ADIRA | 30

1.7K 64 0
                                    

"Bahagiaku itu kamu, cukup sedih ku bukan milikmu."

-Adira-

- - - -

Pagi itu, aku menggeliat karna merasa sebuah sorotan cahaya terpancar diwajahku. Kubuka mataku perlahan, sambil menguceknya pelan.

Sosok lelaki berdiri membelakangi cahaya jendela membuatku sedikit menyipitkan mata.

"Udah pagi, masih mau tidur terus?" ujarnya berjalan mendekatiku.

"Kalo tidur terus mati dong," kataku asal.

"Heh! Jangan ngomong sembarangan. Pagi-pagi udah ngomong kayak gitu," katanya sedikit keras membuatku terkekeh geli.

Reihan berjalan ke meja makan dan mengambil segelas minuman lalu duduk disampingku. Aku pun sedikit mengangkat tubuhku untuk duduk yang dibantu oleh Reihan.

Aku mengambil minuman yang disodorkan Reihan dan ku alihkan lagi ke tangannya setelah meneguknya habis.

Sejenak aku terdiam meneliti seluruh isi ruangan ini. Kuhela nafasku jengah. Masih sama isinya seperti kemarin. Tak ada yang berubah. Televisinya masih menggantung didinding. Gorden jendela masih berwarna biru muda. Cat dindingnya masih putih. Baju yang kupakai juga masih ini-ini aja. Setelan baju biru yang sudah kupakai 3 hari ini.

Membosankan!

"Kenapa?" tanya Reihan kepadaku.

Aku menoleh. "Bosen tau, pengen pulang."

"Gak boleh."

Aku mengernyit. "Kok nggak boleh?"

"Belum sembuh gak boleh pulang."

"Kata siapa nggak boleh?"

"Kata dokterlah," jawab Reihan.

"Kata dokter apa kata kamu?" ucapku.

"Kata dokter, kalo kata aku," jeda Reihan. Tangannya menunjuk dadanya sebelah kanan. "Kamu gak boleh pergi dari sini."

Aku tersenyum, ku palingkan wajahku ke arah lain untuk menghindar dari tatapannya. "Dasar!" umpatku pelan.

"Mau kemana?" tanya Reihan.

Aku menoleh lagi melihat Reihan yang berdiri mengambil jaket hitamnya disofa.

"Kamu mau kemana?" tanyaku.

Reihan memakai jaketnya dan berjalan mendekatiku. "Katanya bosen, mau pergi nggak?"

"Emang boleh?"

"Boleh."

"Katanya tadi nggak boleh," ucapku.

"Tadi itu kan kata dokter, sekarang kata aku."

Aku tersenyum senang. Kugenggam lengan Reihan erat. "Mau nonton," ucapku sambil mengedipkan mataku berkali-kali.

"Gak."

Aku memajukan bibirku kesal dan melepaskan cekalanku dilengannya. "Kok nggak sih!?"

"Selain nonton," ucapnya datar.

"Nggak mau," rengekku.

"Yaudah nggak jadi pergi."

Kulihat Reihan hendak melepaskan jaketnya lagi namun aku tahan. Sedikit kesal karna ia tak mau menuruti ajakanku.

"Oke, selain nonton," pasrahku.

"Apa?" tanyanya.

Aku menghela nafas kesal. Namun seketika aku tersenyum lebar mengingat sesuatu yang terlintas dipikiranku. "Beli novel yuk!"

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang