ADIRA | 17

2K 76 0
                                        

Music by Devano Danendra - Menyimpan Rasa🎶
- - - -

"Sekiranya hanya aku yang merasa paling dicintai ketika kamu hanya menganggapku penting."

-Adira-

- - - -

Siang ini tak secerah siang pada umumnya, matahari yang harusnya terik sekali kini hilang disapu awan gelap.

Aku masih saja diam dibelakang Reihan. Tak ada pembicaraan sama sekali diantara kami. Jalanan yang kami lewati juga sudah nampak sepi karna langit akan turun hujan dan pasti semua orang enggan keluar rumah.

"Mau ujan nih, kita niup aja dulu," kataku sedikit keras tepat ditelinga Reihan.

"Iya," jawabnya singkat.

Perlahan-lahan gerimis mulai turun mengenai tubuh kami. Motor Reihan berhenti didepan halte bus yang ada dipinggir jalan. Aku dan Reihan pun segera turun dan berlari menuju halte untuk menghindari air hujan yang semakin deras.

Aku berdiri di halte, pandanganku jatuh disetiap air tetes yang turun ke jalanan. Kedua tanganku mengusap-usap bahuku untuk meredakan rasa dinginku.

"Harusnya tadi lo nggak nolak tawaran Rey."

Aku menoleh, Reihan berdiri disampingku menatap tenang jalanan yang basah diguyur hujan

"Maksud lo?" kataku mengerutkan kedua alisku.

Reihan menoleh ke arahku. "Kalo lo bareng Rey lo nggak akan kehujanan."

Aku diam. Bukan karna aku tak bisa menjawab perkataan Reihan. Tapi karna aku juga bingung bagaimana harus menjelaskannya, aku tidak ikut dengan Rey karna aku ingin bersama dia. Ah, percuma saja jika aku mengatakannya. Kurasa dia juga tidak akan peduli.

"Kenapa diem?" tanyanya mengalihkan pandangannya kedepan.

Aku mencoba untuk merangkai kata yang pas agar aku bisa menjawab perkataan Reihan, agar dia tidak juga menyalahartikan perkataanku.

"Ya, ya gue kan tadi udah bilang! Gue nggak enak sama lo!" kataku terus menatap jalanan.

Entah apa ini, aku membohongi diriku sendiri. Tapi kurasa saat ini itu yang lebih baik.

"Oh," kata Reihan.

Seketika aku menoleh ke arah Reihan mendengar jawaban singkatnya. Entah apa, rasanya aku tidak ingin mendengar jawaban itu darinya.

Aku terus menatapnya, hingga akhirnya ia menoleh ke arahku.

"Kenapa?" katanya.

"Sebenarnya lo itu kenapa sih?" tanyaku pelan.

"Maksud lo?"

"Aneh aja, setiap kali ngomong sama gue singkat banget. Lo ngomong sama gue itu bukan lagi ujian jadi nggak udah tegang gitu kali," kataku terus terang kepada Reihan.

Aku terus menatap mata Reihan. Perlahan-lahan kulihat Reihan melangkahlan kakinya satu langkah mendekatiku, saat ini jantungku berdetak sangat kencang diiringi oleh derasnya air hujan.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang