitku, membawa aroma maskulin yang khas.

Aku tetap diam, berpura-pura belum terbangun, berharap ia akan menyerah. Tapi harapanku sia-sia.

Dimas malah semakin mengeratkan lengannya di sekeliling tubuhku, membungkusku dalam dekapan yang menyesakkan sekaligus menggelitik sesuatu di dalam diriku.

"Bangun, Sayang."

Nada suaranya berubah, lebih dalam dan berbahaya. Kemudian, tanpa peringatan, ia menggigit lembut daun telingaku. Sentuhan itu membuat napasku tertahan sesaat, tapi aku tetap menutup mata, bersikeras untuk tidak merespons.

Namun, ketenangan yang kubangun runtuh seketika saat tubuh Dimas tiba-tiba menindihku sepenuhnya. Bobotnya yang lebih besar dan kokoh langsung mengunci pergerakanku di bawahnya.

"Dimas! Lepas! Aku sudah bangun!" seruku panik, tubuhku bergerak gelisah berusaha melepaskan diri.

Alih-alih menjauh, Dimas justru tertawa pelan, suara beratnya terdengar begitu menggodaku.

"Kau tidak tahu kalau tubuhmu itu besar? Kau bisa membunuhku!" Aku semakin meronta, mencoba melepaskan cengkeraman tangannya.

Dimas tidak bergeming. Tangannya yang kuat tetap menahan pergelanganku dengan mudah, seolah aku tak lebih dari burung kecil yang terjebak dalam genggamannya.

Kemudian, tatapannya berubah. Mata itu menatapku dengan sesuatu yang gelap, sesuatu yang membuat jantungku berdebar lebih kencang.

"Dimas, lep—"

"Ssstt."

Dimas menempelkan jari telunjuknya di bibirku, menghentikan protesku dalam sekejap. Aku sontak memejamkan mata saat wajahnya semakin mendekat, napas kami beradu dalam jarak yang berbahaya.

Dan sebelum aku bisa berkata apa pun, bibirnya telah menyentuh milikku.

Ciuman itu berbeda—tidak seperti sebelumnya yang selalu penuh tuntutan dan ketergesaan. Kali ini, Dimas melumat bibirku dengan kelembutan yang membuatku kehilangan kendali. Sentuhannya mengalirkan panas yang menjalar ke seluruh tubuhku, membakar semua logika yang tersisa.

"Bibirmu membuatku candu, Petra."

Suara serak Dimas menggema di telingaku, detik sebelum bibirnya meninggalkan jejak panas di sepanjang leherku. Aku menahan napas, jari-jariku mencengkeram sprei tanpa sadar, tubuhku menegang di bawah sentuhan bibirnya yang tak terburu-buru, seakan menikmati setiap inci kulitku.

His touch, Her desireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang