ADIRA | 35

1.7K 57 0
                                        

"Terlalu naif jika ku katakan kamu hanya milikku. Nyatanya, diluar sana masih ada yang berusaha memilikimu kembali."

-Adira-

- - - -

Aku terduduk di sofa ruang tengah rumahku. Kaki ku kuluruskan ke sofa panjang yang ku duduki. Kedua tanganku terulur memijatnya pelan. Sungguh, rasanya sangat pegal dan sakit. Apalagi bekas sakit kakiku karna menendang halte tempo hari masih terasa.

"Masih sakit?"

Aku mengangkat kepalaku melihat Reihan yang baru saja datang dari dapur. Tangannya menaruh gelas yang ia bawa ke meja.

"Nggak sakit sih, pegel aja," kataku.

"Sini."

Reihan mengangkat kedua kakiku di pangkuannya, ia duduk di depanku.

"Eh, mau diapain?" tanyaku panik.

"Mau sembuh nggak?"

"Maulah."

"Yaudah, diem." Lalu tiba-tiba Reihan mengelus pergelangan kaki ku lembut, hingga pada akhirnya..

Klekk!!

"Aaaaa!!"

Jelas, pantas jika aku berteriak keras dengan tanganku yang mencengkram lengan baju Reihan kuat. Ku pejamkan mataku dalam untuk tidak melihat betapa malangnya kakiku.

"Sakit Han!" kataku keras dengan masih memejamkan mata.

Hingga bisa aku rasakan gesekan halus dan lembut di kakiku dibandingkan sebelumnya dan itu mampu membuatku tenang. Aku membuka mataku melihat Reihan yang sedang mengoleskan minyak kayu putih ke pergelangan kakiku.

"Masih sakit?" tanyanya.

"Udah enggak kok," kataku.

Tiba-tiba ponsel Reihan berbunyi yang ada diatas meja. Reihan mengambil ponselnya tanpa merubah posisi duduknya. Kakiku masih berada diatas pangkuannya.

"Iya, ada apa?" tanya Reihan.

Aku tak tau siapa yang menelponya itu. Aku hanya menatap Reihan yang mulai berbicara dengan si penelpon.

"Lo naik taksi aja, gue kirim alamat rumah gue terus lo kasih ke supir taksinya," ucap Reihan.

Dari kalimatnya aku mulai tau siapa orang itu.

"Gue nggak bisa, gue ada urusan."

Lalu Reihan memutuskan panggilannya. Kulihat ia sedang mengetik sesuatu di ponselnya sebelum meletakannya kembali ke atas meja.

"Siapa?" tanyaku pura-pura tidak tau.

"Ify."

"Kenapa dia?" tanyaku lagi.

Reihan menurunkan kakiku dari pangkuannya hingga aku duduk dengan posisi normal disampingnya. Kuarahkan tubuhku ke depan.

"Minta dijemput, aku suruh dia naik taksi." Reihan mengambil remot tv dan mulai menyalakannya.

"Dia pulang sendiri?" tanyaku sedikit kaget.

"Iya."

"Lah, kalo dia nyasar gimana? Dia mungkin nggak tau daerah sini kan Han."

Reihan menoleh ke arahku. "Kamu kenapa? Tadi berantem mulu sama Ify, kenapa jadi perhatiin dia?"

Aku mengerutkan kedua alisku. Sebenarnya bukan karna aneh dengan sikapku sendiri tapi pertanyaan Reihan yang terasa janggal.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang