ADIRA | 5

3.5K 146 1
                                    

"Kukira, melihatmu lebih dekat sudah mampu membuatku diam membeku."

-Adira-

- - - -

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Aku dengan membawa tumpukkan buku berjalan menelusuri koridor menuju perpustakaan.

Aku merasa kesal dengan Yogi. Aku sudah tidak lagi menjadi wakil ketua kelas, tapi ia masih saja menyuruhku dengan alasan ini pekerjaan terakhirku. Dengan terpaksa aku membawakan setengah jumlah buku ke Perpustakaan karna setengahnya sudah dibawa Yogi terlebih dahulu tadi.

Sesaat setelah aku membelokkan tubuh ke kanan, seseorang menabrakku hingga membuat buku yang kubawa berjatuhan ke lantai dan membuat tubuhku terdorong kebelakang.

"Eh maaf-maaf gue nggak sengaja," tutur seseorang yang ada didepanku. Mataku membulat sempurna saat melihat orang yang menabrakku adalah orang yang menabrakku tadi pagi.

"Ishh!! Lo kalo jalan pake mata dong! Lo udah dua kali nabrak gue!" ucapkau kasar. Kali ini mood ku benar-benar sangat down, kekesalanku kepada Yogi bertambah dengan kebencianku terhadap lelaki didepanku.

Reihan hanya diam sambil mengangkat satu alisnya. Kemudian ia berjongkok lalu membereskan semua buku yang berjatuhan.

"Nih! Udah marahnya?" kata Reihan santai sambil menyodorkan semua buku itu kepadaku.

Aku mengerutkan kedua alisku dan mengambil kasar buku itu dari tangan Reihan. Tanpa satu kata pun aku meneruskan perjalananku dengan sengaja menabrak bahu Reihan.

"Makasih!" ucapku.

***

Setelah selesai berurusan dengan Bu Hani guru perpustakaan, aku berjalan kembali menelusuri koridor untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 5, kulihat di Lapangan utama masih banyak murid-murid dan guru disana. Ada yang bermain voly dan ada juga yang hanya menonton dipinggir lapangan.

Aku berdiri dipinggir jalan yang bersebrangan dengan sekolahku untuk menunggu bus. Sebelum keluar kelas tadi, Bang Azka mengirim pesan bahwa ia tidak bisa pulang bersamaku karna hari ini ia ada latihan futsal bersama teman-temannya.

Beberapa menit kemudian, sebuah bus datang dan aku pun langsung menaikinya. Kulihat dibus sangat penuh, hanya ada satu kursi tersisa yang berada di deretan paling belakang. Aku duduk disana, seorang laki-laki berseragam sama sepertiku memakai hoodie berwarna putih menunduk melihat ponselnya yang tengah duduk disampingku. Aku pun membuka ponselku melihat apakah ada notif.

"Rumah lo dimana?" Muncul suara yang tak lagi asing ditelingaku. Aku menoleh ke asal suara itu.

"Elo?" kataku sambil mengerutkan kedua alisku.

"Reihan," katanya datar.

"Lo ngapain disini!?" Sungguh saat itu juga aku langsung merasa bodoh atas pertanyaan yang ku lontarkan. Ya pasti dia akan pulang lah, Dir. Lo gimana sih!

"Ya pulang lah, masa iya berangkat sekolah," kata Reihan.

Aku sudah merasa kesal. Aku pun hanya diam. Ingin sekali aku pindah tempat duduk tapi tidak ada yang kosong. Jika aku berdiri aku merasa sangat lelah karna telah membawa tumpukkan buku tadi ke perpustakaan. Tapi aku tidak mau duduk berdampingan dengan lelaki bodoh yang sudah mempermalukan ku didepan teman-teman dan telah menabrakku dua kali. Dengan rasa yang sangat terpaksa aku pun tetap duduk disana dengan sikap biasa-biasa saja.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang